Performanya pedas
Sebenarnya saya lumayan takut saat mengulas motor Honda Spacy milikku ini. Maklum, perempuan. Seringnya dianggap asal ngglinding kalau pakai motor. Namun dengan kebersamaan yang lebih dari satu dekade ini agaknya sudah cukup untuk diriku mengulasnya.
Sekali lagi performanya cukup pedas, alias oke banget. Seperti keunggulan yang sudah aku jabarkan di atas, ada beberapa aspek lain yang membuat motor ini kuanggap pedas. Aku tidaklah terlalu mengerti tentang mesin, maka akan aku jabarkan dengan jujur pengalamanku.
Selain jok yang punya mode muat apa saja, motorku ini punya spion yang lebar, sehingga semua yang ada di belakang bisa terlihat dengan jelas. Terdengar sepele namun keberadaan spion ini agaknya sedikit terasa ketika aku pindah haluan ke motorku yang sekarang, yaitu Scoopy. Semenjak berganti Scoopy, aku tak begitu nyaman saat menggunakan spion. Spion motor Scoopy yang bundar cenderung sempit dan menyulitkan pandanganku melihat ke belakang. Inilah alasan spion Spacy masih lebih unggul.
Motor Honda Spacy ini tidak rewel-rewel amat perawatannya. Aku cukup pergi ke bengkel atau AHASS setiap Bapak memerintahkan menservis motor. Cukup dengan perawatan yang sederhana ini, Spacy-ku sudah siap mengantarkan ke mana aku mau. Â
Kuat meskipun berkali-kali melantai
Selain sudah malang melintang ke berbagai kota dan provinsi, motor ini juga sudah berkali-kali melantai di aspal alias jatuh. Setelah kuingat-ingat mungkin sekitar 8 kali aku jatuh, mulai dari jatuh ringan hingga terserempet mobil pun sudah dilalui. Namun tidak ada kerusakan yang berarti, paling-paling hanya lecet saja. Melihat kenyataan bahwa motor baruku yang hanya ambruk sudah patah handel remnya dan motor Beat temanku yang hanya ambruk saja sudah bikin bodinya bolong, membuatku berpikir bahwa motor Spacy-ku punya build quality yang bagus juga.
Bodinya yang nggak besar-besar amat menjadikan motor ini masih sangat bersahabat untuk meliuk-liuk dalam kemacetan. Pun karena bodi yang pas ini menjadikannya enak untuk dipakai bepergian jauh dan jauh sekali, contohnya PP Semarang-Jakarta. Satu hal lagi yang penting bodi motor ini fit sekali dengan diriku, nggak kebesaran dan tidak pula kekecilan, perfect.
Bersama motor ini pula untuk pertama kalinya aku melancong jauh ke Jakarta. Segala macam bentuk panas, hujan, badai kulalui sampai Jakarta, tak sekalipun ada kendala di jalan. Sepulang perjalanan PP Semarang-Jakarta itupun motor Spacy-ku ini tak ada rewel-rewelnya. Perjalanan lebih dari 15 jam, pulang-pergi, dengan umurnya saat itu yang sudah 8 tahun, standing applause layak sekali diberikan padanya.
Motor Honda Spacy sepi peminat, sampai terharu jika berpapasan di jalan
Ya meskipun menurutku performanya cukup oke, tak membuat motor Spacy ini ramai dibeli. Aku sampai cari berapa penjualan motor Spacy saat menulis tulisan ini. Dilansir dari CNN Indonesia, Kamis (16/11/2017), data penjualan wholesales yang dirilis Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) mencatat Astra Honda Motor (AHM) hanya berhasil menjual 4.223 unit Spacy, dan akhirnya produksi dihentikan pada 2018.
Begitu sedikit penjualannya memang sangat aku rasakan sebagai pengguna motor Spacy. Sangat jarang kutemui orang yang memiliki motor ini. Bahkan hanya sekedar berpapasan di jalan pun bisa dihitung jari. Jika sekali saja berpapasan di jalan aku merasa bertemu dengan saudara jauh, begitu terharu rasanya.
Ingat sekali ketika SMA, ada satu temanku yang motornya juga Spacy warna hijau, ketika ketemu di parkiran pasti aku reflek tersenyum dan menyapa. Hanya melihat kembarannya motorku bisa bikin bahagia dan excited, tak peduli dengan masalah yang sedang terjadi saat itu. Jadi semacam hiburan dan penyemangat hidup.
Yang bagus-bagus udah, kini bagian tragisnya
Sayangnya, konsumsi bahan bakar motor Honda Spacy ini lumayan boros bahan bakarnya. Dalam satu minggu aku perlu setidaknya mengisi penuh tanki motor ini, dan merogoh kocek sekitar 40-45 ribu. Itu pun hanya kugunakan bepergian sekitar kampus saja dan sesekali pergi ke Semarang Bawah. Jika pergi jauh seperti Semarang-Blora aku perlu mengisi penuh tangki di awal perjalanan, lalu perlu mengisi lagi pada tiga perempat perjalanannya. Ini menurutku cukup boros jika dibandingkan motorku yang sekarang yang cukup sekali isi tangki dan tak perlu mengisi lagi hingga sampai Blora.
Beberapa kali pernah blong, namun aku tak sepenuhnya menyalahkan Spacyku ini. Hal ini bisa saja terjadi karena perawatanku yang kurang bagus, bisa juga karena aku yang tak lihai mengatur penggunaan rem pada turunan yang curam. Sudah dua kali aku mengalami rem blong. Yang pertama pada jalan tembus antara Unnes dan Undip, dan yang kedua adalah pada sepanjang turunan Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Namun justru aku banyak belajar, bagaimana mengatur penggunaan rem pada turunan sehingga tak blong lagi.
Kehadiran motor Honda Spacy dalam kehidupanku banyak memberikan kebahagiaan, juga pembelajaran. Meskipun sepi sekali peminat motor Spacy, seperti sepinya hatiku. Tapi sungguh ramai sekali pengalaman yang kudapatkan bersamanya.
Penulis: Nazhira Khairunnisa
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Motor Honda yang Wajib Dibeli: Jelas Irit, Jelas Keren, dan Jelas Lebih Bagus ketimbang Yamaha!




















