Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Nggak Usahlah Ndakik-Ndakik Bicarain Romantisasi Jogja

Imam Rosyadi Araiyyi oleh Imam Rosyadi Araiyyi
30 November 2019
A A
Penamaan Kampung di Jogja yang Terinspirasi dari Prajurit Keraton terminal mojok.co

Penamaan Kampung di Jogja yang Terinspirasi dari Prajurit Keraton terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja adalah kenangan, angkringan, dan rindu yang tidak kunjung ada obatnya. Kamu harus ke sini denganku melewati syahdu jalanan Malioboro, menaiki andong sembari mendengarkan suara sepatu kuda yang berlomba. Kasih, sorenya kita akan lewati senja di Parangtritis kemudian malam harinya mari kita menyeduh Kopi Jos di Pak Tomi. Saat kita sudah mulai lelah segeralah tidur di atas tanah Yogyakarata.

Halahmbel. Akutu sampai hapal banget kalau ada temanku yang dari luar kota terus liburan ke Jogja, seakan seluruh syair Nizar Qabbani kalah dengan kalimat yang dia tulis. Dimulai dari story WA, Instagram, sampai ngetwit pun harus bernapaskan Jogja. Ya tidak ada salahnya sih meromantisasi Jogja sampai segitunya.

Tapi, apa kamu pernah merasakan saat bangun tidur, melek sambil kriyep-kriyep kemudian melamun dan berkata, “Hadeeeeh skripsi, hadeeeeeeh duit di dompet kosong, hadeeeeeh pengen ngopi tapi warkop tutup.” Duh, hanya sebagian orang yang merasakan kengerian tersebut.

Akutu juga pernah merasakan saat pertama kali memutuskan tinggal di Jogja, rasanya “wah aku banget nih”. Pada saat itu masih awalan menjadi mahasiswa jadinya ya tiap hari masih seneng-seneng, ngopi di Jogja bagian selatan, utara, timur atau barat gaskeeeuuun. Apalagi dulu masih suka naik Trans Jogja yaudah jadi tiap hari “gaskeun ayo ke mana”. Tapi semuanya berubah setelah bertahun-tahun tinggal di sini. Pernah merasakan saat bangun tidur tidak mengucapkan doa tapi malah berkata “hadeeeh skripsi”. Kemudian siangnya di kampus sendirian seraya berkata, “Hadeeeeh teman-teman sudah pada sidang”. Romantisasi romantisasi romantis apanyaaaaa woy! [emot nangis].

Suatu ketika ada teman yang liburan di Jogja, otomatis dia hubungin aku minta tolong ditemenin. Yaudah aku mau saja toh sudah lama kami nggak ketemu. Lagipula dia cewek yang dulu pernah aku kejar tapi terhalang oleh “agama kalian tuh beda” hehehe. Siang menjelang sore dia baru sampai Lempuyangan, dia melambaikan tangan dari kejauhan kemudian aku balas lambaiannya.

“Iyeks udah sih, nggak usah kayak telenovela,” kataku dalam hati.

Setelah berbasa-basi ria akhirnya dia minta diantarkan ke Malioboro. Hadeeeeh itu merupakan tempat di mana aku setiap hari melewatinya dan sesekali kejebak macet di 0 KM. Sebelum ke Jogja, dia sudah menyiapkan banyak sekali obrolan tentang kota Malang yang membuatnya jenuh. Aku bertanya kenapa, lalu dia berkata, “Setiap hari aku bangun, mandi, makan, terus tidur selalu ada di sana. Jadi aku ingin sesekali kangen Malang dengan cara meninggalkannya sebentar.”

“Halahmbel,” kataku dalam hati.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Sore menjelang malam, Malioboro mulai sesak dengan wisatawan lokal maupun luar negeri. Sejak awal tinggal di Jogja aku belum pernah berfoto di plang jalan Malioboro atau berpose di depan Tugu Jogja, kemudian hasil fotonya ditaruh di medsos dengan caption yang romantis. Bingung saja kalau aku melihat orang melakukan itu.

“Eh besok kita jalan-jalan ke Parangtritis, Mangunan, dan tempat hits lainnya, ya. Belum dikatakan ke Jogja kalau belum ke Parangtritis,” katanya. Aku cuma mesem manis karena merasa gemas. Tidaklah, kalau kamu sudah ada di Jogja berarti kamu sudah di Jogja. Tidak ada pengakuan khusus seperti harus ke Parangtritis atau jajan Bakpia baru dikatakan ke Jogja, bukan kekasih. Haduh romantisasi ini nggak bikin merasa romantis di depan cewek. Hadeeeeh skripsi.

