Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengungkap Perusak Jogja yang Sebenarnya

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
11 Oktober 2020
A A
ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Narasi demonstran selalu riuh ketika usai. Keberpihakan media, bisa dilihat manakala gelora di lapangan sudah mereda. Mulai dari pemberitaan mengenai kerusakan akibat demonstrasi, hingga kerugian yang ditulis dengan rinci. Tentunya, itu tidak salah. Menjadi masalah manakala pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Mau tahu yang lebih parah lagi? Segelintir pihak berpesta, bersulang, dan tertawa melihat kita saling tuduh satu sama lain.

Mungkin romantisasi demonstran dan polisi cukup marak di media sosial. Ada yang mengabarkan polisi main hakim sendiri, ada pula yang mempertontonkan kekompakan antara kedua belah pihak dalam meredakan amarah di lapangan. Demonstrasi Malioboro adalah contoh nyata. Banyak polisi dan mahasiswa yang saling bantu mengolesi odol, ada mahasiswa yang menolong lapak pedagang, ada mahasiswa yang misuh-misuh. Beberapa polisi menembakkan gas air mata seperti mainan anak-anak.

Yang membuat saya geli adalah keriuhan di jagad media sosial. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang mendoakan walau tidak datang ke lapangan, mereka yang saling mengabarkan melalui akun-akun Twitter-nya, beberapa polisi yang cekatan membantu meredakan keadaan, dan saya ingin mengatakan bangsat kepada mereka yang sok jagoan, memanas-manasi keadaan. Dan yang paling membuat geli adalah munculnya tagar perusak Jogja.

Tagar perusak Jogja dilayangkan untuk buruh dan mahasiswa. Betapa nyerinya hati ini memperjuangkan hak rakyat yang ditindas dan mendapati berita dan tuduhan “perusak Jogja” melekat kepada peserta demo. Padahal, di lokasi, mahasiswa, polisi, dan damkar saling bahu membahu mematikan api yang terpantik. Setelah itu, seperti biasa, orang-orang yang nggak tahu memihak kepada siapa (sebut saja oknum) datang merusak aksi yang sejatinya sudah tegang karena gas air mata memenuhi udara.

Jika dinalar, kami turun ke jalan itu untuk meluruskan otak para anggota DPR yang bengkok. Tak ada satupun yang berniat untuk merugikan rakyat. Setelah itu “perusak Jogja” makin tinggi saja ditujukan untuk para demonstran.

Sejatinya, ada perusak Jogja yang ulahnya lebih masif dari oknum demonstrasi Malioboro. Mereka sudah lama menggerogoti, namun entah mengapa tak pernah ada label perusak Jogja tersemat untuk mereka. Sebut ini aneh atau gila, sayangnya itulah realitasnya.

Pertama, klitih. Ini adalah penyakit tahunan yang belum ditemukan solusinya. Padahal, saya yakin, hal ini begitu akrab dalam kehidupan kalian. Bayangkan, malam yang harusnya penuh hal menyenangkan di Jogja harus ternoda karena di balik indahnya suasana, ada segerombolan orang yang menyembunyikan senjata di balik bajunya, siap untuk melukai siapa saja.

Bisakah pelaku klitih dikatakan sebagai perusak Jogja? Selain merusak nama baik Jogja, mereka juga menghadirkan pengalaman buruk bagi para pendatang atau bahkan wisatawan.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Kedua, para pembangun hotel dan apartemen yang serampangan. Coba kita baca dan refleksi diri. Artikel dari Tirto berjudul Warga Yogya Menolak Pembangunan Hotel dan Apartemen itu berisi cerita warga RT 01 Karangwuni yang kemudian membentuk Paguyuban Warga Karangwuni Tolak Apartemen Uttara sebagai bentuk protes terhadap pembangunan apartemen Uttara.

Mereka khawatir, air tanah dan dampak lingkungan dari apartemen tersebut berimbas kepada mereka. Bahkan, material bangunan apartemen juga pernah jatuh ke rumah warga. Untuk dampak sosial, mereka khawatir akan memunculkan budaya baru, yakni hedonisme. Setali dengan pendapatan mereka yang masih di bawah rata-rata.

Dilansir dari Geotimes, sampai 2015 saja, hotel yang ada di wilayah DIY berjumlah 1,097 hotel, dengan rincian 87 hotel berbintang dan 1,010 hotel non-bintang dengan sebagian besar berdiri di wilayah Kota Yogyakarta. Jumlah sebanyak itu sudah dianggap overload atau oversupply.

Apakah mereka juga layak disebut perusak Jogja? Entahlah, kalian yang bisa menjawabnya.

Saya tidak mengatakan pembakaran saat demonstrasi itu dibenarkan, bagaimanapun, oknum itu harus dicari sampai ketemu. Pertanyaan, apakah bisa? Ya, perusak Jogja yang nyata wujudnya saja melenggang pulang pergi dengan membawa uang di kopernya dengan santai. Seakan, mereka tak bisa dijerat selain oleh pembalasan alam semesta yang telah lama disakiti oleh mereka.

Sudah paham jawabannya, kan?

Itulah beberapa hal yang sejatinya bisa kita beri label perusak Jogja. Sebelum ditanya, KTP saya itu Jogja. Saya menyayangi kalian semua. Semoga lima belas sampai dua puluh tahun lagi, anak cucu kita bisa merasakan Jogja yang katanya istimewa dan membahagiakan manusia. Tak lupa, Jogja yang memanusiakan manusia.

Ayo damai, Dap. Musuh kita saat ini sedang tertawa lho melihat kita terpecah belah.

BACA JUGA Beberapa Tokoh yang Harus Diundang di Podcast Deddy Corbuzier untuk Klarifikasi dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2020 oleh

Tags: anarkisdemonstrasihotelJogjaklitihpengembang
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

3 Wisata di Jogja yang Kelihatan Menarik di TikTok, tapi Aslinya Biasa Saja kuliah di Jogja

Jogja Tetaplah Kota Terbaik untuk Ditinggali, sekalipun Mukanya Berair karena Banjir, dan Penuh Jerawat Berbentuk Tukang Parkir Liar

18 Mei 2025
Stasiun Maguwo Lama Sleman Dilupakan padahal Istimewa karena Jadi Satu-satunya Stasiun Terbuat dari Kayu di Jogja

Stasiun Maguwo Lama Sleman Dilupakan padahal Istimewa karena Jadi Satu-satunya Stasiun yang Terbuat dari Kayu di Jogja

23 Januari 2024
Nggak Usah Sok Ngomong Bahasa Jawa Saat Belanja di Malioboro, Nggak Semua Pedagangnya Orang Jawa Kok!

Malioboro Tanpa Kendaraan Bermotor: Memangnya Sudah Siap?

27 Oktober 2020
Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan (Unsplash)

Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan

15 Januari 2023
Hal-hal yang Saya Rindukan dari Jogja dan Nggak Bisa Saya Jumpai Saat Merantau ke Kediri

Hal-hal yang Saya Rindukan dari Jogja dan Nggak Bisa Saya Jumpai Saat Merantau ke Kediri

1 September 2023
Surabaya dan Malang Superior, Malang Remahan Peyek (Unsplash)

Surabaya dan Semarang Memang Superior, Apalagi di Depan Malang yang Kayak Remahan Peyek

18 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.