Waduk Darma yang terletak di Kuningan ini punya banyak misteri yang belum terpecahkan
Setiap tempat pasti menyimpan kisah misteri. Kisah ini berasal dari cerita warga secara turun-temurun. Hal ini yang menambah khazanah pengetahuan bagi para generasi penerusnya. Kisah yang disampaikan pun menyimpan nilai-nilai yang luhur agar tempat tersebut tetap terjaga.
Begitu juga dengan tempat satu ini. Yaps, Waduk Darma. Waduk ini terletak di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan. Jarak tempuh dari Alun-alun Kuningan sekitar 11 km dengan waktu tempuh 20 menit. Waduk yang terletak di Kabupaten Kuningan ini, memiliki luas sekitar 425 hektar.
Keindahannya pun tak perlu diragukan lagi. Waduk ini dikelilingi oleh perbukitan yang sangat memanjakan mata para pengunjungnya. Perbukitan yang seolah saling memeluk Waduk Darma dari segala sisi, udara yang sejuk, alam yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota membuat para pengunjung terpukau dengan keindahan Waduk Darma. Waduk satu ini bahkan menjadi tempat penyelenggaraan agenda tahunan Festival Kentongan Internasional. Menarik, bukan?
Selain berkreasi, pengunjung juga bisa melakukan aktivitas lain. Pengunjung bisa jalan santai, foto-foto, joging, hingga memancing. Fasilitas di Waduk ini juga sangat memadai. Mulai dari toilet, musala, area parkir, taman, playground hingga spot foto. Bukan hanya itu, Waduk Darma juga digunakan sebagai irigasi area persawahan di desa sekitarnya.
Di balik keindahannya, Waduk Darma menyimpan berbagai misteri. Termasuk asal-usul pembuatannya. Konon, berdasarkan cerita sesepuh, pembuatan Waduk ini menenggelamkan berbagai situs keramat. Sehingga selalu ada cerita mistik yang menyelimuti tempat ini. Terkadang ada pengunjung yang tiba-tiba kerasukan. Hal ini terjadi karena pengunjung yang bersangkutan tidak menjaga sikap dan perilakunya saat di sekitar area waduk.
Suatu ketika, ada seorang yang melihat kemunculan makhluk aneh berwarna putih dengan ukuran yang sangat besar. Kemudian Ia terkejut dan pingsan. Warga meyakini bahwa orang tersebut melihat kemunculan Belut Putih Raksasa. Hanya orang tertentu yang dapat melihat sosok Belut Putih.
Kedatangan makhluk satu ini tidak bisa ditunggu-tunggu. Ia akan muncul secara tiba-tiba. Namun, rasa curiga masyarakat mengenai keberadaan Belut Putih memunculkan inisiatif untuk memancingnya keluar. Konon, warga menyiapkan satu ekor kerbau sebagai umpan. Ternyata, Belut Putih Raksasa itu muncul. Lalu, kerbau milik warga dimakan bulat-bulat oleh Belut Putih Raksasa. Setelah kejadian itu, masyarakat mulai percaya mengenai keberadaan makhluk tersebut. Warga meyakini Belut Putih Raksasa sebagai penjaga Waduk Darma.
Selain itu, cerita mengenai pusaran air di Waduk Darma sudah menjadi konsumsi warga. Pusaran air ini sering disebut sebagai cikurubuk. Warga setempat menyebut letak dari pusaran ini tepat di tengah-tengah Waduk. Sehingga, ketika ada kapal atau orang yang tenggelam warga mengatakan tersedot oleh Cikurubuk. Waduk Darma tergolong sering memakan korban jiwa. Sebelum ada korban meninggal, selalu ada tanda-tanda yang sama.
Pertama, hasil tangkapan ikan nelayan akan melimpah. Nelayan tidak kesulitan mencari ikan. Kedua, ikan yang ditangkap berukuran besar. Padahal di hari-hari lain sangat jarang menemui ikan berukuran besar. Tak lama setelah kejadian itu, sering kali ada warga yang dikabarkan tenggelam di Waduk Darma.
Korban yang tenggelam atau tersedot cikurubuk di Waduk Darma sering kali sulit ditemukan. Apabila jasadnya tiba-tiba ditemukan mengambang di Waduk Darma, di tempat itulah warga menyebutnya sebagai Munjul Bangke. Munjul Bangke memiliki arti tempat munculnya jasad atau bangkai mayat dari korban.
Hal mistis lain di Waduk Darma yaitu Keberadaan Gunung Goong. Gunung ini terletak di tengah-tengah Waduk Darma. Jarang sekali warga yang berani mengunjunginya. Konon, suara misterius sering terdengar di tempat ini. Suara yang paling sering terdengar adalah suara gamelan. Gimana, sudah siap mental untuk berkunjung ke Waduk Darma, guys?
Dari berbagai kejadian tersebut, kita seolah diingatkan untuk senantiasa menjaga sikap di mana pun berada. Sebagaimana kata pepatah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Ibarat kata, kalau rumah kita kedatangan tamu yang urakan dan tidak menjaga sopan santun, pasti kita akan marah. Begitu, ya, Guys!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kuningan dan Cirebon: Berbeda tapi Saling Melengkapi