Kita merindukan punk pada masa di mana Jim Levenstein membuka bajunya dan melakukan masturbasi dengan sebuah pie. Atau ketika Jim melakukan tarian aneh untuk memulai adegan seksual berbalut komedi dan ditonton oleh Tom, Mark, dan Travis dari sebuah webcam. Kita juga merindukan masa-masa pemuda memutar lagu Bowling for Soup dengan walkman miliknya di skatepark.
Namun, bagaimanapun, arah pop punk bukan lagi menyentil masa muda yang seperti itu. Sebagaimana remaja, mereka harus tumbuh dewasa pada akhirnya. Dan peralihan dari “The Peace and the Panic” menuju “All Distortions Are Intentional” milik Neck Deep mempertegas fenomena tersebut tersebut.
Pop punk memang tidak akan pernah mati lagi jika kita berpegang teguh dengan ucapan Mark Hoppus. Namun, kita melupakan satu hal bahwa pop punk bisa menjadi “tua renta” dan Neck Deep (selanjutnya disingkat ND) telah membuktikannya. Mereka mengolah terminologi cinta dalam kamus besar pop punk ke tahap berikutnya. Hal ini diungkapkan dalam pemilihan tema album ke empat mereka. Dengan kisah fantasi antara Jett dan Alice di dunia biner bernama “Sonderland”.
Track pertama, “Sonderland”, memulai dengan menarik, baik dari musikalitas maupun kepenulisan lirik. Kita akan dibuat berdecak kagum bahwa Neck Deep itu ya Neck Deep. Mereka tidak akan keluar dari Neck Deep, atau lebih Neck Deep itu sendiri. Membingungkan? Tenang, ini baru track pertama. Seiring berjalannya waktu, kita akan dibawa alur yang menarik ala Neck Deep.
Lagu ini berangkat dari kemuntaban Jett atas membosankannya tempat ia tinggal, yakni Sonderland. Dengan teriakan khas Ben Barlow, kita diajak untuk membayangkan betapa menjemukannya tempat tersebut. Tak ada gambaran yang lebih jelas dari “Welcome to my dark despair/ Everyone here is a nightmare”. Jett tidak membutuhkan sosok baik, namun sosok yang menyenangkan, dan “Fall” menjawab keresahannya.
Neck Deep hanya bisa diatur oleh diri mereka sendiri. Memang berlebihan, namun track kedua, “Fall”, menjabarkan itu semua. Keresahan para fansnya bahwa ND banyak keluar dari pakem “Wishful Thinking” dan “Life’s Not out to Get You”. Namun, seperti apa yang mereka jelaskan Ben, album ini memang akan berbeda dari album-album mereka sebelumnya.
Urusan kepenulisan, mungkin lagu ini bisa dinobatkan lagu ND paling mellow versi saya, mengalahkan “Wish You Were Here”. Pertemuan Jett dan Alice terjadi di track ini. dengan manisnya, Jett mengatakan begini, “your eyes, sunrise in the dark.”
“Lowlife” adalah track berikutnya. Dikutip dari Creativedisc, track ini terdengar seperti pop punk era 2000-an dengan sentuhan ala Weeze. Namun, suara Ben dan formulasi dalam lagu ini sedikit mirip dengan lagu mereka dalam album “Life’s Not out to Get You”, yakni Serpents.
Lagu ini berisikan isi resah Jett mengenai kota yang ia tempati. Berbeda dengan kemarahan Jett melalui Sonderland, dalam lagu ini ia haturkan secara lebih manis lantaran ia berkisah untuk Alice. Jett seakan ingin berkata, “kalian semua normie bangsat, I’m so fucking boring!” namun dengan cara yang manis lantaran kini keresahannya didengarkan oleh Alice.
“Telling Stories” menyuruh kita untuk mengerti, mereka menumpahkan semuanya dalam sudut pandang Jett. Tak ada marah-marah, tak ada teriakan mengerikan, yang ada adalah sebuah keluh kesah yang dibawakan dengan membahagiakan. Kita seperti mendengar sebuah lullaby berisi keresahan hidup.
Dari segi kepenulisan, “Telling Stories” seperti sebuah sahut-sahutan keluh kesah Jett dan Alice. Mereka mulai membagikan apa yang mereka tidak sukai. Tidak hanya Jett yang dominan, kini Alice menceritakan dengan manis, dan Jett merespon semuanya. Semua tumpah ruah, membuncah, “Now it’s been ten years standing at the bus stop/ Never had a real job.”
Kita dibuat (terpaksa atau tidak) memaafkan perubahan tone yang dihadirkan oleh Neck Deep dalam track “When You Know”. Sebagaimana mereka merepresentasikan isi perasaan Jett dengan baik. Perasaan Jett terhadap Alice sudah benar. Sudah seharusnya ia menyatakan, dan “When You Know” adalah cara terbaik dari Neck Deep.
