Viralnya konten joget sadbor TikTok yang dilakukan warga Kampung Margasari, Cikembar, Sukabumi mengundang banyak reaksi. Tentu saja salah satunya reaksi negatif. Apa sih yang tidak bisa direspons dengan negatif di Indonesia? Saya kira tak ada.
Dari banyaknya reaksi negatif tersebut, ada yang bilang bahwa tindakan ini contoh terjajah secara mental. Wait, ini menarik, batin saya.
Ini menarik bagi saya karena pertama, saya nggak paham betul maksud terjajah secara mental yang diomongkan oleh orang tersebut. Kedua, saya nggak melihat ada yang salah dari konten tersebut, karena memang menghasilkan uang. Apa yang salah dari menghasilkan uang dengan joget-joget?
Kosek, saya tahu betul kalian akan protes perkara ini. Saya jelaskan dulu argumen saya.
Kita bikin sederhana aja: sekelompok orang joget, penonton terhibur, lalu memberikan saweran. Konsepnya seperti itu kan? Ada yang salah?
Oke, mungkin kalian menganggap joget sadbor di live TikTok bukanlah pekerjaan. Kelewat gampang. Tidak membantu dunia. Tidak menghasilkan apa-apa. Intinya, hal gampang tak berguna. Kalau iya, go on, do it yourself. Sana coba joget di live TikTok. I dare you, i double dare you.
Sebelah mata
Saya tak tahu apa masalah orang-orang yang menganggap pekerjaan ini gampang, pekerjaan itu gampang. Penulis itu enak, nulis doang apa susahnya. Teller bank itu enak, ngitung duit sama modal cantik doang, apa susahnya. Joget sadbor TikTok itu enak, tinggal gerak nggak jelas, apa susahnya.
Padahal saya yakin betul, yang komen itu menuliskannya sembari tiduran di rumah, garuk-garuk selangkangan, di saat harusnya dia bekerja. Gathel.
Asal kalian tahu saja, cari duit dari konten itu nggak mudah. Butuh konsistensi dan riset. Yang namanya konsisten itu berat, dalam hal apa pun. Apalagi dalam hal bikin konten. Kau pikir bikin konsisten bikin konten tanpa ada jaminan bahwa akan rame itu mudah? Ndasmu njepat nek ngomong gampang.
Sekalipun hasilnya tak bagus, tetap ada usaha keras yang diperlukan. Makanya saya tak mau menghakimi orang joget sadbor TikTok. Lha mau menghakimi gimana, saya tahu mereka pasti berusaha keras. Itu cara mereka cari uang. Mereka nggak melanggar hukum, tidak mencuri hak siapa pun, kenapa mereka dihina?
Kita tahu, sekarang cari uang itu susahnya minta ampun. Mayoritas rakyat di Indonesia hanya butuh tergelincir sekali saja untuk jatuh di jurang kemiskinan. Tak heran jika banyak dari kita yang berusaha berbuat apa saja, asalkan itu bisa jadi uang.
Selama tidak merusak pagar tetangga, merusak konstitusi, berdansalah!
Joget sadbor TikTok cuma cara cari uang
Di masa-masa sulit, orang akan melakukan apa pun untuk bertahan hidup. Ada yang mulai berhenti beli kopi, menjual mobil, pindah kos murah, masak sendiri. Apa pun akan dilakukan. Joget sadbor TikTok mungkin hanyalah satu di antara cara yang kita nggak sadari bisa dilakukan. Perkara itu tidak skillfull, itu urusan lain. Perut punya logikanya sendiri, tak usah kita pikirkan kelewat dalam.
Orang-orang hanya melakukan apa yang kebetulan mereka bisa untuk meraih uang. Sesederhana itu. menganggap mereka terjajah mentalnya, monggo-monggo saja. Tapi saya yakin betul ejekan macam itu tak akan didengar. Mereka akan lanjut berjoget, karena itu cara mereka bisa membeli beras, membungkam token listrik, serta menatap esok hari dengan optimis.
Saya kira kita tidak perlu mencibir langkah yang orang lakukan untuk cari uang. Selama bukan kriminal, tak merugikan, tak mengobrak-abrik konstitusi, biarkan saja. Sekalipun TikTok adalah aplikasi biadab berisi orang bodoh, biarkan saja. Toh, tak semua bisa meraih uang sekalipun melakukan hal yang sama bukan?
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bunda-bunda Kreator FB Pro Adalah Bukti Nyata Kalimat “Mulai Aja Dulu”