Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Meski Pernah Bersahabat dengan Belanda, Bukan Berarti Orang Buton Tidak Cinta NKRI

Mahardy Purnama oleh Mahardy Purnama
13 Agustus 2021
A A
Meski Pernah Bersahabat dengan Belanda, Bukan Berarti Orang Buton Tidak Cinta NKRI terminal mojok.co

Meski Pernah Bersahabat dengan Belanda, Bukan Berarti Orang Buton Tidak Cinta NKRI terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kesultanan Buton memang pernah bersahabat dengan Belanda. Namun, itu bukan alasan orang Buton tidak jadi bagian Indonesia.

Di masa lalu, antara Kesultanan Buton dan Belanda terjalin hubungan persahabatan. Jika Buton diserang oleh Kerajaan Ternate atau Kerajaan Gowa-Makassar yang menjadi seteru utama Kesultanan Buton, Belanda akan membantu. Sebaliknya, ketika Belanda diserang musuh, Buton mengirimkan bantuan untuk membantu sahabat bule mereka. Seperti yang terjadi ketika meletus pertempuran Diponegoro. Buton mengirim sejumlah pasukan untuk membantu Belanda.

Barangkali karena persahabatan inilah sejarah Kesultanan Buton tidak tercatat dalam buku-buku pelajaran di sekolah kita. Stigma “pengkhianat” sepertinya masih melekat pada Buton sehingga berdampak pada terabaikannya Buton dalam sejarah kesultanan di Nusantara.

Namun, jangan berpikiran negatif dulu. Kesultanan Buton memang bersahabat dengan Belanda tapi semua itu adalah masa lalu yang hanya tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah. Hari ini Buton sepenuhnya menjadi bagian dari Indonesia. Saya kasih bukti bahwa kami tidak punya hubungan lagi dengan Belanda:

#1 Setia dengan NKRI

Sejak bergabung dengan NKRI pasca Indonesia merdeka, orang-orang Buton tidak seorang pun berkhianat kepada NKRI. Tidak ada kelompok yang memberontak kemudian memisahkan diri atau memilih bergabung dengan Belanda.

#2 Tidak ada nama dan marga Belanda di masyarakat Baubau

Di masa silam, orang-orang Buton memang bersekutu dengan Belanda. Tapi kalian tidak akan temukan nama di masyarakat kami memakai marga Belanda seperti Van der, Van den, De Jong, sebagaimana beberapa orang Maluku yang masih memakai marga Portugis karena pernah dijajah oleh Portugis seperti Da Silva Da Gama atau Da Gomes.

#3 Mayoritas muslim

Kesultanan Buton memang pernah lama bersekutu dengan Belanda, tapi bukan berarti orang Buton ikut memeluk Protestan yang menjadi agama mayoritas orang Belanda. Ini bukan bermaksud rasis dan anti nonmuslim, ya. Mayoritas kami tetap memeluk agama Islam seperti nenek moyang kami pendiri Kesutanan Buton.

#4 Bukan pendukung Belanda di Piala Dunia

Ini hanya pengalaman pribadi. Dari kecil hingga dewasa, saya tidak pernah melihat ada teman atau kenalan saya yang memfavoritkan timnas Belanda di kompetisi sepak bola akbar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa. Kebanyakan kami mengidolakan tim-tim Amerika Latin seperti Brazil dan Argentina. Sedangkan dari tim-tim Eropa kami lebih memilih untuk mendukung Italia, Spanyol, dan Jerman. Saya juga temukan banyak pendukung Real Madrid, Barcelona, AC Milan, dan Manchester United, tapi tidak pernah ada yang mengatakan kepada saya kalau mereka fans Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven.

Baca Juga:

Kodim 0734/Yogyakarta: Dulunya Sekolah para Guru, Kini Jadi Markas para Tentara

Pulau Nusa Barong, Tempat Bersejarah di Jember yang Keindahannya Tertutup Mitos dan Kisah Kelam

#5 Makan pakai tangan

Ya iyalah, masa pakai kaki? Maksud saya, jangan pikir karena dulu bersahabat dengan Belanda sehingga ikut memengaruhi cara makan kami seperti orang Belanda yang makan pakai pisau dan garpu. Cara orang Buton makan sama seperti orang Indonesia lainnya, menggunakan tangan. Orang tua kami masih banyak makan dengan tangan kosong. Katanya lebih sedap daripada pakai sendok.

