Menyesal masuk jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia? Wajar, tapi, coba baca ini dulu agar kamu bisa menerima “takdir burukmu” itu
Sebagai calon mahasiswa, memilih jurusan itu penting. Hendaknya jurusan yang kita pilih itu berdasarkan minat dan bakat kita. Tapi ada kalanya karena kondisi seperti kepepet penting masuk kampus, nggak lolos jurusan yang diinginkan, atau pengin jurusan yang nggak ada matematikanya, kita jadi terjebak dalam kondisi salah jurusan. Endingnya, ya menyesal!
Bagi sebagian orang tua yang kolot, PNS seperti guru adalah idaman. Padahal jurusan pendidikan sudah terbukti sebagai jurusan paling banyak disesali karena penghasilannya lebih rendah dibanding biaya kuliah yang sudah dikeluarkan. Biaya selama kuliah bisa mencapai 30 puluhan juta tapi gaji perbulan hanya cukup buat bensin dan makan aja, iya ratusan ribu.
Nggak, kamu nggak salah berpikir demikian. Kita kuliah kan emang buat dapetin penghasilan. Jadi wajar kamu nyesel masuk jurusan pendidikan.
Tapi, nggak semuanya harus disesali. Kalau kamu cuma ngeliat dari sisi finansial ya kepalamu akan meledak. Tapi jurusan pendidikan nggak selalu mengkhawatirkan kok. Apalagi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebelumnya, kalau kamu mahasiswa yang lagi ngerasa galau karena nyesel masuk jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia silakan tetap baca ini. Tapi kalau bukan, angkat kepalamu, masa kuliah bukan buat disesali, sana cari pengalaman sebanyak-banyaknya!
Jadi ini dia tips bagi yang merasa menyesal masuk jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia :
Terima keadaan
Manusia wajar yang namanya menyesal. Tapi ibaratnya sudah kecebur, mending berenang sekalian. Siapa tahu jadi mahir, kan? Jadi terima saja keadaan ini. Tapi bukan pasrah ya.
Saya tahu kalau kamu memilih jurusan ini pasti sebelumnya ada sedikit pertimbangan. Mungkin kamu dulunya pencinta novel, sastra, atau merasa pede karena nilai Bahasa Indonesia kamu di sekolah tinggi. Nah, segitu aja kamu udah punya bekal lho. Jadi coba nikmatin saja ya, siapa tahu nyaman!
Kenali bakat kamu dan profesi impian kamu
Siapa bilang kalau kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia lulusnya jadi guru doang? Tidak, dong. Di jurusan ini kamu juga akan diajarkan bidang lain yang masih berhubungan dengan bahasa, misalnya jurnalistik, pementasan teater, entrepreneurship, penyutradaraan, dan lain-lain. Jadi nggak semuanya muluk harus jadi guru, lulusan jurusan ini bisa juga jadi jurnalis, reporter, penulis, aktor/aktris, sutradara, bahkan pengusaha. Peluang pekerjaannya jadi lebih terbuka lebar, kan?
Bahkan kalau kamu mau kerja di perusahaan besar, sekarang banyak dari mereka membuka loker bagi lulusan all major asal bisa komputer kayak paket Ms Office dan bisa Bahasa Inggris aja. Nah, peluang gaji tinggi masih terbuka, kan?
BIPA adalah magnet jurusan
Pernah nggak kebayang ngajarin bahasa Indonesia ke orang asing? Kebayang nggak gimana bangganya? Gajinya juga tinggi dan bisa jalan-jalan ke luar negeri juga. Banyak manfaat plusnya kan. Dapet koneksi bule, gaji tinggi, dan jalan-jalan ke luar negeri.
Iya, faktanya bahasa Indonesia itu lagi jadi trend di dunia global sana. Udah banyak kampus dan sekolah top di luar negeri yang memasukkan bahasa Indonesia ke dalam kurikulum mereka. Di dalam negeri juga banyak kampus top negeri maupun swasta yang membuka program bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing karena banyak banget orang asing yang tertarik mempelajari bahasa Indonesia. Gajinya jangan ditanya, lebih tinggi dari kebanyakan guru dan dosen biasa.
Cuma kalau kamu mau jadi pengajar BIPA, kamu minimal harus lulus S2 dan menguasai bahasa asing. Tapi buat Gen-Z yang mementingkan imej, jadi guru BIPA keren, kan? Siswanya bukan lagi orang sesama pribumi tapi para mahasiswa asing dari berbagai belahan dunia.
