Yoon Jong Bin kembali setelah empat tahun sejak The Spy Gone North, film spionase yang cukup berkesan buat saya. Sutradara berusia 42 tahun itu akhirnya menulis dan menyutradarai serial pertamanya, Narco-Saints, dengan bekerja sama dengan Netflix.
Tak jauh-jauh dari filmografinya, Narco-Saints pada dasarnya gabungan dari The Spy Gone North dan Nameless Gangster dengan cerita tentang kartel narkoba. Narco-Saints juga memiliki elemen-elemen yang mirip dengan Infernal Affairs dan film gangster New World.
Sang sutradara juga kembali bekerja sama dengan muse-nya, aktor Ha Jung Woo (Beastie Boys, Nameless Gangster) untuk kesekian kalinya. Yoon juga menggaet bintang lain seperti Hwang Jung Min (The Spy Gone North, New World) dan Park Hae Soo (Squid Game) sebagai pemeran utama di samping Ha Jung Woo. Sementara di jajaran aktor pendukung, ada Jo Woo Jin, Choo Ja Hyun, Lee Bong Ryun, Yoo Yeon Seok, Kim Min Gwi, dan aktor asal Taiwan Chang Chen.
Narco-Saints terinspirasi oleh kejadian nyata tentang orang Korea yang menjadi pengedar narkotika di Suriname, Jo Bong Haeng. Namun, banyak elemen fiksi dan dramatisasi untuk kepentingan hiburan. Kalau nggak, mungkin akan membosankan.
Sederhananya, serial ini mengisahkan tentang seorang pria yang terlibat dalam operasi rahasia National Intelligence Service (NIS) setelah dijebak oleh seorang raja kokain yang mengendalikan pasar di Suriname dengan memanfaatkan topengnya sebagai seorang pastor.
Narco-Saints dimulai dengan sejarah protagonis Kang In Gu (Ha Jung Woo) yang telah berjuang dengan kehidupan sejak kecil berusaha keluar dari kemiskinan. Setelah akhirnya kembali ke jalurnya dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia menyadari bahwa dia hanya menyia-nyiakan waktunya menjalani kehidupan yang “biasa saja”, sementara anak-anaknya butuh biaya untuk sekolah.
Bersama Park Eung Soo (Hyeon Bong Sik), In Gu memasuki bisnis ikan pari di Suriname yang pasti akan memberinya penghasilan yang lebih baik untuk menjalani kehidupan yang lebih stabil bersama keluarganya. Istri In Gu, Hye Jin (Choo Ja Hyun), meminta agar In Gu pergi kebaktian ke gereja. Siapa sangka, gereja itu menjadi awal dari semua masalah. In Gu dan Eung Soo bertemu sosok pastor yang karismatik bernama Jeon Yo Han (Hwang Jung Min) yang ternyata seorang bos kartel narkoba.
Bisnis ikan pari milik In Gu dan Eung Soo hancur seketika oleh ulah Yo Han yang menunggangi kargo ikan pari dengan menaruh kokain di sana. In Gu pun dipenjara, dan di sanalah dia ditemui oleh anggota NIS, Choi Chang Ho (Park Hae Soo) yang kelak menyamar menjadi Goo Sang Man. Di penjara jugalah In Gu mengetahui bahwa temannya, Eung Soo, telah meninggal.
Saya bisa bilang, Narco-Saints adalah serial kriminal yang solid di hampir semua lini. Terutama penyutradaraan Yoon Jong Bin yang membuat serial ini seperti film layar lebar berdurasi 6 jam. Sementara bagian naskah, meski nggak sempurna, mampu menjaga alur cerita tetap mulus hingga akhir.
Narco-Saints juga punya alur yang sederhana, nggak ribet, dan mudah diikuti meskipun punya banyak lapisan cerita. Yoon Jong Bin terlihat berusaha untuk menjadikan serial ini bisa dinikmati penonton tanpa banyak berpikir.
Selain alur, dialog-dialog pada serial ini nggak terdengar canggung atau kaku sama sekali, apalagi ketika karakter harus berbicara menggunakan bahasa Inggris. Maklum, kebanyakan drama Korea sulit mengeksekusi dialog-dialog dengan bahasa Inggris. Tentu saja bukan hanya penulisan dialognya yang bagus, melainkan juga penuturan para aktor yang nggak perlu kita ragukan lagi kemampuan delivery-nya.
Aktor-aktor pendukung non-Korea pun tampak luwes dalam memerankan karakter mereka. Terutama Hwang Jung Min, Park Hae Soo, dan Ha Jung Woo, jajaran cast serial ini tampil totalitas. Yoo Yeon Seok juga tampil bagus dalam memerankan David Park yang modis dan tengil. Sementara Lee Bong Ryun tampil seperti biasanya—luar biasa.
Meski treatment penyutradaraannya lebih mirip dengan Nameless Gangster, soal visual, Narco-Saints lebih dekat ke The Spy Gone North dengan penyesuaian latar tempat. Serial ini juga selalu mengakhiri episodenya dengan menampilkan lanskap Suriname tahun 2000-an. Saya tahu, serial ini nggak syuting di Suriname, tapi tim produksi memaksimalkan upaya agar set mereka terlihat seperti Suriname. Sederhananya, visual Narco-Saints enak dipandang mata dan cocok ditonton di layar yang lebih besar dari layar komputer.
Meski memiliki naskah yang solid, Narco-Saints nggak lepas dari kekurangan. Menurut saya, episode pertama terlalu draggy dan berlama-lama dalam menceritakan latar belakang protagonis. Padahal, ada opsi untuk menyisipkan flashback di episode-episode berikutnya yang juga bisa digunakan untuk mendramatisasi suatu adegan. Di sisi lain, karakter Jeon Yo Han justru nggak digali lebih dalam. Apalagi perannya sesecara pastor palsu yang bisa dieksplorasi justru seperti diabaikan.
Kekurangan lain pada aspek cerita adalah masyarakat lokal Suriname nggak disorot secara proper. Kita hanya melihat masyarakat di situ mondar-mandir. Bahkan beberapa karakter orang Suriname yang tampil pun nggak memiliki porsi yang layak. Serial ini sebagian besar hanya berputar di Chang Ho, In Gu, antek-antek Jeon Yo Han, dan preman Tiongkok.
Meski begitu, saya bisa mengerti alasan Yoon Jong Bin nggak memasukkan hal-hal yang saya sebutkan. Selain persoalan durasi, serial ini memang ingin fokus pada upaya penangkapan Jeon Yo Han saja.
Terlepas dari kekurangannya, Narco-Saints adalah tontonan yang menghibur, terutama kalau kamu menyukai serial sejenis. Kalau boleh membandingkannya dengan serial Narcos (tentang Pablo Escobar), Narco-Saints lebih padat dan mudah ditonton.
Mengingat ending-nya yang cliffhanger alias ngegantung, mari kita berharap kemungkinan akan adanya season 2. Netflix telah menayangkan keseluruhan (enam) episode Narco-Saints hari Jumat (9/9/2022) lalu. Tertarik untuk menontonnya?
Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Fakta Menarik Narco-Saints, Serial Netflix yang Bakal Tayang September Mendatang.