Makanan yang kami makan juga sama seperti orang Indonesia pada umumnya. Kami makan nasi, ikan, dan sayuran. Makanan khas daerah kami lebih simpel lagi. Di antara yang terkenal adalah tuli-tuli dan kasuami. keduanya terbuat dari bahan dasar singkong. Jangan pikir kami seperti orang Eropa ya yang hobi makan steik dan minum wine. Ayam geprek saja kami baru rasa dua tahun belakangan.

#6 Memakai aksara Arab-Melayu

Orang Buton memiliki aksara daerah sendiri yang disebut Buri Wolio dan bahasanya disebut bahasa Wolio. Buri Wolio yang berarti Tulisan Wolio diadopsi dari aksara Arab-Melayu. Bukan dari aksara Latin yang dibawa orang-orang Eropa. Akan tetapi, tidak semua aksara Arab digunakan dalam bahasa Wolio. Dari 28 aksara Arab, hanya 17 huruf yang digunakan dalam penulisan bahasa Wolio.

Tidak sedikit kata dalam bahasa daerah kami diserap dari bahasa Arab. Misalnya hari Minggu dalam bahasa Wolio disebut Ahadi. Ahadi diambil dari bahasa Arab, Ahad. Dan saya tidak tahu adakah bahasa daerah kami yang diserap dari bahasa Belanda.

Perlu diketahui bahwa bahasa Wolio adalah bahasa pemersatu di masa silam karena sangat banyak bahasa daerah di pulau Buton. Namun, sejak menjadi bagian dari Indonesia, bahasa pemersatu kami adalah bahasa Indonesia.

#7 Cerita rakyat monyet dan kura-kura

Kami orang Buton punya cerita rakyat sendiri. Ketika kami masih kecil, orang tua dan guru kami sering menceritakan kepada kami kisah monyet dan kura-kura. Dalam bahasa kami, monyet dan kura-kura disebut landoke-ndoke dan lakolo-kolopua.

Orang tua maupun guru kami tidak pernah menceritakan kami cerita rakyat Belanda misalnya kisah Willem dan Irene. Mereka juga tidak pernah menceritakan cerita rakyat dari negeri Eropa lainnya semisal Snow White dan Cinderella. Sebab mereka benar-benar tidak tahu cerita-cerita rakyat dari Eropa. Kisah mereka kami tahu lewat televisi bukan dari cerita orang tua atau guru kami.

Satu hal yang pasti, jika hari ini terjadi peseteruan antara Belanda dan Indonesia, tentu saja kami sebagai generasi muda Buton berdiri di pihak Indonesia Tanah Air tercinta. Ah, tapi semoga tidak perlu ada perseteruan apa-apa.

BACA JUGA Menguak Sekelumit Sejarah Soal Kesultanan Buton yang Nasibnya Jarang Dikenal dan tulisan Mahardy Purnama lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: belandaNKRINusantara TerminalOrang Buton
Mahardy Purnama

Mahardy Purnama

Introvert yang suka sejarah sekaligus hobi menonton sepak bola.

ArtikelTerkait

Dago Bandung

Sejarah Dago, Tempat Mangkal Petani di Zaman Belanda

19 November 2021
ndoro purbo sabda pandita ratu sabda raja mojok

Kisah Ndoro Purbo, sang Prankster yang Menjadi Gila karena Sabda Sultan

22 September 2020
ereveld makam korban perang belanda jogja sulitnya cari makam kuburan mojok

Mengenal Ereveld, Area Pemakaman Orang Belanda yang Jadi Korban Perang di Indonesia

29 Mei 2021
Menelaah Logika Berpikir Lord Rangga Sunda Empire terminal mojok.co

Sebagai Orang Sunda, Saya Malu dengan Tingkah Lord Rangga

25 Mei 2021
jogja pabrik gula belanda mojok

Manisnya Jogja sebagai Kota Gula di Awal Abad ke-20

10 Oktober 2020
belanda di maluku cinta dan benci mojok.co

Belanda di Maluku: Antara Cinta dan Benci

5 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.