Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Menyalahkan Guru SD karena Siswa Tidak Bisa Membaca Adalah Kekonyolan, Orang Tuanya tuh Ngapain kok Nggak Ngajarin Anaknya Membaca?

Hanifatul Hijriati oleh Hanifatul Hijriati
4 Agustus 2024
A A
Menyalahkan Guru SD karena Siswa Tidak Bisa Membaca Adalah Kekonyolan, Orang Tuanya tuh Ngapain kok Nggak Ngajarin Anaknya Membaca?

Menyalahkan Guru SD karena Siswa Tidak Bisa Membaca Adalah Kekonyolan, Orang Tuanya tuh Ngapain kok Nggak Ngajarin Anaknya Membaca? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Menyalahkan guru SD atas fenomena siswa SMP yang tak bisa membaca itu konyol. Lha orang tuanya tuh ngapain?

Kehebohan tentang sejumlah besar siswa SMP yang tidak bisa membaca menyerbu linimasa. Sebagian besar komentar netizen banyak yang menyatakan keterkejutannya. Dan tampaknya komentar ini tidak gurih jika tidak ditambahi narasi salah menyalahkan. Ini yang seru.

Tidak sedikit yang tanya, lha guru SD-nya ngapain? Apa tidak mengajari mereka membaca? Bukannya memang tugas guru SD dulu yang harus mengajarkan membaca? Dan tak sedikit pula yang menyalahkan guru SD ini juga berprofesi sebagai guru.

Pitikih.

Fakta tentang siswa yang tidak bisa membaca atau sulit membaca bukanlah hal yang mengejutkan. Ya, saya bisa maklum sih, karena netizen ini macam-macam latar belakangnya. Jadi kaget aja lihat sebegitu banyak anak nggak bisa membaca.

Sesungguhnya kemampuan tidak bisa membaca siswa ini masuk dalam berbagai kategori. Ada yang sama sekali tidak bisa membaca. Ada yang sebenarnya bisa membaca tapi tidak lancar. Lalu, ada yang bisa membaca dan lancar-lancar saja tapi nggak paham sama sekali apa yang dibaca.

Kemampuan membaca siswa ini sering disalahartikan sebagai bentuk tanggung jawab guru, terutama guru di SD. Padahal, sesungguhnya membaca adalah ketrampilan yang harus dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab personal. Guru SD mengajari anak membaca adalah pemahaman yang salah kaprah. Setidaknya, untuk pendidikan di negeri ini.

Siswa tidak bisa membaca bukanlah salah guru SD

Guru SD jelas tidak punya tanggung jawab mengajarkan membaca pada siswanya. Kok bisa? Oh tentu saja. Untuk bisa memahaminya akan saya coba jelaskan di sini.

Baca Juga:

Berhenti Fafifu Kurikulum Finlandia, Sebab Akar Masalahnya Adalah Gaji Guru yang Segitu-segitu Saja

Kediri yang Lupa Ingatan: Tingkat Kegemaran Membaca Rendah, padahal Sejarah Kediri Erat dengan Literasi

Saat anak mulai masuk kelas satu SD, cobalah kita melihat dengan saksama mata pelajaran yang diberi beserta muatannya. Saat anak saya sendiri masuk kelas satu SD, mata pelajaran yang terdata sudah cukup banyak. Secara nasional ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan di kelas satu. Di antaranya Agama, Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, Seni, PJOK dan Mulok. Untuk kurikulum terbaru ditambah Bahasa Inggris.

Lantas materinya apa saja? Cobalah buka-buka silabus hingga acuan materi pelajaran yang bisa dicari dengan mudah lewat internet.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas satu, kita akan menemui materi tentang pengenalan suara dan panca indera lainnya. Iya betul, ini Bahasa Indonesia lho ya, bukan IPA. Jadi dijelaskan teori fungsi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan lainnya.

Kelihatan biasa dan masuk nalar aja to? Lha memang.

Nah, masuk ke bab selanjutnya berupa pengenalan tempat, pengenalan kebersihan hingga pengenalan permainan. Apa ada pengenalan bagaimana cara membaca dengan benar? Tentu saja tidak, lah.

Masih tidak ada pelajaran membaca karena ya memang nggak ada

Sekarang kita masuk pada pelajaran PPKn kelas satu SD. Pada pelajaran PPKn kita akan dibuat takjub, karena anak usia enam tahun sudah diberi materi tentang norma, tata sopan santun yang sesuai dengan Pancasila. Saat anak saya masih kelas satu SD, saya membuka halaman awal buku PPKnnya sudah disuguhkan dengan sila-sila Pancasila. Sopan santun dan tata krama sesuai dengan sila-sila tersebut.

