Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menyingkap Popularitas Toyota Hardtop di Gunung Bromo

M. Dzulfikri Firdaus oleh M. Dzulfikri Firdaus
4 Agustus 2020
A A
Toyota Hardtop MOJOK.CO

Toyota Hardtop MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika mendengar nama atau melihat sebuah mobil jip tua, yang terbayang Toyota Hardtop. Sebagian besar generasi 90an, hampir pasti punya satu framing yang sama tentang mobil ini. Ya, Hardtop kadung melegenda sebagai mobil penculik berkat tayangan sinetron hingga pertengahan era 2000an.

Selain lekat dengan aksi culik menculik, Toyota Hardtop ini pun biasa digunakan tokoh antagonis dalam berbagai adegan aksi kejahatan. Pokoknya, apa pun sinetronnya, apa pun tindak kejahatannya, Toyota Hardtop mobilnya. Sama halnya RX-King yang lekat dengan image motor jambret itu.

Waktu kecil dulu, kalau pulang sekolah atau saat main sama teman-teman, tiap lihat mobil ini melintas di jalan, atau melihatnya mendekat dari kejauhan, bawaannya langsung merinding ngeri.

Indah sekali masa itu memang, ketika ketakutan terbesar dalam hidup cuma sebatas rasa takut diculik tiap ngeliat Toyota Hardtop, belum terpikir kelak akan ketakutan khas quarter-life crisis, macam sulitnya mencari kerja, memutuskan pilihan untuk menikah, melunasi cicilan KPR tiap bulan, dan keruwetan hidup lain yang mungkin akan menghampiri.

Ketika dewasa, Toyota Hardtop, sebagai mobil yang pernah begitu ditakuti, kini malah disukai. Kekar, macho, laki banget rasanya kalau bisa nyetir Hardtop menyusuri jalanan kota.

Ditambah populasinya di kota-kota besar kini memang sudah sedikit. Hardtop termasuk kategori mobil hobi, dan biasanya jadi mainan pejabat juga para perwira.

Nah, sekilas tentang Toyota Hardtop, Nama resmi sesuai akta kelahirannya adalah Toyota Land Cruiser FJ40. Kode F bermakna bahwa ini varian Land Cruiser bermesin bensin seri 2F enam silinder segaris, tentu masih karburator, berkapasitas 4.230 cc. Disambung ke girboks manual 3 percepatan dan penggerak roda 4×4. Selain FJ40, ada juga BJ40 yang bermesin diesel.

Menilik spesifikasi sudah terbayang sangarnya kemampuan Hardtop melibas tanjakan curam dan trek kasar tanpa lapisan aspal. Namun, larinya melempem di trek mulus nan datar.

Baca Juga:

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

Nasib Malang Toyota Hardtop, Mobil “Ganteng” yang Berakhir dengan Julukan Mobil Penculik 

Secara umum, Land Cruiser FJ40 yang beredar di Indonesia terdiri dari tiga versi bodi. Pertama bak terbuka, lalu atap kanvas (soft top), dan versi terakhir yang banyak dimiliki kalangan sipil, beratap karoseri plat besi rigid alias hard top. Entah bagaimana ceritanya, nama Toyota Hardtop kemudian hari melekat sebagai panggilan sayang.

Dan untuk kali pertama, akhir tahun lalu. Saya berhasil menjajal rasanya Toyota Hardtop. Merasakan bagaimana sensasi berwisata naik Hardtop di kawasan Bromo.

Semula, saya tidak menyangka kalau Toyota Hardtop di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, jumlahnya amat sangat melimpah sebagai angkutan wisata. Lebih menjamur dari keberadaan Calya-Sigra, atau Avanza-Xenia yang biasa ditemui sebagai mobil taksi online di kota. Mungkin traffic jalanan sini isinya 90% mobil Hardtop.

Perjalanan wisata mengarungi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kali ini, menggunakan FJ40 alias Hardtop bensin keluaran tahun 1976 berwarna merah cabe. Hampir 44 tahun usianya, namun secara fisik tampil prima, jauh dari kesan mobil tua rewel bin mogokan.

Di usia 44 tahun, Toyota Hardtop ini hampir saban hari masih harus dipacu naik turun gunung dengan muatan penuh. Bersama pawangnya, yang memperkenalkan diri pada saya sebagai Bambang, lelaki paruh baya asli suku Tengger yang selama enam tahun belakangan, mengemudikan mobil jip Hardtop miliknya sendiri melayani wisatawan.

Pagi buta, demi mengejar sunrise, Toyota Hardtop dipacu cukup kencang melibas jalanan tanah berpasir yang lebarnya hanya muat dua mobil. Sisi kiri dan kanan adalah jurang terjal. Bambang, dengan santai, melajukan jip Hardtop, tak jarang menyalip Hardtop lain, di jalan dengan celah sempit dan berliku itu. Mungkin shock therapy biar penumpangnya nggak ngantuk.

