Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
17 Mei 2024
A A
Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya

Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau mendengar kata “Lamongan”, pasti konotasinya adalah makanan. Entah soto atau bahkan pecel lele beserta tenda pinggir jalannya. Iya, Lamongan memang identik dengan makanan enak nan mengenyangkan.

Selain itu, warga asli Lamongan mungkin akan menyematkan kata “jalan” dan “rusak” ketika mendengar kata Lamongan. Ya gimana hampir semua kondisi jalan di sini memang rusak.

Dari sana, saya selalu tertawa ketika melihat sebuah konten yang berusaha keras untuk meromantisisasi Lamongan. Sebab, selain nggak perlu dilakukan, usaha tersebut juga nggak natural. Hasilnya jadi kelihatan maksa.

Warga Lamongan pasrah dengan kondisi yang gini-gini aja

Sebagai warga, saya sudah sangat pasrah dengan kondisi Lamongan yang memang begini-begini saja. Dalam kondisi tersebut, tiba-tiba saja teman saya mengajukan pertanyaan random. “Apa yang membuatmu bangga menjadi warga Lamongan?” tanyanya.

Saya berpikir dengan cukup keras. Sebab, seperti yang saya katakan di atas, kalau diingat, saya hampir tidak menemukan sisi romantis dari Lamongan.

Tidak ada tempat estetis di sini. Transportasi umumnya pun wadaw… Bahkan saya tidak menemukan program kerja dari pemerintah daerah yang benar-benar bagus. Lamongan memang terkesan dikelola secara ugal-ugalan.

Namun, setelah berpikir agak lama, saya menemukan satu hal yang membuat saya bangga menjadi warga Lamongan. Kabupaten ini tidak bisa diromantisisasi.

Tidak ada yang bisa diromantisisasi di sini

Gimana mau romantisisasi, lha tidak ada sisi romantisnya. Kondisi jalan di Lamongan saja lebih banyak yang berlubang. Kemudian tiap musim hujan pasti ada wilayah yang selalu banjir. Ruang terbuka hijau juga tidak banyak di sini.

Baca Juga:

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

Iya, justru karena tidak bisa diromantisisasi, saya jadi bangga. Karena dengan itu, Lamongan tercipta untuk dicintai apa adanya.

“Tapi, bukankah romantisisasi sebuah kota adalah hal yang baik?”

Betul, di satu sisi sangat betul. Akan tetapi, romantisisasi tersebut juga cukup riskan jika dilakukan secara serampangan.

Banyak dampak yang terjadi akibat romantisisasi tersebut yang membuat masalah di daerah akhirnya tertutupi dan tidak terselesaikan secara tuntas.

Di Bandung misalnya, berita tentang geng motor yang brutal masih cukup mencekam dan saya masih belum menemukan solusi yang presisi dari pejabat publik. Selain geng motor, tentu masih banyak masalah di Bandung yang ada di benak warganya. Akan sangat kurang bijak jika solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan romantisisasi sebuah kota saja.

Pun saya teringat dengan nasib Jogja dan Malang, yang secara kebetulan saya pernah merantau dan tinggal agak lama di sana. Kedua kota tersebut juga sering disematkan kata romantis padahal warga sekitar menolak mentah-mentah julukan tersebut.

Kenapa demikian? Sebab masalah sosial menjadi tidak tampak. Jogja misalnya, kota yang diromantisisasi dengan biaya hidup yang murah. Padahal jika diamati dengan saksama, harga kos dan makanan di sana tidak semurah itu juga.

Jika Lamongan ikut-ikutan diromantisisasi…

Bayangkan saja jika Lamongan akhirnya diromantisisasi. Masalah jalan rusak tidak akan pernah menjadi isu yang hangat diperbincangkan lagi.

Berita tentang bapak-bapak yang menambal jalan raya dengan uangnya pribadi tidak akan sampai di telinga banyak orang, sebab akan langsung diberikan serangan balik berupa romantisisasi kota beserta embel-embel kata-kata bijak dan background hujan rintik-rintik. Atau bisa saja langsung diserang dengan pertanyaan “KTP mana?” persis seperti kota sebelah. Bisa saja lho ini.

Oleh karena itulah saya bangga dengan kondisi Lamongan yang memang tidak bisa diromantisasi. Lagi pula kalau sudah cinta dan bangga, kenapa harus mencari-cari alasan? Bukankah cinta paling tulus adalah ketika mencintai apa adanya?

Atau jangan-jangan, pemerintah daerah memang sengaja membuat jalan yang rusak serta hal-hal yang tidak nyaman lainnya agar warga mencintai Lamongan apa adanya. Mungkin lho ini. Saya kan memang orang yang suka berprasangka baik.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Susahnya Menjadi Anak Kabupaten Lamongan: Bikin Iri sama Anak Surabaya, Malang, dan Jogja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Mei 2024 oleh

Tags: jalan rusakjawa timurKabupaten Lamonganlamonganlamongan kota
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Seorang tenaga pendidik lulusan UIN Malang dan UIN Jogja. Saat ini tinggal di Lamongan. Mulai suka menulis sejak pandemi, dan entah kenapa lebih mudah menghapal kondisi suatu jalan ketimbang rute perjalanan.

ArtikelTerkait

5 Tempat Wisata Overrated di Kota Batu. Apanya yang Spesial, sih?

5 Tempat Wisata Overrated di Kota Batu. Apanya yang Spesial, sih?

9 Desember 2023
3 Hal yang Membuat Lamongan Semakin Payah Dibanding Tuban, padahal Dahulu Setara Mojok.co

3 Hal yang Membuat Lamongan Semakin Payah Dibanding Tuban, padahal Dahulu Setara

25 Oktober 2025
3 Kuliner Aneh tapi Enak yang Wajib Dicoba Saat ke Banyuwangi Terminal Mojok

3 Kuliner Aneh tapi Enak yang Wajib Dicoba Saat ke Banyuwangi

3 Mei 2022
5 Rekomendasi Mobil Irit BBM, Dijamin Nggak Bikin Kantong Meringis!

Percuma Punya Mobil Irit BBM kalau Macet dan Jalannya Jelek

5 Januari 2023
Dilema Nama Daerah Purwodadi

Dilema Nama Daerah Purwodadi

12 April 2023
6 Rekomendasi Street Food Surabaya yang Laris Diserbu Pembeli Terminal Mojok

6 Rekomendasi Street Food Surabaya yang Laris Diserbu Pembeli

19 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.