“Emangnya harus gitu kita ke Parangtritis?” tanyaku.

“Iya, biar aku punya stok foto liburan di Jogja. Ini momen yang jarang aku dapetin, bisa liburan ke kota ini.”

Seketika itu aku berpikir kalau romantisasi sebuah kota apalagi sekelas Jogja merupakan hal yang wajar. Apalagi untuk orang-orang yang jarang datang ke kota tersebut, pastilah segala uneg-uneg akan muncul dalam bentuk apa pun termasuk romantisasi yang kadang bikin aku, “iyeks apa nih?”

Kejadian romantisasi juga akan terjadi kepadaku secara otomatis jika suatu saat jalan-jalan atau liburan ke kota lain. Duh, apalagi Malang yang bikin aku kangen! [Hayolo romantisasi]. Soal romantisasi Jogja, ada banyak tempat yang romantis tanpa harus diungkapkan dengan kata-kata. Cobalah saat kamu liburan, jalan-jalanlah ke belakang Pasar Beringharjo, melewati jalanan kecil sambil sesekali melihat barang-barang antik yang dijual di sepanjang jalan. Atau saat maghrib tiba datanglah ke Pasar Sentir, kamu nantinya akan melihat sisi lain dari kota ini. Lanjut lagi ke Bukit Bintang, dari sana Jogja akan terlihat kecil dan terlihat seperti gugusan bintang yang terang dan dekat. Di sanalah bersemayam yang katamu adalah “kenangan”.

Romantisasi Jogja bukan hanya lagu dari KLA Project yang berjudul Yogyakarta, yang mana setiap kamu dengarkan maka kenanganmu soalnya akan muncul. Atau lagu Sayidan yang menggambarkan asiknya kehidupan malam di Jogja. Cobalah dengan cermat, saat kamu liburan dan tidur di Jogja, jika beruntung kamu akan mendengarkan Drum Band misterius yang kadang pentas di malam hari. Dengan segala mitos yang ada, di matamu ia tetap istimewa, meskipun kamu tahu kalau patah hati yang terjadi di sini, maka dukanya abadi.

Benar juga ya kalau kita pergi dengan seseorang yang kita sayangi, maka segala bentuk keangkuhan akan memudar begitu saja dari diri kita. Buktinya aku yang tadi ingin menulis tentang ketidaksetujuanku tentang romanticizing Jogja tiba-tiba secara otomatis meromantisasi kota ini karena hanya membawa satu nama ke dalam tulisan ini. Udahlah, romantisasi karepmu, ora yo karepmu, aku looooooosss. Tapi esok harinya saat aku bangun tidur di kota ini, tetap saja, “Hadeeeeeh, bla bla bla,” akan terucap.

BACA JUGA Benarkah Jogja Berhati Mantan? atau tulisan Imam Rosyadi Araiyyi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Oktober 2021 oleh

Tags: Jogjaromantisasiwisata
Imam Rosyadi Araiyyi

Imam Rosyadi Araiyyi

Sedang mobat-mabit di Yogyakarta tapi bisa ditemui di akun twitter @Araimerahhh.

ArtikelTerkait

Jalan Solo-Jogja, Jalan Paling Monoton dan Bikin Ngantuk

Jalan Solo-Jogja, Jalan Paling Monoton dan Bikin Ngantuk

20 September 2024
Pantai Parangtritis, Primadona Wisata Jogja yang Mengancam Nyawa Mojok.co

Ancaman di Balik Keindahan Pantai Parangtritis Jogja yang Nggak Disadari Banyak Pelancong, Waspadalah!

29 Mei 2024
Gaji 18 juta di Jakarta vs Gaji 9 juta di Kota Asal, Pertanyaan Paling Mudah untuk Warga Jogja, Pilih Jakarta lah!

Gaji 18 juta di Jakarta vs Gaji 9 juta di Kota Asal, Pertanyaan Paling Mudah untuk Warga Jogja, Pilih Jakarta lah!

15 April 2025
5 Alasan Saya Kecewa terhadap Soto Ayam Lamongan yang Dijual di Jogja soto di jogja malang

5 Alasan Saya Kecewa terhadap Soto Ayam Lamongan yang Dijual di Jogja

24 Februari 2025
Danais Jogja Triliunan, tapi Mbah-mbah di Jogja Tetap Tidur di Trotoar

Danais Triliunan, tapi Mbah-mbah di Jogja Tetap Tidur di Trotoar

12 September 2025
 Terminal Janti: Gerbang untuk Pulang, Rindu, dan Patah Hati di jogja flyover janti

Terminal Janti: Gerbang untuk Pulang, Rindu, dan Patah Hati

12 Mei 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.