Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang

Muhammad Ridho oleh Muhammad Ridho
29 Juni 2022
A A
Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang

Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Di luar sana, banyak yang beranggapan kalau orang Palembang itu jahat-jahat. Bila ada perampokan di sebuah kota, pasti kebanyakan mereka akan menebak bila pelakunya berasal dari Lampung atau Palembang. Kenapa? Karena kedua kota ini punya stigma sebagai sarangnya pelaku kriminal.

Padahal, stigma negatif itu tak sepenuhnya benar lho. Maksudnya orang kota ini itu tak seburuk yang kalian kira, Sodara-sodara. Masih banyak kok yang baik, suka menolong, saling membantu, saling bayarin makan, rajin menabung, dan sebagainya. Ya sebagaimana manusia pada umumnya gitu, meski punya keunikan tersendiri. Ya namanya stigma, kadang dilekatkan pada orang yang bahkan tak tahu urusannya.

Nah di sini, saya akan mencoba menjelaskan ke sodara-sodara bahwa orang Palembang itu tak sepenuhnya jahat. Selain itu, saya juga berusaha untuk menepis stigma lain yang dilekatkan pada orang Palembang.

#1 Banyak yang jadi preman

Tak bisa saya mungkiri bahwa di Palembang itu banyak sekali premannya. Di setiap sudut kota itu pasti ada aja premannya. Di lorong-lorong kecil, di pinggir jalan, di tanah yang kosong, di komplek perumahan, di pasar, di lahan perusahaan, sampai di setiap langkah kita itu pasti ada aja premannya.

Tapi itu dulu sih. Maksudnya di tahun 90-an ke bawah emang banyak sekali premannya. Kalau sekarang sudah sebaliknya, preman-preman itu sudah pada berhenti jadi preman, jarang muncul di depan publik, dan lebih banyak melakukan gerakan sosial di masyarakat.

Dan berkat umur juga mereka jadi pada taubat. Lha iya, umur yang tua itu selalu mengingatkan kita pada kematian. Termasuk juga ke ingatan para preman. Mereka juga takut kalau nanti masuk neraka karena perbuatan terdahulu, makanya mereka taubat.

Lha emang nggak ada preman muda? Ya ada, tapi nggak sebanyak dulu. Emang kota lain nggak ada preman mudanya?

#2 Suaranya yang kasar

Nada orang Palembang, bagi orang-orang kota lain, dianggap keras dan kasar. Tapi, itu bukan karena kami orangnya kasar atau cari masalah tiap saat, ya memang begini keseharian kami. Dan saya yakin, nggak cuman orang Palembang yang punya suara keras dan kasar. Justru saya heran sama orang Jawa, kecil kali suaranya, aneh lho.

Baca Juga:

Sematang Borang, Kecamatan Paling Menyedihkan di Palembang

Kemuning, Kecamatan Paling Strategis di Palembang tapi (Hampir) Tenggelam karena Rutin Kebanjiran

Nah, kan, semua tergantung dari siapa lawan bicaranya kan?

Namun yang perlu kalian ketahui, nada kami yang kelihatan seperti orang marah itu tak bermaksud untuk marah. Hal itu karena jadi kebiasaan aja, dan susah dihilangin ketika lagi bicara sama orang yang bukan dari Palembang. Jadi, jangan terlalu syok dan khawatir ya jika nada kami seolah-olah ngegas. Kita nggak berusaha cari ribut. Mending cari uang dah, yakin.

#3 “Penghasil” pelaku kriminal

Sumpah, stigma ini bagi saya adalah stigma paling nggak masuk akal. Kalian bisa bayangin ada daerah yang secara sadar berusaha menjadi penghasil begal, nggak ada kan? Bayanginnya aja lucu.

Stigma ini tentu berbahaya sekali bagi orang Palembang yang sedang merantau. Sebagai contoh, kalau ada yang kemalingan di kos, bisa-bisa orang Palembang lah yang akan dituduh duluan. Wah ini nggak bisa dibiarin sih.

Di berita emang banyak kasus-kasus kriminal yang dilakukan di Palembang, tapi belum tentu pelakunya orang Palembang. Karena setahu saya, Palembang ini sudah banyak ditinggali oleh orang-orang yang berasal dari berbagai suku. Kalaupun ada perantau dari Palembang yang bikin onar di kota lain, ya bisa aja dia emang dasarnya resek.

Ini kayak stereotip orang Timur kalau mabuk resek. Lah, emang orang pulau lain kalau mabuk nganalisis permainan Shin Tae-yong gitu?

#4 Suka bawa senjata tajam

Saya sebetulnya termasuk orang yang selalu bawa sajam ke mana-mana, tapi saat di pasar aja, ketika sedang bekerja mengolah daging sapi dengan pisau-pisau andalan saya. Dan ketika pulang dari pasar ya ditinggal, nggak saya bawa untuk sok-sokan mengancam orang ketika di jalan.

Namun, saya agak maklum juga kalau stigma ini sampai sekarang masih awet di pikiran banyak orang. Orang Palembang itu emang suka bawa sajam di balik pakaiannya, terutama pisau yang diselipkan di antara pinggangnya. Namun itu dulu, sekitar tahun 90-an ke bawah seperti para preman tadi. Kalau sekarang ya mana bisa kek gitu, jika kamu ketahuan menyelipkan pisau di antara pinggangmu, maka siap-siap bakalan diciduk sama polisi. Jadi berhati-hatilah.

Semua stigma yang dilekatkan, pada dasarnya berasal dari kebiasaan dan kejadian di era 90-an. Inget, era 90-an itu udah lebih dari 20 tahun yang lalu. Dan semuanya pasti sudah berubah, atau malah hilang terkikis waktu. Aplikasi aja tiap minggu update, masak pengetahuan situ malah stuck?

Nah, barangkali itu saja jawaban saya terkait beberapa stigma negatif tentang orang Palembang. Kalau masih mau memegang stigma tersebut, ya nggak apa-apa. Toh, realitasnya, semuanya sudah berubah ke arah yang lebih baik.

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal yang Paling Saya Banggakan dari Palembang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Juni 2022 oleh

Tags: begallampungpalembangpremanstigma
Muhammad Ridho

Muhammad Ridho

Penyuka anime.

ArtikelTerkait

Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM bus akap

Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM

17 Oktober 2023
Martabak HAR: Kuliner Palembang Sejak 1974 yang Layak Mendapat Sorotan, Jangan Pempek Melulu! Mojok.co

Martabak HAR: Kuliner Palembang Sejak 1947 yang Layak Mendapat Sorotan, Jangan Pempek Melulu!

9 Agustus 2024
Oleh-Oleh Palembang yang Sebaiknya Jangan Dibeli Mojok.co

Oleh-Oleh Palembang yang Sebaiknya Jangan Dibeli

17 Desember 2024
Kue Khas Palembang yang Jarang Diketahui Orang dan Terancam Punah Terminal Mojok

Culture Shock Orang Jawa Nyobain Soto Ayam ala Palembang

13 Desember 2022
Kasta Jajanan Pempek di Kota Palembang Terminal Mojok

Kasta Jajanan Pempek di Kota Palembang

4 Januari 2021
7 Film Indonesia di Amazon Prime Video. Sudah Nonton Semua? (Unsplash)

7 Film Indonesia di Amazon Prime Video. Sudah Nonton Semua?

14 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.