Kelihaiannya menguasai tiap jeglogan dan tikungan tak diragukan, seakan-akan mengemudi dengan mata merem pun bisa. Dia tahu persis kapan harus belok atau menghindari rintangan, macem Takumi di Initial D namun bedanya dia mengemudikan jip. Ya jelas lihai, lha makanan sehari-hari dia.

Sejumlah pertanyaan saya terjawab melalui obrolan selama perjalanan. Di antaranya tentang jumlah Toyota Hardtop yang beroperasi jadi angkutan wisata. Menurutnya, ada sekitar 2.000 unit Hardtop terbagi dalam sejumlah paguyuban di empat kabupaten.

Lalu kenapa jip wisata di sini begitu spesifik menggunakan Hardtop padahal ada banyak jenis mobil 4×4 lain, seperti Jimny, Taft, Land Rover, atau Jeep Willys. Dan mayoritas bermesin bensin pula, yang dari jaman jebot memang sudah terkenal konsumsi bensinnya 1:14.

Sembari menggeser tuas transfer case untuk masuk ke mode gerak empat roda, Hardtop perlahan mulai bergerak merayapi tanjakan curam nan berliku. Bambang menunjukkan betapa andalnya Hardtop melibas tanjakan dengan lancar tanpa ngeden, dengan muatan penuh total sembilan orang.

“Bensin lebih bertenaga buat nanjak panjang begini mas, kalau diesel biasanya ngempos di tengah, jadi harus cekatan ambil ancang-ancang. Belum lagi bau asapnya yang tamu kurang senang.” Ujarnya.

Benar saja, di spot pertama, Penanjakan. Jalanan sangat dipadati oleh Hardtop dan wisatawan yang masih harus jalan kaki menuju spot melihat sunrise. Terbayang kalau kondisi padat begini harus menghirup pekatnya bau asap diesel dari ratusan Hardtop.

Menurut Bambang, sekali trip ke empat titik favorit, yakni Penanjakan, Padang Savanna, Bukit Teletubbies, dan Pasir Berbisik menghabiskan setidaknya 20-25 liter bensin. Boros? Ya maklum mesin lawas teknologi sederhana, efisiensi kinerja mesin belum sebaik mesin masa kini.

Tapi karena kesederhanaan itu, Hardtop cukup mudah dirawat. Bambang mengaku perawatan mobilnya biasa dikerjakan sendiri, selama tidak sampai turun mesin dan bongkar kaki-kaki. Ia pun menuturkan belum pernah mengalami masalah berarti di tengah jalan selama mengantar tamu.

Lalu, apakah ada modifikasi khusus untuk menunjang kemampuan Hardtop mengingat pola pemakaian hariannya cukup ekstrem? Satu-satunya modifikasi yang dilakukan hanya menambahkan seperangkat power steering hidrolis copotan bekas Kijang. Kebayang juga sih beratnya kalo belum ditambahi power steering.

Namun ada hal yang dikeluhkan Bambang mengenai Toyota Hardtop, yaitu harga jualnya yang kini malah melambung. Dulu Hardtop ini ia dapatkan di angka Rp90 juta saja dengan kondisi hidup normal, body tidak keropos. Sekarang, memburunya saja makin susah, Rp150 juta pun belum tentu dapat.

Setelah saling bertukar kontak, ia berpesan agar segera memberitahunya kalau di tempat saya ada Hardtop yang dijual.

Sumber gambar: Wikimedia Commons.

BACA JUGA Puncak Kenikmatan Bersantap itu Bernama Teh Tubruk Hangat atau tulisan M. Dzulfikri Firdaus lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2020 oleh

Tags: Hardtopland cruisertoyotaToyota Hardtop
M. Dzulfikri Firdaus

M. Dzulfikri Firdaus

Mahasiswa Manajemen Produksi Media Fikom Unpad, yang sangat ingin menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana refreshing bukan profesi utama.

ArtikelTerkait

Chevrolet Bangkrut, Susah Memang Mobil Bagus Hidup di Republik Toyota Ini

Chevrolet Bangkrut, Susah Memang Mobil Bagus Hidup di Republik Toyota Ini

30 Oktober 2019
toyota kijang super mesin praktik mojok sejarah toyota avanza di indonesia

Alasan Engine Kijang Super Selalu Ada di Tempat Praktik Otomotif

3 Oktober 2020
10 Rekomendasi Mobil Terbaik dengan Harga Menarik Tahun 2023

10 Rekomendasi Mobil Terbaik dengan Harga Menarik Tahun 2023

9 Januari 2023
4 Mobil Toyota yang Remuk Redam di Pasaran Terminal Mojok

4 Mobil Toyota yang Remuk Redam di Pasaran

24 April 2022
Innova Reborn, “mobil Tua” tapi Lebih Laku ketimbang Zenix (Unsplash)

6 Alasan yang Membuat Penjualan Innova Reborn lebih Tinggi ketimbang Innova Zenix

11 Agustus 2024
Nasib Malang Toyota Hardtop, Mobil "Ganteng" yang Berakhir dengan Julukan Mobil Penculik Mojok.co

Nasib Malang Toyota Hardtop, Mobil “Ganteng” yang Berakhir dengan Julukan Mobil Penculik 

22 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.