Nasser Al-Khelaifi, Presiden Paris Saint Germain (PSG), adalah salah satu pria yang menjadi buah bibir publik pecinta sepak bola di transfer musim panas ini. Tentunya karena keberhasilan dia mendatangkan banyak pemain bintang ke klub yang bermarkas di Parc des Princes itu. Keberhasilan itu ia sempurnakan dengan mendatangkannya dengan gratis. Hanya Achraf Hakimi yang didatangkan dengan bandrol sebesar 70 juta euro.
Melihat geliat transfer PSG, membuktikan kalau ambisi Nasser Al-Khelaifi untuk menjuarai Champions League semakin besar. Kekalahan di final 2020 seakan personal bagi dirinya. Tidak heran, jumlah uang yang sudah digelontorkan memang tidak main-main. Sampai pada akhir musim 2017/18, Al-Khelaifi sudah mengeluarkan uang sampai satu miliar euro untuk membeli pemain-pemain dari berbagai liga top Eropa!
Kehedonan itu lantas membuat saya ingin menyelami lebih dalam profil sang konglomerat. Kala menyusuri internet untuk membaca mengenai riwayat hidup dia, saya menemukan fakta kalau ternyata dia adalah mantan pemain tenis! Seorang atlet profesional yang sekarang banting setir menjadi pria terkuat di jagat sepak bola.
Penelusuran saya tidak berhenti di situ. Nasser Al-Khelaifi yang sangat tertutup soal masalah keluarganya (terbukti dari informasi yang minim mengenai istri dan anak-anaknya), juga memiliki jabatan di banyak perusahaan. Jabatannya pun tidak tanggung-tanggung. Selain sebagai presiden dari PSG, ia juga menjabat sebagai chairman dari beIN Media Group, chairman dari Qatar Sports Investments, Presiden dari Qatar Tennis Federation (QTF), serta wakil presiden Asian Tennis Federation untuk Asia Barat (ATF).
Perjalanan beliau untuk memiliki jabatan prestisius tersebut sudah berjalan lebih dari satu dekade. Pasca menggantung raket pada 2003, ia tidak langsung ditunjuk sebagai presiden di mana-mana. Baru lima tahun kemudian Nasser Al-Khelaifi ditunjuk sebagai presiden Qatar Tennis Federation dan pada 2011 ia kembali diamanatkan jabatan wakil presiden Asian Tennis Federation untuk Asia Barat (ATF).
Peran orang dalem ini emang nggak bisa dianggep bercanda, Gaes. Berkat kedekatannya dengan keluarga kerajaan Qatar, ia bisa mendapatkan posisi-posisi tersebut. Apalagi di tahun 2011 ia ditunjuk sebagai chairman dari Qatar Sports Investments, anak perusahaan dari Qatar Investment Authority (lembaga pengelola dana investasi milik Qatar). Nah, di tahun yang sama dia juga ditunjuk menjadi presiden PSG.
Hanya dalam waktu satu tahun, Al-Khelaifi kembali mendirikan sebuah perusahaan. Ia meluncurkan beIN SPORTS di Prancis pada 2012, tak lama sebelum turnamen sepak bola UEFA Euro 2012. Sejak itu beIN SPORTS telah berkembang di seluruh dunia, dan sekarang tersedia di 43 negara di lima benua dan dalam sembilan bahasa yang berbeda.
Saya langsung garuk-garuk kepala dan berpikir, “Ini orang manajemen waktunya gimana, ya?” Meski memang pasti ia sudah memiliki asisten atau sekretaris pribadi yang mengurusnya, ia juga harus tetap konsisten dengan jadwal-jadwal yang sudah diberikan. Membatalkan agenda di tengah jalan adalah hal tabu karena bisa merusak semua yang sudah diatur.
Ngomong-ngomong soal beIN Sports, di tahun 2014 ia merubah namanya menjadi beIN Media Group. Loncat dua tahun kemudian, beIN mengakuisisi studio film Hollywood, MIRAMAX, dengan mencaplok 51 persen saham mereka. Satu tahun sebelumnya, mereka juga membeli platform TV berbayar terbesar di Turki, Digiturk. Lagi-lagi, posisi chairman disikat juga sama Al-Khelaifi.
Kiprah grup tersebut sempat tercoreng di wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) karena tuduhan monopoli tayangan olahraga yang dilayangkan oleh pihak Saudi Arabia. beIN akhirnya didenda 2,6 juta US dollar karena pelanggaran hukum persaingan dan izin mereka pun dicabut.
Kembali ke sepak bola, Nasser Al-Khelaifi kini resmi menjadi pria yang mampu memimpin suara klub-klub Eropa. Ia dipilih sebagai chairman dari European Club Association. Pemilihan itu juga membuat dirinya otomatis berada di komite eksekutif UEFA, yang mana juga menjadikan dirinya orang Asia pertama yang memiliki jabatan di UEFA.
Di level global, Al-Khelaifi juga salah satu anggota dari komite organisasi FIFA Club World Cup.
Saya tidak habis pikir. Kok, bisa-bisanya ada orang yang mau menjabat di banyak organisasi seperti itu, ya? Jangan-jangan Nasser Al-Khelaifi memiliki semangat yang sama dengan anak SMA yang sudah magang di enam tempat berbeda sebelum dia lulus.
Atau justru dengan jabatannya yang banyak itu—terutama jadi ketua ECA—adalah langkah untuk membuat PSG tak tersentuh oleh siapa pun di Eropa?
Tak tersentuh oleh aturan FFP, misale.
Sumber gambar: situs id.psg.fr
BACA JUGA Penyakit Time Jump di Drama Korea yang Sebetulnya Nggak Perlu-perlu Amat dan tulisan Endrapta Ibrahim Pramudhiaz lainnya.