Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nasib Punya Rumah Samping Tukang Kayu yang Berisik Nggak Karuan

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
20 Januari 2021
A A
Nasib Punya Rumah Samping Tukang Kayu yang Berisik Nggak Karuan terminal mojok.co

Nasib Punya Rumah Samping Tukang Kayu yang Berisik Nggak Karuan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya gandrung kepada tukang kayu. Selain cepat sukses dan kaya, pun kalau beruntung mereka bisa jadi walikota, gubernur ibu kota, ya, mujur-mujur jadi presiden negara kita. Kurang bukti sahih apalagi, jal? Pak Jokowi adalah contoh terbaiknya. Itu awal mula saya gemar melihat berbagai profesi secara sama rata. Lha siapa tahu, saya yang ingah-ingih ini kelak bisa jadi gubernur. Ya, yang jelas bukan Gubernur DIY, sih.

Semua ini terjadi sebelum saya bertemu dengan jenis tukang kayu yang berisiknya ngauzubillah. Jyaaaan, tobat rasanya. Bukan hanya deru mesin, tapi kalau nyetel lagu pakai salon Simbada yang nggak masuk logika kerasnya.

Beberapa bulan yang lalu ibu saya sakit keras. Keluhannya sama seperti orang yang terkena virus Covid-19. Berbagai upaya saya lakukan, salah duanya memasak dan beres-beres rumah. Walau upaya saya belum sempurna, sih. Lha ibu saya malah lebih memilih dibelikan makan ketimbang makan jangan gori buatan saya. Namun, itu bukan hal sedih utama, lha masakan saya juga nggak enak, jhe.

Yang bikin saya geram bukan main adalah tetangga saya sendiri. Pun dengan beberapa pekerjanya yang notabene adalah seorang tukang kayu yang sudah bertahun-tahun menggeluti profesi ini. Namun, bukan karena profesi, tetapi kelakuan mereka yang nggak tahu kondisi dan situasi.

Ini lho, dari pagi sampai sore, bunyi mesin tukang kayu terus menderu kamar ibu saya yang berhimpitan dengan halaman tetangga saya yang digunakan sebagai tempat membuat furniture itu. Masalahnya, kamar itu adalah kamar teraman dan nyaman di rumah. Baik secara bentuk, luas, dan juga isolasi mandiri. Bisa dibilang, dari kamar lain di rumah, kamar itu yang paling wangun untuk ditempati oleh ibu saya yang sedang gejala Covid-19 kala itu.

Bunyi mesin hari demi hari terus mengganggu istirahat ibu saya. Mau saya protes, tetapi kata-kata ibu saya menyadarkan segalanya. Kata blio, “Lha mereka kan cari uang. Udah biarkan saja. Lagian juga sampai sore.” Masalahnya, suaranya itu nggak ngetang-ngetang. Apalagi kondisi desa yang kudunya bukan dijadikan tempat industri seperti itu.

Brengseknya, bisa dikata saya adalah tetangga satu-satunya yang berhimpitan dengan rumah yang dialih fungsi jadi industri kayu itu. Tetangga lainnya bisa dikata “keletan” kali atau kebon. Betapa nggak beruntungnya rumah saya. Padahal awalnya rumah itu ya rumah pada umumnya.

Selain itu, mereka sering sekali nyetel musik yang nggak kelewatan logika kerasnya. Namun, saya nggak masalah jika lagunya mashoook. Lha ini lagu TikTok, jhe. Lagu yang blas saya nggak ngerti sama sekali enaknya di mana. “Iri? Bilang bos!” terus disambut dengan dendang DJ yang jedag-jedug. Ini rumah saya sebenarnya sampingan sama tukang kayu atau Boshe?

Baca Juga:

Derita 3 Tahun Bertetangga dengan Pemilik Sound Horeg, Rasanya seperti Ada Hajatan Tiap Hari

Derita Punya Tetangga yang Pelihara Ayam: Bau Tidak Sedap Jadi Musuh Sehari-hari, Sudah Diingatkan Malah Ngeyel

Lagunya juga itu-itu saja dan terus berulang bak nggak punya playlist yang mbois. Ya, maksud saya, mbok ya putar kumpulan tembang Om Sera, Nella Kharisma atau apa gitu, lho. Meskipun kebrebegan, tetapi kan kalau diajak njoget saya juga akan turun aksi. Nggak ada yang salah dengan suara keras, selagi itu adalah lagu dangdut yang enak untuk dinikmati!

Pengin rasanya memberi sosialisasi dengan tajuk, Pengenalan Lagu Dangdut yang Enak dan Nggak Mbrebegi. Tujuannya ya merekomendasikan beberapa lagu dangdut klasik sampai kontemporer yang menarik. Ya, mosok, to, di dunia ini ada orang yang nggak suka dangdut. Malah sukanya sama lagu-lagu medley DJ ala-ala seperti TikTok. Jadi, saya tahu lagu TikTok yang lagi tren, tanpa tahu konteks videonya itu seperti apa.

Iseng di suatu sore saya kirim pesan WhatsApp (karena waktu itu kami sekeluarga isolasi mandiri). Isi pesannya adalah kumpulan lagu di YouTube. Jadi mereka bisa akses dan menghubungkan ke salon miliknya. Isi lagunya ya yang agak nggenah. Pertama, lagu Peterpan. Se pop-punk-pop-punk-nya saya, dikasih tembang “Ada Apa Denganmu” yo bakalan sing along juga. Lagi pula Peterpan itu universal, mosok yo nggak mashoook?

Kedua, the one and only Didi Kempot. Wes to, yang ini pasti masuk di setiap telinga. Ketiga, kumpulan dangdut koplo yang saya susun sendiri. Esoknya adalah suka cita, pesta pora. Sementara ibu saya mumet di kamar, saya njoget di dapur. Ditemani oleh deru mesin yang mak jegagik kadang bikin kaget, sembari sesekali diselingi suara indah Mas Ariel yang bilang, “Dan mungkin bila nanti, kita kan bertemu lagi. Satu pintaku jangan kau coba mbrebegi kembali!”

BACA JUGA Tukang Cukur Selalu Memotong Rambut Kependekan Itu Ada Alasannya dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2021 oleh

Tags: berisiktetanggatukang kayu
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

7 Superhero MCU yang Nggak Tetangga-able Terminal Mojok

7 Superhero MCU yang Nggak Tetangga-able

6 Februari 2022
7 Karakter dalam Kartun Boboiboy yang Tetangga-able Terminal Mojok

7 Karakter dalam Kartun BoBoiBoy yang Tetangga-able

3 Februari 2022
Toko Kelontong Bukan Tempat Penukaran Uang, Tolong Kesadarannya, Hyung warung kelontong mitra tokopedia grosir online terminal mojok.co

Alasan Orang Suka Males Berbelanja di Warung Kelontong Milik Tetangga

31 Mei 2020
2 Stereotip Umum yang Keliru tentang Perumahan Syariah

4 Hal yang Harus Diperhatikan sebelum Memutuskan Mengambil Perumahan

20 Desember 2022
Derita Punya Rumah di Gang Sempit: Tidak Punya Privasi, Tetangga seperti CCTV 24 Jam Mojok.co

Derita Rumah di Gang Sempit: Tidak Punya Privasi, Tetangga seperti CCTV 24 Jam

7 Desember 2023
Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

2 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.