Proyek akhir semester selalu menyenangkan
Di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, mata kuliah yang ditawarkan itu beragam. Nggak soal pendidikan melulu yang bikin bosen. Tapi ada mata kuliah penyutradaraan, pementasan teater, jurnalistik, sampai entrepreneurship.
Proyek akhir mata kuliah tersebut juga menarik dan seru. Misalnya nih mata kuliah penyutradaraan, dosen biasanya bakal ngasih proyek akhir membuat film atau membentuk manajemen pementasan teater yang bekerja sama dengan mahasiswa tingkat bawah yang kebetulan lagi punya proyek pementasan teater. Jadi kamu bakal jadi panitianya.
Kebalikannya, kalau kamu lagi ujian pementasan teater, ya kamu akan mementaskan drama. Ditonton oleh banyak orang. Siapa tahu emang kamu berbakat berakting. Kalau jurnalistik, biasanya kamu akan disuruh meliput berita yang terjadi di sekitarmu.
Oh ya, ada mata kuliah berbicara retorik dimana tugasnya bakal bikin kamu have fun setiap saat. Kamu bakal disuruh bikin video jadi berbagai peran. Dimulai vlogger, host/mc acara, pendongeng, sampai stand up comedy. Pokoknya dijamin seru! Kalau mata kuliah entrepreneurship, biasanya kamu disuruh membuat proposal bisnis dan mengembangkan bisnis. Nah, bisa kan kalau berkembang bisa jadi usaha sampingan kamu.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia cocok buat yang senang mengarang dan nggak suka matematika
Kalau orang jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di tanya pasti setiap jawaban antar-orang akan berbeda. Misalnya nih, di ujian ada pertanyaan mengenai hakikat pembelajaran. Dijamin semua orang akan berbeda jawabannya. Makanya saya selalu bilang kalau kuliah di Jurusan Bahasa Indonesia jawabannya itu subjektif.
Jadi meski kamu nggak hafal teorinya, asal memahami dan jago merangkai kata-kata dijamin nilaimu bagus. Di jurusan ini juga nggak ada matematika. Jelas dong kan bahasnya bahasa dan sastra. Jadi cocok buat kamu yang nggak suka matematika. Tapi sebaliknya, di jurusan ini kamu harus lebih banyak membaca.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia paling bisa masuk ke bidang apa saja
Siapa bilang Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hanya membahas bahasa Indonesia saja? Jawabannya salah! Justru jurusan ini yang menurut saya paling masuk ke bidang apa saja. Makanya jangkauan penelitian buat skripsi juga lebih luas. Nggak percaya? Nih contohnya.
Kalau kamu suka bidang pariwisata dan mau mengkolaborasikannya dengan bahasa, kamu bisa ambil yang namanya teori sastra pariwisata. Kalau kamu suka makanan, ada yang namanya gastronomi sastra. Lalu, kalau kamu suka soal budaya, ada yang namanya antropologi sastra.
Kalau kamu yang generasi gen Z yang gaul banget bahasanya, kamu bisa kaji sosiolinguistik. Atau kamu suka kejiwaan dan mau jadi psikolog? Ada yang namanya psikolinguistik. Bagi kamu yang memiliki jiwa relawan dan peduli soal isu alam, hutan, dan iklim, di jurusan ini ada teori soal ekokritik sastra. Tim feminisme mana suaranya?
Terus ada yang suka hukum? Ada yang namanya linguistik forensik buat kamu yang suka mengulik bahasa untuk keperluan hukum. Dan masih banyak lagi. Jadi jurusan ini ibarat bisa menampung banyak minat dan hobi semua mahasiswanya.
Jadi bagi kamu yang masih merasa menyesal, “Kenapa sih kuliah bahasa Indonesia?” coba dipikirkan lagi. Ini kan bahasa yang kita ucapkan sehari-hari, bahasa yang bikin kita jadi nyambung dari Sabang sampai Merauke. Kalau kita cuek, siapa yang mau jaga? Toh nggak semua hal di dunia ini harus berujung di angka slip gaji, kan? Dengan masuk jurusan ini, sudah cukup dianggap sebagai bentuk cinta paling sederhana mencintai negeri sendiri. Jangan pantang menyerah!
Penulis: Difani Nurul Hikmayanti
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
