Saya paham belaka, seharusnya Fatimah Syahrini Zaelani alias Syahrini lah yang layak dijadikan sebagai Duta Sosialita Indonesia. Tapi, semenjak menikah dengan Reino Barack pada Februari 2019 silam, selain terikat janji sehidup-semati, Syahrini juga seolah-olah terikat janji untuk tidak bikin sensasi lagi. Coba, kapan terakhir Syahrini bikin hal fenomenal semacam jambul khatulistiwa dan ucapan alhamdulillah ya, sesuatu?
Namun tak perlu khawatir. Sebagaimana kata pepatah, hilang Syahrini tumbuh Nia Ramadhani. Ya, pelakon Bawang Merah itu menjadi penghilang dahaga bagi publik yang merindukan kehebohan para sosialita kelas nasional macam Syahrini atau Iis Dahlia. Percayalah, meskipun kelakuan para artis cum sosialita acap membuat kita jengkel dan julid, toh diam-diam sebagian dari kita merasa ada yang kurang kalau belum melihat aksi-aksi beraroma kesombongan dari mereka.
Tak mengapa, itu lumrah belaka. Kita memang selalu mencari hal-hal yang tak kita miliki pada diri orang lain. Kalau kita tidak punya Lamborghini Aventador (yang tempo hari terbakar di Sentul itu), tinggal tengok kehidupan Raffi Ahmad; kalau tidak punya rumah seharga belasan miliar, bisa cek rumah Uya Kuya; dan tentu kalau kita kelewat lihai dalam kupas-mengupas, kita bisa merasa bersyukur sekaligus menertawakan diri seorang Nia Ramadhani yang sebegitu polosnya mau ngupas salak pakai pisau. Haduh, Mbak Nia, itu salak, bukan kedondong. Ya dikupasnya pakai tangan, dong.
Apa ada yang salah dengan Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak? Tentu tidak. Itu adalah hal yang wajar belaka. Ia punya suami yang kaya raya dan mertua yang tajir melintir (walaupun saya masih mempertanyakan tanggung jawab si mertua terhadap kasus lumpur lapindo, ups).
Rumahnya sangat luas, saking luasnya Nia sempat nyasar di rumahnya sendiri. Bukan hanya itu, sofa di rumahnya muat untuk diduduki belasan orang, di rumahnya juga ada ranjang selebar 4 meter, dan halaman rumahnya seluas lapangan bola. Bisa dibayangkan? Kalau tidak, cukuplah bersyukur sebagai sebaik-baik modal menghadapi berita-berita para sosialita yang mengguncangkan iman.
Nia dan keluarga juga punya 16 asisten rumah tangga, jumlah yang cukup untuk bikin kesebelasan sepakbola bernama ART Nia Ramadhani FC. Belum lagi, barang-barang mewah Nia yang tak terhitung jumlahnya dan gaya hidup serbamahal lainnya yang bakal kelewat panjang jika ditilik semuanya.
Dengan sederetan fakta itu, persoalan tidak bisa mengupas salak menjadi tampak begitu sepele. Toh, tidak bisa ngupas salak tidak akan membuat kekayaannya berkurang sepeser pun. Kalau mau, ia juga bisa meminta salah satu pembantunya untuk ngupasin salak. Jadi, ketika melihat komentar-komentar netizen yang merisaknya karena tidak bisa ngupas salak, barangkali Nia Ramadhani cuma membatin, “Helllooow sobat misqueen-ku, saya memang nggak bisa ngupas salak, tapi saya bisa beli salak sekalian sama kebun-kebunnya dan menjejali biji-biji salak itu ke mulut kalian supaya kalian tuh nggak banyak omong lagi.”
Sampai di sini kita bisa mengerti mengapa Nia Ramadhani layak menyandang gelar Duta Sosialita Indonesia. Dengan sokongan Bakrie Group, ia bisa dengan mudah menyingkirkan para calon Duta Sosialita Indonesia lainnya. Bukan tidak mungkin, pada masa depan, kalau angin politik sedang berpihak kepada Golkar dan keluarga Bakrie, Nia Ramadhani bakal mengisi slot untuk menjadi Menteri Sosialita Indonesia. Sebagai seseorang yang hidup di dalam lingkungan yang tampaknya tidak mengenal kosakata semacam kemiskinan, kelaparan, bokek, dan semacamnya itu, tentu Nia teramat paham dengan dunia sosialita dan kelak ia bakal menjalankan jabatannya dengan sebaik-baiknya.
Adapun untuk sekarang, cukuplah Nia menjadi duta saja. Bukan Duta Sheila On 7, tentunya, sebab untuk menjadi joke saja kata-kata sebelum kata ini terasa kurang lucu, bukan? Ia layak menjadi Duta Sosialita Indonesia. Gelar semacam ini makin ditegaskan oleh anak-anak Nia yang saking seringnya jalan-jalan ke luar negeri, sampai tidak bisa membedakan Bandung dan Amerika. Tentu itu bukan pujian untuk Bandung, melainkan simbol penegasan betapa hedonnya hidup Nia Ramadhani dan keluarganya, juga semakin menegaskan bahwa ia memang sangat cocok menjadi Duta sosialita Indonesia.
Hari ini heboh Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak. Bukan tidak mungkin pada hari-hari mendatang akan ada lagi kehebohan sejenisnya. Nia Ramadhani lupa cara menyalakan kipas angin atau kaki Nia Ramadhani alergi pakai sandal jepit, misalnya. Dan itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. Sebagai Duta Sosialita Indonesia, ia memang bertugas untuk membangkitkan jiwa ke-misqueen-an kita. (*)
BACA JUGA Heboh Nia Ramadhani yang Tak Bisa Mengupas Salak: Nobody is Perfect, Jadi Biasa Ajalah! atau tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.