Sebenarnya mendengarkan konten dakwah itu baik. Baik banget. Tapi ya nggak di dalam prameks yang penuh penumpang dengan volume yang bisa didengar orang-orang satu gerbong juga, dong.
Saya terentak dari tidur saya yang sebenarnya nggak nyenyak-nyenyak amat tapi lumayan kaget begitu mendengar suara keras persis di samping telinga. Suara itu berasal dari HP penumpang yang berdiri di samping tempat duduk saya. Begitu kerasnya suara itu sampai saya yakin semua penumpang di satu gerbong Prameks ini bisa mendengar.
FYI, Prameks (Prambanan Ekspres) merupakan kereta lokal yang sebelumnya beroperasi dengan rute Stasiun Kutoarjo-Solo PP. Sejak Februari 2021, rute Prameks jadi lebih pendek, yakni Stasiun Kutoarjo-Yogyakarta PP. Meski jarak tempuhnya relatif dekat, Prameks menggunakan jenis kereta dengan tempat duduk 2-2 seperti kereta jarak jauh. Namun, tiket Prameks dijual tanpa tempat duduk, sehingga ada yang duduk dan sebagian besar berdiri. Padatnya kereta ini hampir sama dengan Commuter Line pada umumnya.
“Jika ada orang yang nggak menyukaimu meski kamu telah berbuat baik, abaikan.” Salah satu kalimat yang terdengar dari HP itu. Diikuti beberapa kalimat penjabaran lalu berganti ke kutipan-kutipan yang intinya hampir sama, tentang kebaikan dan orang-orang sekitar yang nggak mendukung.
Sepertinya perempuan di samping saya dalam Prameks itu sedang menonton konten dakwah di salah satu platform media sosial. Saya yang awalnya hendak menegur jadi berpikir, apakah hal yang akan saya lakukan ini benar atau malah saya akan dicap manusia berdosa yang pantas diabaikan karena menghentikan orang yang sedang menyebar kebaikan?
Etika yang harus dijaga ketika bepergian dengan Prameks dan transportasi umum lainnya
Beberapa waktu lalu, ada berita viral mengenai seorang ibu yang hendak terbang dari Seoul ke San Francisco bersama bayinya yang berumur empat tahun. Ibu itu membagikan sekitar permen dan penutup telinga berikut tulisan yang menyiratkan permintaan maaf apabila selama perjalanan bayinya menangis dan mengganggu kenyamanan penumpang lainnya.
Tentu saja suara bising itu mengganggu kenyamanan penumpang lain. Tapi, cara si ibu mengantisipasi segala gangguan untuk orang lain yang bahkan tidak dia inginkan dan memberikan kompensasi adalah sesuatu yang patut diapresiasi.
Peristiwa viral ini bisa jadi gambaran nyata penerapan etika yang patut kita contoh. Karena sebenarnya, Prameks sama seperti pesawat dan tranportasi umum lain punya aturan bergambar yang ditempel di dinding, salah satunya adalah menjaga suara.
Baca halaman selanjutnya: Di tempat umum, hak kita bersinggungan dengan orang lain…