Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Muslim Nggak Usah Sensi sama Tempat Ramai Hanya karena Masjid Sepi

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
20 Mei 2020
A A
Bukan Ibadah Salat Saya yang Kecepetan, tapi Salat Anda yang Kelamaan mojok.co/terminal

Bukan Ibadah Salat Saya yang Kecepetan, tapi Salat Anda yang Kelamaan mojok.co/terminal

Share on FacebookShare on Twitter

Efek corona beberapa tempat ibadah di beberapa daerah yang dinyatakan zona merah ditutup. Tak terkecuali masjid, tempat ibadahnya umat Islam itu. Nggak… nggak… bukan ditutup agar muslim menjauh dari agama. Tidak begitu.

Ini sekadar ikhtiar agar mata rantai virus corona bisa dihentikan. Setidaknya hingga kurvanya melandai. Di kota saya saja, masjid yang beroperasi normal—terbuka untuk beragam jenis salat—bisa dihitung jari. Perkaranya, Pak Walikota telah mengimbau supaya masjid untuk sementara waktu nggak buat salat jamaah dahulu.

Terutama untuk salat jumat, salat tarawih dan nanti berlanjut saat salat Idul Fitri. Masyarakat diminta untuk beribadah di rumah saja. Namun kebijakan supaya tak ada salat berjamaah di masjid, atau apa pun kegiatan di masjid yang berhubungan dengan banyak orang, menuai pro dan kontra.

Ada yang menyayangkan mengapa masjid tutup sementara tempat umum lain masih ramai. Beberapa teman selingkung saya memposting di WhatsApp Story foto orang berkerumun di Bandara Soekarno-Hatta dan digabungkan dengan gambar dokter. Dalam benak saya, ini pasti tengah trending.

Benar saja. Ketika membuka Twitter, Bandara Soetta menjadi trending topik. Pasalnya, di tengah anjuran di rumah saja dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), bandara masih ramai. Orang-orang berdesakan tanpa memikirkan nasib dirinya sendiri dan orang lain.

Selepas buka Twitter, giliran saya membuka Facebook. Netizen Facebook yang tak kalah update itu juga ternyata banyak yang sudah tahu kejadian di Soetta. Mereka yang terkenal hyper sensitive pun ikut melontarkan cacian, makian, sumpah serapah, dan nyinyiran buat warga yang berkerumun di Soetta.

Ketika saya buka sebuah grup di Facebook, saya menemukan satu postingan yang agak berlebihan—untuk tidak menyebut aneh dan wagu. Seseorang memposting dua gambar di grup tersebut. Satu gambar masjid yang sepi, satunya lagi gambar Bandara Soetta yang ramai.

Dia sepertinya pengin nunjukin dua hal yang berlainan. Dengan kapsyen sedikit dibuat-buat, dan menggebu-gebu, ditambah mencongkel sembarangan ayat, postingan itu banjir like. Lebih dari dua ribu like dan enam ratusan komentar menghujani postingan itu.

Baca Juga:

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

3 Lagu Natal Paling Enak Versi Pendengar Muslim

Nyaris seluruh komentarnya bernuansa perpisuhan ria. Saling misuh dan mencaci maki nggak karuan. Nggak cuma itu. Selang sekian hari, mal-mal di kota saya mulai buka. Dan postingan serupa muncul lagi. Netizen Facebook pun gercep mengomentarinya.

Ada yang nulis “manungsa kedunyan” (manusia terlalu cinta dunia); “pemerintah nggak becus”; dan macam-macamlah. Oh iya, satu lagi paling menarik komentarnya gini, “rumah Allah dibikin sepi, tapi bandara ramai. Dasar komunis!”

Lah? Komunis maneh, hadeh… intinya, mereka banyak yang menginginkan supaya masjid dibuka kembali. Bisa buat salat berjamaah lagi. Tanpa ada sekat-sekat penghalang, dan prosedur pembatasan sosial yang menurut mereka merepotkan. Ealah~

Muslim wal muslimah di Facebook ini tampaknya terlalu sensi kalau ada tempat ramai. Mereka ini langsung membandingkan dengan masjid. Heh! Saya kasih tahu ya, jika bandara, mall, dan tempat-tempat lain ramai tanpa penjarakan sosial, maka bukan berarti masjid harus demikian. Loh, kok begitu? Ini ibadah urusannya sama Tuhan loh.

Iya… iya… saya mengerti. Memang berat menerima realitas ini. Namun, keadaan yang memaksa begitu. Maksud saya begini, kalau masjid juga ramai, salat berjamaah normal seperti sedia kala, bahkan sampai ngadain acara besar, kalian-kalian kan jadi nggak bisa membanding-bandingkan, tho?

Biarin aja sih tempat lain ramai dan tak taat pembatasan sosial. Masjid jangan tiru-tiru. Sebagai tempat ibadah memang udah sepatutnya menjadi contoh. Saya sebagai muslim, malah bangga loh ada masjid yang taat anjuran. Nggak ngadain jamaah dulu.

Masjid bisa menjadi corong pencegahan penularan virus. Dengan sepinya masjid, tak ada aktivitas yang berhubungan dengan banyak orang, ini artinya masjid tak cuma berfungsi buat kegiatan sakral tetapi juga profan. Biar Islam itu benar-benar Rahmatan Lil Alamin gitu loh.

Kalau masjid sampai ikut-ikutan ramai, salat berjamaah tanpa ada penjarakan sosial alias berdesakan, ya apa bedanya masjid dengan mall, jalan raya, dan bandara?

Justru karena muslim tahu bahwa mencegah kemudharatan jauh lebih baik, makanya nggak usah sensi berlebihan. Kalau sebagai muslim hal-hal sepele gitu aja sensitif, malah bisa-bisa dimanfaatkan oknum buat memecah belah.

Oknum yang saya maksud ini berbagai macam. Apalagi buzzer yang berseberangan dengan pemerintah. Wah, bisa jadi sensitivitas umat Islam terhadap tempat ramai, dengan dibandingkan sama masjid yang sepi justru jadi ruang terbuka untuk dimanfaatkan menggalang suara. Ujung-ujungnya agama ini jadi komoditi dan alat propaganda.

BACA JUGA Absurdnya Menyamakan Tokoh Politik dengan Sahabat Nabi dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2020 oleh

Tags: masjid sepimuslimsocial distancing
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

23 Desember 2019
Nyatanya, Wisata Halal Belum Tentu Ramah Muslim

Nyatanya, Wisata Halal Belum Tentu Ramah Muslim

10 Desember 2023
ahli bid'ah, Tren Hijrah yang Banyak Dipersoalkan Umat

Tren Hijrah yang Banyak Dipersoalkan Umat

17 Desember 2019
wudu

Daripada Berharap pada Negara, Wudu Jadi Jalan Ninja Saya Mencegah Corona

18 Maret 2020
Gara-gara Nonton FTV Saya Jadi Sering Berimajinasi

Gara-gara Nonton FTV Saya Jadi Sering Berimajinasi

11 April 2020
Lebih Sedih Ditolak Kampung Halaman Ketimbang Ditolak Gebetan

Lebih Sedih Ditolak Kampung Halaman Ketimbang Ditolak Gebetan

25 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.