Saya sangat suka dengan cara mereka menulis lirik. Kiasan, menggambarkan keadaan, dan sisi malu seorang Jett dengan mengatakan cinta dengan cara yang lain. Seb Barlow, anggota terbaru namun ‘lama’, performanya sangat menonjol dalam lagu ini.
1:26 detik untuk “Quarry”. Dan 1:26 yang mengejutkan untuk penggemarnya. Saya pun bingung harus apa. Kalimat “Neck Deep bisa keluar dari Neck Deep, atau lebih dari Neck Deep itu sendiri” di awal, mungkin bisa kalian mengerti dari track ini. Track list keenam ini mengaminkan Ben yang mengatakan album ini adalah cara mereka bereksperimen dan mereka menyukainya.
Jett memperlihatkan sisi yang gelap dalam lagu “Quarry”. Ia tidak bercakap dengan Alice, yang saya pahami, ia sedang berkelumit dengan batinnya sendiri. “That’s S-T-R-E-S next to S,” bisa menggambarkan kalutnya hati Jett.
Selanjutnya, “Sick Joke” adalah pamungkas dari serentetan single yang mereka keluarkan sebelum album ini keluar. Terbaik? Enggak juga. Namun entah mengapa saya suka dengan track yang satu ini. Apa lagi bagian pre-chorus ketika Ben terdengar seperti melakukan rapping.
Jett adalah kita, sekiranya itu ringkasan untuk “Sick Joke”. Lagu ini adalah upaya Jett dalam melawan depresi yang ia alami seperti apa yang dikatakan dalam track “Quarry”. Ia mempertanyakan realitas kehidupan dan beserta isinya. Barangkali, Jett sedang menunaikan apa yang dikatakan oleh Descartes; aku berpikir, maka aku ada.
Track nomor 8 adalah kejutan dalam tajuk “What Took You So Long”. Mereka terdengar lebih lembut di sini.“What Took You So Long” menjadi pakem lagu cinta terbaru ala mereka. Lagu ini mempertanyakan kehadiran Alice yang begitu lama masuk ke dalam hidupnya. Jika ia masuk lebih awal, mungkin persoalan dunia selama ini tak ditanggung begitu berat olehnya.
“Empty House” adalah klise hubungan dua insan. Tak seklise perjumpaan dan perpisahan Adam dan Hawa, tak sedalam Kahlil dan May, namun Jeff dan Alice menakar semuanya. Dalam tahap ini, mereka menemukan permasalahan demi permasalahan yang baru. Lagu ini ada, entah mengapa, terkesan ada yang salah. Namun (lagi-lagi) entah mengapa harus dimaklumi.
Kejutan berlanjut dalam track “Little Dove”. Kejutan dalam segi apapun itu; kisah cinta Jett dan Alice, lirik yang membuat gemas, dan tentunya, penggunaan mandolin dalam mengisi instrumen lagu ini. Lagu ini ibaratnya adalah “December” dalam album ke dua, dan “Wish You Were Here” dalam album ketiga mereka. Tak lepas dari sentuhan gitar akustik, mereka membuat eksperimen dengan menggunakan mandolin.
Mungkin campur tangan Matt Squire, sebagai produser mereka dalam lagu ini, berandil banyak atas percobaan ‘bunuh diri’ dalam proyek ini. Matt Squire bukan nama sembarangan, ia pernah beradu kerja sama dengan The Amity Affliction, Ariana Grande, One Direction, Sum 41, hingga Selena Gomez.
“I Revolve (Around You)” adalah cara ND untuk menutup album ini. Baik kisah cinta Jett dan Alice, maupun mengembalikan rasa percaya fans. Mereka kembali ke dalam pakem biasanya. Menjadi pop punk yang mengasyikan dalam pemberian nyawa tiap liriknya.
Untuk cerita mengenai kisah cinta Jett dan Alice, saya sarankan kalian untuk melihat klip video garapan animator Prancis, Félix Kerjean. Secara analogi, mereka mengisahkan kehidupan Jett dan Alice ketika keluar dari Sonderland.
Album ini ditutup dengan “Pushing Daisies” tentang pencarian jati diri Jett dan Alice itu sendiri. Kian masuk dalam sebuah hubungan, manusia akan (pada akhirnya) beranjak pada masa pencarian jati diri individu untuk terus bergerak maju. “If you let go/ You might find the end holds your new start.”
Pada intinya, ND tetap menggaungkan tema-tema kesepian, keterasingan, dan problematik remaja masa kini. Hal ini yang menjadi faktor album ini disambut hangat oleh para penggemar atau khalayak luas. Walau dalam segi musikalitas terdengar berbeda dengan tiga album sebelumnya, namun dalam segi kepenulisan mereka jauh lebih dewasa.
Kita lupakan sejenak pop punk dalam eranya Stifler’s Mom. Mari kita sambut Neck Deep dengan mewakilkan gejolak problematika remaja pada masa kini melalui “All Distortions Are Intentional”.
Sumber gambar: Twitter Neck Deep.
BACA JUGA The Story So Far dan Neck Deep, Pondasi Kebangkitan Pop Punk di Era Modern dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.