Berawal dari ocehan yang sering ayah saya lontarkan ke adik saya, “Ini apaan pake tisu banyak-banyak!?“ Hingga berujung dengan ayah saya ngomel soal betapa banyaknya orang-orang di luar sana yang memakai tisu di rumah makan dengan seenaknya. Mentang-mentang gratis, katanya. Dan sebagai anak Ayah yang dididik untuk memakai tisu sepentingnya saja (nggak tahu deh kalau adik saya, dia memang bebal), saya sangat setuju sekali dengan pernyataan ayah saya.
Saya juga sebal ketika melihat orang memakai tisu tanpa perlu pikir panjang. Apalagi biasanya langsung ambil sekaligus dua, tiga, bahkan lebih. Duh, nggak tahu memang ya kalau penggunaan tisu bisa diminimalisir? Apa nggak tahu juga dampak penggunaan tisu yang berlebihan?
Memang seperti sudah kewajiban para pemilik usaha makanan untuk selalu menyediakan tisu di rumah makan mereka. Padahal hal itu nggak ada aturan kewajibannya. Ya tapi, memang sepatutnya mereka menyediakan tisu untuk para pelanggannya sih, demi kenyamanan. Soalnya kalau berurusan sama makanan, tangan kita bisa jadi kotor dan itu berarti kita butuh tisu (kalau ingin praktis, padahal bisa juga cuci tangan). Atau ketika kita makan belepotan, tisu menjadi penyelamat muka yang kotor dan nggak banget. Menyediakan tisu dan menggunakannya adalah hal yang wajar. Tapi, jadi hal yang nggak wajar ketika tisu digunakan secara berlebihan.
Disadari atau nggak, banyak orang-orang yang berpikir tisu cuma benda kecil yang nggak memiliki dampak apa pun. Terlebih lagi karena tisu di rumah makan adalah hal yang gratis, jadinya banyak orang menggunakan tisu semaunya tanpa berpikir terlebih dulu. Tangan kotor sedikit? Tisu. Mulut belepotan? Tisu. Makanan tumpah? Tisu. Keringetan karena kepedesan? Tisu seabrek. Pokoknya dikit-dikit tisu, tisu, dan tisu. Terus nggak digunakan dengan maksimal lagi tisu yang sudah diambil itu. Satu tisu = satu kasus. Padahal, kalau diperhatikan, tisu itu bisa dipakai kembali. Contohnya tisu bekas membersihkan tangan bisa digunakan buat membersihkan noda di meja, atau apa, kek. Banyak mode berhemat yang bisa kita gunakan.
Kengawuran ini sering banget terjadi. Ada beberapa teman saya juga yang seperti ini. Makan dengannya malah bikin saya jadi gerah karena dia menggunakan tisu secara berlebihan. Ketika saya tegur, dia cuma nyengir. Saya yakin deh kalau menggunakan tisu di rumah makan berbayar, orang-orang nggak akan menggunakannya dengan berlebihan. Tolong lah, meskipun tisu di tempat makan itu gratis, gunakan dengan bijak.
Ya lagi pula, tisu memang nggak sepenting itu, kok. Menurut saya, tisu bukan kebutuhan primer. Nggak perlu selalu sedia tisu di dalam tas, buat apa? Kan kita bisa menggunakan air buat cuci tangan dan membersihkan mulut kalau nggak malas ke kamar mandi. Jadi, sudah dapat dipastikan tisu bukan kebutuhan primer.
Hal-hal yang biasanya diatasi menggunakan tisu sebenarnya bisa diganti dengan kain lap atau sapu tangan. Tentu alternatif ini sangat ramah lingkungan dan murah. Penggunaan kain bisa dilakukan berkali-kali, asalkan kita tidak malas mencucinya. Atau ada alternatif lainnya yaitu langsung bergerak ke kamar mandi. Misalnya untuk cuci tangan, buang ingus, dan cuci muka. Menurut saya hasilnya pun lebih maksimal, lebih bersih. Plus, lebih aman juga untuk kesehatan. Pakai sabun sekalian biar terbebas dari Covid-19.
Tisu ada beberapa jenisnya dan nggak semuanya aman untuk digunakan di seluruh kulit manusia. Penggunaan tisu yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi, terutama yang kulitnya rewel dan sensitif. Oh ya, apalagi penggunaan tisu toilet yang terkadang kita temui di beberapa tempat makan. Masih nggak masalah apabila tisu toilet digunakan untuk tangan, tapi jadi masalah kalau digunakan hingga ke muka.
Mungkin perkara kecil mengambil tisu yang berlebihan di tempat makan ini nggak disadari banyak orang. Mungkin hal ini sudah dianggap wajar. Atau mungkin ini memang kebiasaan beberapa orang: menggunakan tisu secara berlebihan nggak hanya di rumah makan. Hmmm, emang dasar boros. Bagaimanapun, hal ini nggak bisa diwajarkan karena penggunaan tisu yang berlebihan dapat berdampak buruk untuk lingkungan.
Jadi, sebisa mungkin gunakan fasilitas gratis di tempat makan ini dengan bijak. Meskipun gratis, kita juga harus memikirkan nasib lingkungan dan pengusaha makan yang bisa-bisa tekor karena ketidakpedulian kalian. Gunakanlah tisu seperlunya dan semaksimal mungkin. Kalau bisa sampai nggak ada area kotor di tisu itu, baru deh kita boleh ambil tisu yang lainnya.
Photo by Vlada Karpovich via Pexels.com
BACA JUGA Vlog Barbie dan Kanal YouTubenya Lebih Berfaedah Dibanding Vlog Para Manusia dan tulisan Amalia Salsabila lainnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.