Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Minum Kopi Itu Biasa Saja, Nggak Usah Dibikin Ribet dan Diromantisasi

Sofyan Aziz oleh Sofyan Aziz
6 September 2020
A A
Minum Kopi Itu Biasa Saja, Nggak Usah Dibikin Ribet dan Diromantisasi kopi artisan kopi senja barista kasta minum kopi terminal mojok.co

Minum Kopi Itu Biasa Saja, Nggak Usah Dibikin Ribet dan Diromantisasi kopi artisan kopi senja barista kasta minum kopi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Bro, minum kopi di rumahmu gratis, kalau di sini kok 69 ribu ya?” begitulah WA seorang sahabat yang mengabarkan kegundahannya ketika ngopi di gerai terkenal di suatu bandara.

Tentu saja sahabat saya itu tidak sedang membandingkan sesuatu yang gratisan dengan yang bayar. Tetapi menebus secangkir kopi dengan harga 69 ribu itu bagi terlalu absurd.

Kekagetan sahabat saya itu tentu hal yang lumrah saja. Terlebih jika kita selow memperbandingkan harga secangkir kopi antara di warung kopi, di angkringan, di kafe, dan di gerai kopi terkenal. Maka akan semakin tampak tidak masuk akalnya. Padahal kopi itu kan sama-sama saja. Produk kopi tentu saja berbahan dasar sama, yang dipetik dari pohon kopi.

Apa dikira jika minum kopi dari kafe top, lantas kopinya dari jenis kopi yang dipupuk pakai emas, dan disiram dengan air rendaman berlian. Tentu saja tidak.

Mungkin saja karena olahan, kemasan, dan penyajian yang berbeda yang membuat disparitas harga menjadi tajam. Atau jangan-jangan jika kita ngopi di kafe top, kita sebetulnya tidak sedang ingin ngopi, kita hanya ingin minum “merknya” saja untuk diabadikan di media sosial saja, demi prestise dan  pamer saja. 

Jika iya, maka kitalah yang salah. Persepsi manusia yang mem-blow up-nya dan membuat minum kopi jadi ribet. 

Keyakinan di atas akan semakin mengental jika kita telah merasakan kopi di semua genre perkafean tadi. Saya sebagai penggemar kopi kelas receh berani mengatakan bahwa rasa kopi di semua tempat itu nggak  terlalu beda jauh rasanya.

Ya ya saya tahu, memang ada rasa yang berbeda dan unik waktu ngopi di masing-masing tempat tadi. Sebab perbedaan adalah keniscayaan. Sebab memang begitu kodratnya. Sebut saja anak kembar identik sekalipun pasti ada perbedaannya. Namun coba kita endapkan sejenak perihal rasa kopi itu, maka akan kita dapatkan fakta bahwa senyatanya yang berbeda adalah penerimaan sensasi di syaraf otak kita. Selebihnya adalah sama saja.

Baca Juga:

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

Kasta Kopi Minimarket dari yang Paling Enak sampai Skip Aja daripada Kecewa

Esensinya tetap sama, yang membuat beda adalah utak-atik otak dan syaraf indera kita saat minum kopi.

 Kebutuhan minum yang asasi itu adalah melepaskan dahaga. Namun tidak untuk minum kopi. Kopi dalam persepsi otak manusia diposisikan sebagai minuman yang mampu memberikan energi. Mampu membuat mata terjaga dan bersemangat karena kafeina.

Walau sensasi minum kopi itu begitu-begitu saja, tetapi ia mampu membuat para maniak peminum kopi di kafe mentereng rela merogoh kocek lebih dalam. Menebus secangkir kopi dengan harga yang berkali-kali lipat. Bisa jadi karena nama besar dan tempat kafelah yang mendongkrak harganya. Yang menambah kerelaan para hedon untuk menjadi pelanggannya.

Persoalan ini tidak muncul begitu saja dan bukan pula menjadi wilayah kekuasaan yang khusus bagi bisnis perkopian. Sebab mendapatkan nilai tambah dari suatu produk memang sebuah kiat kesuksesan para pebisnis, tak terkecuali bisnis kopi. Mengutak-atik dan melakukan permak brand dari suatu produk adalah hal yang biasa dalam dunia bisnis.