Yang membuat makin takjub lagi sudah ada definisi tentang norma yang mana anak SD kelas satu harus membaca dan manggut-manggut tanpa paham sama sekali apa itu norma. Aspek-aspek keterampilan bersikap sopan memang ada, tapi tentu semua tak luput dari konsep-konsep abstrak yang nggak bisa nyangkut di kapala anak kelas satu SD.

Jangankan norma, istilah kemanusiaan saja anak kelas satu SD belum paham. Mereka pahamnya cuma menolong teman yang jatuh itu baik, menghibur teman yang menangis itu baik. Kemanusiaan itu apa? Ya nggak paham lah.

Terus mana pelajaran membacanya? Ya nggak ada laaah. Yang lebih menarik, kelas satu SD sudah diadakan ujian tulis saat anak belum bisa dan lancar membaca!

Saya pernah bertanya pada anak saya dan beberapa kawan yang guru di berbagai SD, bagaimana mengatasi anak yang belum bisa membaca saat menjawab soal ujian. Jawabannya adalah mereka membacakan soalnya satu per satu. Bahkan jawaban yang ada di pilihan ganda pun mereka bacakan!

Hebat dan luar biasa memang guru-guru SD ini. Karena mereka harus menanggung beban yang tidak ringan saat siswa nggak bisa membaca.

Pekerjaan guru itu banyak!

Lantas ada sebuah komentar, kalau tidak ada pelajaran membaca kenapa guru SD tidak membuka jam tambahan untuk siswa yang belum bisa membaca?

Lho situ kira tugas guru sedikit apa? Dari berbagai silabus hingga acuan pembelajaran kelas satu SD jelas tidak ada sama sekali pelajaran membaca. Kok masih memaksakan guru SD mengajarkan membaca?

Pemberian jam tambahan itu tidak ada dalam tugas pokok guru. Ini yang perlu diketahui. Guru itu selain mengajar juga harus mengerjakan urusan administrasi yang seabrek. Apalagi sekolahnya tidak punya tenaga administrasi. Selepas jam mengajar, guru akan mengerjakan tugas lainnya. Sudah selesai mengajarnya.

Jika guru SD tidak bertanggung jawab pada kemampuan membaca anak lantas siapa yang bertanggung jawab? Ya orang tua lah!

Sudah tahu pelajaran anak kelas satu SD ini hampir sama levelnya sama materi anak mau masuk kuliah, kok seenaknya nggak mau mengajari anaknya membaca dan menyerahkan sepenuhnya ke guru.

Maka wahai orang tua, ajarilah anak kalian membaca bahkan di usia sangat dini. Biar apa? Ya gimana lagi, ini skill bertahan hidup. Dasar yang amat dasar. Alih-alih menyerahkan sepenuhnya pada sekolah, harusnya memahami bahwa membaca ini skill yang bahkan bisa didapat tanpa perlu sekolah. Jadi kalau kepikiran menyerahkan sepenuhnya pada guru SD, tolong banget, tolong, pikir-pikir lagi.

Penulis: Hanifatul Hijriati
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jadi Guru SD Sebenarnya Menyenangkan, Tugas di Luar Mengajarnya yang Bikin Stres

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2024 oleh

Tags: guru SDkemampuan membacaKurikulum MerdekaLiterasisiswa smp
Hanifatul Hijriati

Hanifatul Hijriati

Seorang guru SMA yang suka ngopi.

ArtikelTerkait

membaca

Katanya Minim Membaca, Tapi Merasa Mengetahui Segalanya

20 September 2019
Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya!

Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya!

20 Desember 2019
Kurikulum Merdeka Gurunya Merdeka, Muridnya Terjajah (Unsplash)

Kurikulum Merdeka: Kurikulum yang Membuat Guru Merasa Merdeka, tapi Malah Menjajah para Siswa

8 November 2023
Kegemaran Membaca Warga Jawa Tengah Juara Dua Se-Indonesia, Warga Demak Jelas (Bukan) Salah Satunya Mojok.co

Kegemaran Membaca Warga Jawa Tengah Juara Dua Se-Indonesia, Warga Demak Jelas (Bukan) Salah Satunya

17 Juli 2024
Menyalahkan Orang Tua dan Guru Memang Gampang, tapi Mari Telisik Dulu Mengapa Ada Siswa SMP Tidak Bisa Membaca

Menyalahkan Orang Tua dan Guru Memang Gampang, tapi Mari Telisik Dulu Mengapa Ada Siswa SMP Tidak Bisa Membaca

6 Agustus 2024
Jadi Guru SD Sebenarnya Menyenangkan, Tugas di Luar Mengajarnya yang Bikin Stres

Jadi Guru SD Sebenarnya Menyenangkan, Tugas di Luar Mengajarnya yang Bikin Stres

1 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.