Baru-baru ini, penggemar gundam dibuat girang secara bertubi-tubi oleh Netflix. Betapa tidak. Setelah sebelumnya menayangkan sekuel Gundam secara marathon, dari volume pertama sekaligus memperkenalkan pilot gundam pertama yang sangat melegenda, Amuro Rai, sampai dengan yang terakhir (Char’s Counterattack), pada 1 Juli 2021 kemarin Netflix menayangkan sekuel gundam teranyar, Mobile Suit Gundam: Hathaway.
FYI, jika kalian ingin menonton Mobile Suit Gundam: Hathaway, saya sangat menyarankan untuk menonton Gundam: Char’s Counterattack terlebih dahulu. Lantaran, ada irisan cerita yang perlu dipahami biar nggak bingung-bingung amat dengan alur cerita saat menontonnya. Apalagi reputasi Hathaway sebagai pilot gundam, sejak kecil sampai akhirnya bisa satu tim dengan Amuro Rai—pilot gundam yang legendaris itu—diceritakan secara rinci pada judul tersebut/sekuel sebelumnya.
Hathaway remaja adalah sosok pilot gundam yang lebih berhati-hati dan terukur sebelum mengambil keputusan. Berbanding terbalik saat sewaktu anak-anak yang ceroboh, tanpa pikir panjang, dan terlalu serampangan dalam bertindak. Emosional. Namun, soal keberanian, masih memiliki tingkat keberanian yang tetap masih sama.
Satu yang pasti, jangan heran jika Mobile Suit Gundam: Hathaway punya polesan dan pengembangan cerita yang mirip-mirip dengan Char’s Counterattack. Lantaran, naskah digarap oleh orang yang sama, yakni Yoshiyuki Tomino.
Alur cerita yang greget di awal sampai membikin para penonton merasa antusias. Sempat tenang dan tidak ada konflik di pertengahan cerita. Namun, pada akhirnya tetap memacu adrenalin, greget, sekaligus ada klimaks di seperempat terakhir filmnya. Betul-betul memainkan emosi penonton dengan sangat smooth.
Sama seperti Char’s Counterattack, boleh dibilang, keseluruhan cerita Mobile Suit Gundam: Hathaway, pertarungan antar-gundam sangat minim sekali. Bahkan, klimaksnya baru terjadi di seperempat terakhir dari total durasi film keseluruhan. Belum diketahui, apakah ini menjadi ciri khas dari Yoshiyuki Tomino atau bukan. Yang jelas dialog dan alur ceritanya masih ringan, lebih mengedepankan konflik cerita, tapi tetap mudah dipahami. Hal ini juga dipertegas dengan kehadiran tiga karakter utama yang masing-masing punya kepentingan tersendiri: Hathaway Noa, Gigi Andalucia, dan Kenneth Sleg.
Konflik dalam Mobile Suit Gundam: Hathaway, sebetulnya masih sama dengan sekuel sebelumnya. Masih soal konflik politik antara federasi bumi dan luar angkasa, menentukan siapa yang lebih baik dan bertahan, juga siapa yang layak disingkirkan. Yang menjadi pembeda adalah karakter Amuro dan Hathaway dalam memimpin timnya masing-masing. Amuro memiliki ciri khas yang sangat menggebu-gebu dalam setiap peperangan yang dilakoni. Sedangkan Hathaway kebalikannya, penuh perhitungan dan melakukan analisis-observasi sebelum bertindak. Terbilang agak lambat. Terkadang membikin penontonnya gemes.
Soal visual yang ditampilkan, Mobile Suit Gundam: Hathaway ini memang nggak perlu diragukan lagi. Pertempuran gundam yang satu dengan lainnya betul-betul memanjakan mata. Singkat, padat, tapi memberi kesan mendalam bagi para penontonnya. Lantaran, duel antar gundam ditentukan oleh kemampuan sekaligus pengalaman pilotnya masing-masing. Ini yang menjadi pembeda dan bukan hanya soal gundam siapa yang lebih kuat.
Secara keseluruhan, hal yang membuat Mobile Suit Gundam: Hathaway sangat menarik untuk ditonton adalah karena timing atau penempatan emosi yang tepat pada setiap karakternya. Nggak selalu menggebu-gebu dan melulu soal peperangan, nggak selalu cengeng atau menye-menye, termasuk juga analisa yang pas sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu tindakan. Meski tempo alur ceritanya lambat di awal, hal itu terbayar ketika memasuki pertarungan antar gundam.
Bagi para penonton di Indonesia, Mobile Suit Gundam: Hathaway akan sangat terasa lebih spesial. Lantaran, dalam salah salah satu adegan, Hathaway menyebutkan nama daerah di Indonesia: Manado dan Semenanjung Minahasa. Terkesan sepele, memang. Namun, bagi seorang penyuka gundam seperti saya, sekaligus berasal dari Indonesia, pada titik tertentu, hal tersebut menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Semoga di waktu mendatang, semakin banyak pulau atau kota di Indonesia yang disebut pada serial atau sekuel gundam lainnya. Meski sederhana, disadari atau tidak, hal tersebut bisa menjadi hiburan tersendiri di situasi dan kondisi yang sedang karut marut seperti sekarang ini. Dan melalui Mobile Suit Gundam: Hathaway, para penonton atau penyuka serial robo-mecha akan dibuat sadar bahwa, dengan komposisi yang pas, meski minim pertempuran antar mobile suit, film bergenre serupa akan tetap greget untuk ditonton.
Sumber gambar: YouTube GundamInfo
BACA JUGA Mobile Suit Gundam: Iron-Blooded Orphans, Serial Gundam dengan Plot Paling Realistis dan Antiklise dan artikel Seto Wicaksono lainnya.