Utak-atik yang biasanya dilakukan seputar estetika. Esensi ditutupi dengan gelembung estetika sedemikian rupa. Dalih estetika ini digunakan sebagai perangkap emosional konsumen demi mendapatkan emotional benefit bagi para produsen. Branding dan kemasan produk dipersepsikan dengan filosofis dan apik. Menghamba seutuhnya pada omset dan reorder.

Dengan demikian diharapkan citra lapak jualannya dapat meningkat. Dan sayangnya para konsumen tidak menyadari hasutan-hasutan halus semacam ini. Namun bisa jadi kita para konsumen sebenarnya memang sudah menyadarinya, tetapi tak terlalu ambil pusing. Toh sama-sama diuntungkan. Atau memang beginilah gaya hidup post modern yang kadang suka hal yang sederhana namun di lain waktu juga meributkan dan meribetkan sesuatu hal yang lain.

Maka gaya hidup post modern ini yang lantas memunculkan pernak-pernik pemoles esensi. Aneka retorika berbau filsafat dimunculkan demi mengabsahkan acara minum kopi yang lebih berbobot dan bermartabat. 

Sehingga seolah-olah minum kopi itu tidak hanya memasukkan campuran air, kopi, dan gula ke dalam lambung. Tetapi ada makna yang filosofis di baliknya.

 Apalagi semenjak Dee Lestari dengan filosofi kopinya memproklamirkan sebagai salah satu “konstitusi” tertulis per-kopi-an. Sebagai aturan yang membuat ritual minum kopi semakin bertambah gaya. Minum kopi dimaknai sebagai sesuatu hal yang sakral dan sarat dengan makna filosofis. Dengan demikian gaya hidup minum kopi ikut terdongkrak dan menjadi sebuah kemewahan tersendiri.

Kemudian muncullah aneka bedak dan taburan make up yang didedahkan untuk sebuah acara minum kopi. Acara nongkrong bersama teman, maupun sekedar menemani hari sewaktu me time. Tidak sah rasanya tanpa kehadiran kopi sebagai teman. Dengan dalih inspirasi dan alasan bullshit lainnya.

Meski sebenarnya hal-hal indah dan “dalam” ketika menikmati kopi itu sebenarnya adalah semu belaka. Ritual minum kopi itu ya biasa saja, tinggal menyeruput minuman lewat tenggorokan dan masuk ke lambung. Ya begitu saja. Sehingga hakekatnya tak ada beda antara minum segelas teh atau es sirup dengan minum kopi.

BACA JUGA Pendidikan Akademik Beda dari Vokasi, Ngarep Sarjana Langsung Bisa Praktik ya Jelas Salah dan tulisan Sofyan Aziz lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2020 oleh

Tags: Kopisenja dan kopi
Sofyan Aziz

Sofyan Aziz

Esais dan pendidik

ArtikelTerkait

Honda ADV 160 Lebih Cocok untuk Jualan Kopi Starling ketimbang Touring!

Honda ADV 160 Lebih Cocok untuk Jualan Kopi Starling ketimbang Touring!

3 Juni 2023
metalhead waiter tiran kopi biji kopi mojok

Tak Hanya Folk dan Senja, Kini Kopi Juga Identik dengan Metalhead

4 Januari 2021
Kopi Hitam Tidak Ada Sangkut Pautnya Dengan Kejantanan Seseorang terminal mojok.co

Menjawab Apakah Harga Kopi Mahal Itu Sepadan

14 September 2020
5 Menu Kopi yang Aman untuk Sobat Diet Cut Gula, Nggak Perlu Bingung Lagi Saat Liat Daftar Menu!

5 Menu Kopi yang Aman untuk Sobat Diet Cut Gula, Nggak Perlu Bingung Lagi Saat Liat Daftar Menu!

14 Desember 2024
6 Istilah Lampung yang Wajib Diketahui Wisatawan

Lampung Tak Hanya Terbuat dari Kopi dan Gajah, Ini 5 Hal yang Bisa Kalian Temukan di Lampung

2 Oktober 2022
Belajar Menikmati Kopi Tanpa Gula dengan Hario V60 terminal mojok.co

Hario V60: Media untuk Belajar Nikmati Kopi Tanpa Gula

4 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.