Pada akhirnya saya tergelitik untuk membuka ribuan kenangan lama tentang pertemanan yang membusuk. Karena kali ini, ada satu kenalan saya yang menawarkan sebuah konsep—yang katanya—baru dalam money game alias permainan mendulang uang yaitu trading.
Saya yang awam ini tentunya hanya mampu mengidentikkan trading dengan aktivitas main saham, valas (valuta asing), dan sejenisnya. Sesuai dengan pengetahuan investasi yang saya pelajari gratis di Twitter dan laman internet lain, ada beberapa cara legal yang mesti kita lewati kalau mau berinvestasi dengan jalan itu.
Nah, teman saya ini menawarkan sebuah hal yang berbeda yang dia klaim sebagai trading anti-gagal.
“Zaman sekarang main valas pakai cara konvensional? Kapan kayanya?—kalah sama yang udah main duluan. Sini deh gue ajak kaya lewat investasi valas dengan perusahaan xxx.”
Teman saya kemudian melanjutkannya dengan menghina berbagai macam trik awam untuk trading—mulai dari copy trading bahkan sampai trik babi ngepet. Semuanya dia lakukan dengan cara yang amat persuasif—sampai mungkin—kalau rasa trauma saya tidak muncul, saya akan mudah mengiyakan apa yang dia katakan.
Oh ya, saya belum cerita trauma macam apa yang saya alami terkait hal ini. Beberapa tahun yang lalu, seorang teman menawarkan jalan pintas untuk jadi kaya. Sebagai seorang mahasiswa, tentu ini seperti secercah sinar mentari di antara musim dingin ekstrem Rusia. Teman saya pun bilang: nanti ya, gue dateng ke kosan lo bareng temen gue.
Usut punya usut, cara jadi kaya yang ditawarkan oleh teman saya adalah dengan menjual beberapa barang—yang menurut saya—tidak berfaedah dan dilebih-lebihkan manfaatnya. Ketimbang menawarkan keampuhan produk, teman saya dan rekannya ini justru seperti mengarahkan saya untuk merekrut lebih banyak orang supaya mau bergabung dan membayar biaya anggota.
Pada saat itu, saya langsung benci setengah mati pada sistem MLM (Multi-Level Marketing). Namun, setelah melalui beberapa kali rayuan gombal dari teman semacam ini, kemudian saya sadar bahwa ini namanya money game.
Sistem MLM memang berfokus pada konsep member gets member atau rekrutmen anggota. Hanya saja, MLM yang baik tentu punya produk yang jelas, dan sistem usahanya legal serta terdaftar di OJK. Sementara itu, money game lebih berfokus pada bagaimana cara mendulang uang tanpa memperhatikan barang atau hal nyata yang dijual.
Nah, apa yang ditawarkan teman saya terkait trading jelas masuk ke dalam konsep money game. Money game sendiri dilarang dan tidak terjamin keamanannya. Seharusnya, teman saya yang pendidikannya tinggi ini tahu kalau apa yang sedang dia ikuti adalah money game.
Namun sayang, teman saya termakan hasutan untuk kaya dalam waktu cepat—dan meniadakan kemungkinan kalau suatu saat dia bisa merugi. Sebuah nasib yang pernah dialami nasabah arisan daring tidak jelas seperti Dream for Freedom.
Sistem yang ditawarkan teman saya ini seperti judi. Mungkin teman saya juga tahu itu, dan paham betul kalau dia tengah mengikuti bisnis ilegal. Namun, seperti orang berpendidikan yang main judi di Las Vegas, teman saya mau saja larut ke dalam permainan itu, berharap dia jadi yang beruntung.
Tentu saja, layaknya pengalaman yang sudah-sudah, hubungan saya dan teman saya ini jadi renggang. Saya mematikan story Instagramnya dan kemarin—bahkan kepikiran untuk memblokirnya di Whatsapp. Mungkin saya cuma satu dari sekian banyak orang yang menjauhinya karena dia masuk ke lingkaran setan produk tidak jelas.
Soalnya, beberapa kali teman saya bilang begini di media sosialnya: nggak mau diajak kaya? Silakan! Yang penting sini udah menikmati keuntungan berlipat ganda. Ini seolah seperti nantangin banyak kawannya yang berpikir logis dan menganggap bahwa teman saya ini sudah sama gilanya dengan murid Dimas Kanjeng. Namun yah, uang memang bisa membutakan banyak orang.
Teman saya mungkin sekarang mendulang keuntungan. Dan, ketika sistem money game ilegal ini collapse alias merugi, teman saya mungkin sudah menikmati uang yang banyak dan sudah menarik uangnya dari perusahaan tersebut.
Namun dia lupa, berapa pun banyaknya keuntungan yang dia dapatkan dari investasi tersebut, dia akan rugi pada akhirnya. Karena dia sudah kehilangan integritas di depan banyak temannya. Apalagi kalau ada teman yang berhasil direkrut kemudian merasa rugi karenanya.
Cuma kayaknya kalau orang-orang sudah keracunan uang ilegal, rasa malu juga luruh seiring dengan akal sehat mereka. Ya kalau tidak begini, koruptor pasti sudah hilang muka dari dulu, kan?