Beberapa hari ke belakang, viral video TikTok yang isinya kurang lebih kumpulan muda-mudi yang nggak hafal nama ibu kota provinsi di Indonesia. Lalu, dengan semena-mena netizen bilang ini adalah tanda kalau Indonesia nggak akan bisa mencapai generasi emas. Yang ada malah generasi cemas, kata mereka.
Saya nggak tahu sih video ini gimik belaka atau bukan sampai-sampai mbak di video menyebut ibu kota Jawa Barat itu Jakarta. Kan Jabar mah Bandung atuh ibu kotanya. Kenapa Bandung? Well.
Jujur, video ini bagi saya nggak menunjukkan gejala apa pun. Saya kok malah bingung sendiri mereka dijadikan contoh kegagalan pendidikan kita sama netizen. Tapi, saya kira, dengan IQ rata-rata kita yang mirip simpanse, reaksi netizen ini nggak mengejutkan. Kenapa demikian?
Daftar Isi
Memandang kecerdasan seseorang dari hafalan nama ibu kota jelas bermasalah
Pertama, kita kerap menyamakan bahwa orang cerdas itu adalah orang yang banyak tahu. Dalam konteks ini, netizen kita beranggapan bahwa nggak tahu nama ibu kota berarti mereka orang bodoh/tolol/cacat intelektual. Sedangkan orang yang tahu nama-nama ibu kota, maka simsalabim pintar bin cerdaslah dia.
Memandang kecerdasan dari hafalan nama ibu kota ini jelas bermasalah. Kenapa? Karena setiap orang cenderung hanya mau mengingat informasi yang relevan baginya. Kalau suatu informasi dirasa nggak relevan atau nggak berguna, ya mereka jelas akan males buat menyimpan informasi tersebut.
Contohnya, orang yang kuliah jurusan Sejarah mungkin menganggap mengetahui peristiwa ’98 atau ’65 itu jauh lebih penting ketimbang hafal ibu kota dari provinsi A sampai Z. Di sisi lain, orang yang belajar kartografi mungkin merasa sebaliknya. Hafal nama-nama daerah mungkin saja bikin pekerjaannya jadi lebih mudah.
“Kan itu pengetahuan umum?” Iya, bener. Tapi, apakah tahu banyak soal pengetahuan umum bisa jadi indikator kecerdasan seseorang? Mungkin iya. Mungkin juga nggak. Balik lagi, ini tergantung yang bersangkutan bisa nggak memberikan argumen seberapa penting untuk tahu atau nggaknya suatu hal.
Contoh pengetahuan umum yang bisa jadi indikator kecerdasan: matematika dasar. Bisa operasi aritmatika dan memahami bahasa matematika itu bare minimum supaya bisa berfungsi di masyarakat. Dulu kan nggak ada kalkulator tuh, jadi orang-orang di pasar transaksinya menghitung manual, dong? Makanya, matematika penting buat dipelajari walau dasar-dasar cetek.
Kenapa seseorang harus tahu nama ibu kota provinsi?
Terus, apa argumentasi kenapa seseorang harus tahu nama ibu kota provinsi? Buat orang yang belajar kartografi, betul mungkin itu penting. Tapi, apa dampaknya untuk peradaban manusia secara umum dengan tahu nama ibu kota? Buat saya sih belum ada. Nggak ada juga tuh penjelasan dari mereka yang mengehujat orang-orang di video tadi.
Padahal kalau kita bisa jelasin kenapa kita perlu tahu daerah tempat tinggal kita kan asik, ya? Misal, dengan tahu bahwa ibu kota Jawa Barat adalah Bandung, kita jadi gampang mencari tempat-tempat atau kebutuhan tertentu yang ada di Bandung. Kenapa Bandung? Ya gitu, deh.
Jelas nggak ada salahnya kok tahu nama-nama daerah, itu bagus malahan. Saya tuh malah suka kagum sama orang yang hafal banyak kota. Keren aja gitu betapa luasnya pengetahuan mereka. Tapi ya itu tadi, menyamakan hafal nama kota dengan kecerdasan itu ajaib betul.
Negara baik-baik saja kalau masyarakatnya nggak hafal nama daerahnya sendiri
Jadi gini, negara nggak akan hancur kok kalau masyarakatnya nggak hafal nama daerah di negaranya sendiri. Yang bikin negara hancur itu kalau kemampuan kognitif masyarakatnya jeblok. Itulah alasan kenapa PISA menghitung kecerdasan bahasa, matematika, dan sains. Bukan hafalan nama ibu kota.
Penulis: Raihan Rizkuloh Gantiar Putra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Merasakan Slow Living di Nabire, Ibu Kota Provinsi Papua Tengah yang Cukup Menguras Kantong.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.