Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ngomong Bahasa Palembang Tak Sekadar Mengganti Huruf Vokal ‘a’ Jadi ‘o’

Suzan Lesmana oleh Suzan Lesmana
14 Juni 2021
A A
Ngomong Bahasa Palembang Tak Sekadar Mengganti Akhiran Kata Vokal ‘a’ Jadi ‘o’ terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang yang punya kakek nenek dari pihak ayah dan ibu yang berbeda daerah, saya bersyukur karena bisa menguasai sekurang-kurangnya empat dialek bahasa Nusantara, meski nggak terlalu medok. Keempat bahasa tersebut adalah Betawi, Sunda, Jawa, dan Palembang.

Khusus untuk bahasa Palembang, meski saat ini saya tinggal di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, namun nggak membuat saya lupa cara bertutur dialek bahasa atau baso Palembang. Ciri yang paling gampang dikenal orang adalah pergantian vokal “a” menjadi “o” di posisi akhir kata.

Contohnya seperti kata “apa” dalam bahasa Indonesia menjadi “apo”, “siapa” jadi “siapo”, “di mana” jadi “di mano“, “mengapa” jadi “ngapo“, dan “bagaimana” jadi “cak mano”. Pendeknya kelihatan mudah, sih, mempelajari bahasa Palembang. Asal jangan bahasa daerah suku-suku di sana seperti Komering, Lahat, Baturajo, akan lebih rumit.

Memang banyak kemiripan bahasa Palembang dengan salah satu bahasa terbesar suku di Indonesia, yakni bahasa Jawa. Contohnya kata “rai” dalam bahasa Jawa, memiliki makna yang sama dengan “rai” dalam bahasa Palembang. Belum lagi kata “banyu” yang sama-sama bermakna air. Dan masih banyak kata-kata lainnya kalau kita cari. Konon ceritanya, dahulu kala para raja di Palembang memang berhubungan baik dengan raja di Jawa.

Namun, dalam tulisan ini saya akan menunjukkan hanya sebagian kecil saja beberapa kata yang disertakan dalam percakapan sehari-hari bahasa Palembang yang bisa jadi membuat mang cek bik cek (sebutan pria dan wanita) jadi bertambah pengetahuannya—bahwa berbicara bahasa Palembang nggak sekadar mengganti kata berakhiran vokal “a” menjadi “o”.

#1 Kata “nak”

Dalam bahasa Indonesia, kata “nak” bisa berarti sapaan untuk seorang anak. Misalnya, “Ayo, Nak, ikut ibu belanja ke pasar.” Sedangkan dalam bahasa Palembang, “nak” berarti “ingin”. Misalnya, “Kau ni, giliran nyari bini nak belagak” (Kamu tuh, giliran nyari istri ingin yang cantik).

#2 Kata “dak”

Dalam bahasa Indonesia, “dak” bermakna pembatas atau sekat, biasanya pembatas beton antara lantai bawah dan lantai atas sebuah rumah. Misalnya, “Rumah yang sedang direnovasi itu harus dibuat dak terlebih dahulu supaya lebih kokoh.” Sementara dalam konteks bahasa Palembang, “dak” berarti “tidak/nggak”. Misalnya, “Yai, anak kau tuh, nak diajari dak galak” (Yai, anakmu tuh, mau diajarin tidak mau).

#3 Kata “cak” atau “pecak”

Dalam bahasa Indonesia, kata “cak” bermakna panggilan orang yang beretnis Madura, sedangkan “pecak” bermakna sejenis kuliner tanah air, seperti pecak lele. Misalnya, “Cak Lontong sangat menikmati makan malam pecak lelenya.” Sedangkan dalam bahasa Palembang bermakna “seperti”. Misalnya, “Badan besak, tingkah cak budak” (Badan besar, tapi tingkah laku seperti anak-anak).

Baca Juga:

3 Alasan Maba Jangan Memasang Ekspektasi Ketinggian ke UIN Palembang, Takutnya Nanti Kecewa

Sematang Borang, Kecamatan Paling Menyedihkan di Palembang

#4 Kata “galak”

Dalam bahasa Indonesia, kata galak bermakna garang, suka marah, biasanya disematkan untuk anjing yang suka menggonggong/menyalak terus-menerus. Misalnya, “Awas hati-hati, anjing penjaga itu galak sekali.” Padahal dalam bahasa Palembang kata “galak” bermakna mau/suka. Misalnya, “Si Papa galak dak ye makan pempek?” (Si Papa, mau tidak ya makan pempek?).

#5 Kata “awak”

Kita mengenal kata “awak” dalam bahasa Indonesia berarti orang yang bekerja di kapal. Misalnya, “Semua awak kapal ikan tersebut berasal dari Indonesia.” Sedangkan dalam bahasa Palembang, kata “awak” berarti “kamu”. Misalnya, “Jadi bukan awak yang ngambek duwet aku?” (Jadi bukan kamu yang ngambil uangku?)

Kata “awak” ini juga akan berbeda makna jika huruf “a” di depan kata “awak” menjadi “iwak”, maka maknanya adalah ikan sama seperti bahasa Jawa. Lagi-lagi kita menemukan kesamaan dengan bahasa Jawa.

Jadi gimana, Mylov? Nggak terlalu sulit juga, kan, mempelajari bahasa Palembang? Kalau yang paling mudah, sih, memang kata yang berakhiran vokal “a” diganti “o” seperti yang saya paparkan di awal tulisan. Namun, nggak semua kata bisa diganti seperti itu. Menurut saya, jika kalian ingin belajar, tetap harus sering berinteraksi dengan penutur langsung bahasanya, yakni para mang cek dan bik cek asli Palembang. Kalau ada waktu dan rezeki, coba belajar bahasa sambil wisata ke Sungai Musi—di bawah Jembatan Ampera—dan makan pempek kapal plus menghirup kuah cuka pedasnya. Sluurrrp, syedaaapnya.

BACA JUGA 5 Alasan Bocil Nggak Mainan Quora dan tulisan Suzan Lesmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2021 oleh

Tags: bahasa daerahNusantara Terminalpalembang
Suzan Lesmana

Suzan Lesmana

Seorang MC yang suka menulis sejak pandemi

ArtikelTerkait

Kambang Iwak Destinasi Healing Terbaik di Palembang (Unsplash.com)

Kambang Iwak: Destinasi Healing Terbaik di Palembang

26 Juli 2022
Jangan Asal Sebut Kata-kata Ini Sembarangan di Daerah Lain bahasa daerah Terminal mojok

Mengenal Bahasa Daerah yang Tak Boleh Disebut Sembarangan di Daerah Lain

13 Februari 2021
3 Tipe Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di UIN Palembang uin jogja, uin malang

3 Tipe Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di UIN Palembang

14 Mei 2024
Meski Pernah Bersahabat dengan Belanda, Bukan Berarti Orang Buton Tidak Cinta NKRI terminal mojok.co

Meski Pernah Bersahabat dengan Belanda, Bukan Berarti Orang Buton Tidak Cinta NKRI

13 Agustus 2021
Sematang Borang, Kecamatan Paling Menyedihkan di Palembang

Sematang Borang, Kecamatan Paling Menyedihkan di Palembang

13 November 2025
Pasar 16 Ilir, Potensi Wisata Palembang yang Disia-siakan

Pasar 16 Ilir, Potensi Wisata Palembang yang Disia-siakan

23 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.