Menjadi orang yang tinggal di pinggiran suatu kota atau kabupaten memang nggak menyenangkan. Kerap dijadikan nomor sekian, nggak diacuhkan, dll. Pokoknya nggak enak banget deh jadi orang pinggiran. Tak terkecuali ketika kalian menjadi orang Gresik pinggiran, khususnya pinggiran bagian selatan seperti saya.
Akan tetapi sebelum saya menceritakan nggak enaknya menjalani hidup sebagai orang pinggiran Gresik, saya akan memberikan sedikit gambaran mengenai geografis Kabupaten Gresik. Mudahnya, kita bayangkan wilayah kabupaten ini ibarat seekor kuda laut dengan luas 1,256 kilometer persegi yang memanjang dari ujung utara (kepalanya) hingga ke bawah bagian selatan (ekornya).
Nah, dari total 1.291.518 jiwa yang tinggal di Kabupaten Gresik, menurut saya orang-orang yang tinggal di bagian selatanlah—termasuk saya—menjalani kehidupan yang paling nggak enak. Saking pucuknya, kami bersebelahan langsung dengan daerah lain seperti Lamongan dan Mojokerto.
Sering jadi alat kampanye calon bupati
Hal yang paling nggak enak menjadi orang Gresik pinggiran bagian selatan adalah kami kerap dijadikan alat kampanye oleh para calon bupati. Selain sering menjadi daerah perebutan suara, karena sampai detik ini belum ada calon bupati dari Gresik selatan, daerah kami juga sering dijadikan pengumbar janji kebijakan oleh para calon bupati.
Kampanye mereka nggak jauh seputar pembangunan daerah pinggiran, pembangunan untuk penanganan Kali Lamong yang berada di Gresik selatan, pembangunan jalan-jalan rusak di perbatasan, pembangunan SDM, dll. Seolah-olah kami adalah objek untuk dijual di pasar pemilihan bupati demi memenangkan sebuah kekuasaan. Sangat menyebalkan.
Baca halaman selanjutnya….