Nggak Usah Ngiri dengan Tunjangan dan Kekayaan Anggota DPR, Lama-lama Bikin Gila

Nggak Usah Ngiri dengan Tunjangan dan Kekayaan Anggota DPR, Lama-lama Bikin Gila

Nggak Usah Ngiri dengan Tunjangan dan Kekayaan Anggota DPR, Lama-lama Bikin Gila

Saya mau mengawali tulisan ini dengan fakta yang menyedihkan: mayoritas dari kalian yang membaca ini tak akan pernah bisa sekaya anggota DPR muda yang punya kekayaan miliaran.

Kalian tak terima? Tunggu dulu, tahan dulu amarah kalian. Saya tidak sedang mengejek kalian, wong saya juga termasuk dari kalian. Saya nggak akan pernah sekaya mereka. Bermimpi saja tidak. Soalnya sederhana saja, awalannya saja sudah berbeda.

Para anggota DPR muda tersebut, initial setting hidup mereka udah beda. Mereka terlahir dari keluarga berpengaruh dengan penghasilan yang kelewat tinggi. Sedangkan saya, terlahir dari anak buruh pabrik dan sopir ambulan.

Oh, tidak, saya tidak menyesali fakta tersebut. Saya tak pernah menyesal dilahirkan orang tua saya.

Saya memang kepengin kaya kayak mereka, tapi saya sudah tahu itu nggak mungkin. Alih-alih iri, saya lebih memilih untuk memperbaiki keadaan sekarang. Berat, tapi jauh lebih berat jika saya terbebani rasa iri.

Wajar kalau kalian marah sama anggota DPR

Tapi saya memahami kenapa kabar kekayaan anggota DPR muda tersebut bikin hati kita serasa dicubit. Sekarang adalah masa-masa terburuk dalam hidup rakyat Indonesia. Apa-apa mahal, pajak meningkat, tapi pendapatan jalan di tempat. Saya yakin UMR tahun depan tak akan naik signifikan. Jadi, ya, dunia rasanya makin perih dilihat.

Saya pun ya marah melihat bagaimana bisa orang-orang tersebut, sudah kaya, tapi masih diberi banyak fasilitas yang jujur saja bisa mereka beli sendiri. Uang-uang yang diterima para anggota dewan tersebut, lebih baik dikonversi jadi program untuk rakyat.

Sekarang, lihat, masih banyak anak putus sekolah. Masih banyak mahasiswa yang baru menyentuh kasur pada dini hari karena harus bekerja. Biaya pendidikan meningkat. Bahan bakar isunya akan naik lagi. Harga beras meningkat dari waktu ke waktu. Lalu kau pikir menggaji anggota DPR sekaligus memberi mereka fasilitas fantastis itu bagus? Tunjangan perumahan mencapai 50 juta, gaji fantastis, aduh, apa ini lah.

Saya paham, saya mengutuk. Tapi, kita bisa apa? Pernahkah harapan kita akan hidup lebih baik didengar oleh negara?

Jaga api tetap menyala

Yang bisa kita lakukan sekarang, mau tak mau, menerima nasib. Revolusi mungkin terjadi, tapi sejauh ini, gaungnya malah bikin sesama rakyat bertarung. Masa depan beneran suram.

Mungkin kali ini, kita baiknya menyerah sejenak pada hal-hal tidak menyenangkan, seperti nasib yang tak mungkin seberuntung anggota DPR. Jangan resign dulu, sekalipun bosmu bau dan dia tidak becus. Jangan beli baju lucu di marketplace dulu. Hindari makan makanan mahal, terima dulu makanan yang bisa kalian beli, meskipun rasanya mungkin amburadul.

Kecuali nasi bebek. Selalu sisakan ruang untuk nasi bebek. Dari Madura, untuk Indonesia.

Peluk erat kemarahan kalian dulu. Saatnya kalian berdamai. Tapi, jaga api-api perjuangan kalian tetap menyala. Tuntut para anggota DPR yang terpilih untuk tetap mendengarkan kalian. Segalanya masih bisa membaik, selama api tersebut masih menyala.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version