Mengkritik pemerintah, nyatanya penuh manfaat
Kita beruntung hidup di Indonesia. Ia adalah negara yang katanya ber-flower. Ini adalah negara yang hidup berdasarkan Pancasila. Sebuah ideologi yang sudah sepantasnya menjadi cerminan kehidupan yang demokratis. Oleh karena itulah, para pejabat pemerintahan di negara ini terang-terangan mengaku siap dikritik. Sayang, masih banyak orang picik yang tak mempercayai ucapan mereka.
Masih banyak juga saya temui orang yang skeptis pada manusia-manusia kritis. Memang, ada saja orang bacot tak jelas yang kerjaannya bikin gaduh dan bersembunyi di balik narasi “sedang mengkritik”. Sayangnya orang macam itu yang selalu disorot, sehingga membuat orang yang kritis dianggap orang yang suka bikin onar. Lalu banyak juga yang pro pada semua kebijakan pemerintah tanpa sedikit pun melihat cela, meski banyak kebijakan mereka yang menyengsarakan rakyat. Dengan ilmu romantisasi, mereka meyakini bahwa semua sudah baik dan sempurna tanpa cela. Pokoknya yang keluar dari pemerintah isinya bagus-bagus semua.
Padahal, mengkritik pemerintah memberikan banyak manfaat yang baik, terutama bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satunya adalah perihal menjaga kewarasan, dengan tetap mempercayai bahwa di dunia ini tak ada yang sempurna. Sebaik apa pun pemerintahan sebuah negara, tak ada yang namanya tanpa cela. Hidup itu tak hanya putih, tentu ada warna hitam juga. Bahkan, ada warna mejikuhibiniu plus semua degradasinya. Segala kemungkinan bisa terjadi di dunia ini. Bukan berarti kita mencari-cari kesalahan. Wong, efek kinerjanya yang buruk memang sudah terasa. Yang aneh adalah menutupi kesalahan dan masalah terus menerus demi menjaga citra. Oleh karena itulah, kita perlu kaum waras yang masih mau memperbaiki keadaan.
Setelah kita tahu apa yang harus dikritisi dan disampaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan kritik. Manfaat dari hal ini tentu sudah sangat jelas: memperbaiki keadaan kita. Siapa yang tak ingin negaranya tambah damai dan sejahtera? Tentu semua orang mau. Dengan rajin mengkritik pemerintah dengan baik dan benar, diharapkan ada perubahan nyata yang dirasakan.
Setiap akan muncul kebijakan baru, masyarakat sudah sewajarnya ikut terlibat. Dengan begitu, diharapkan setiap kebijakan yang ada bukan malah membuat kehidupan makin blangsak. Soal ada yang bikin kebijakan diam-diam dan terasa spontan (uhuy!), itu hanya agar kita tak perlu repot-repot ikut kerja. Itu adalah bukti jika mereka rajin dan tak ingin membuat kita lelah batin dan jiwa raga. Kalau pada akhirnya justru kebijakan itu merugikan kita, ya tinggal kritik dan gugat lagi.
Yang masih jadi misteri adalah mencari cara yang efektif. Sebab, meski mereka bilang membuka gerbang, kita tak pernah lihat seperti apa wujud gerbangnya. Memang, ada website-website resmi, kirim surat via pos, hingga datang langsung ke hadapan mereka. Tapi, sejauh ini cara yang paling populer memang lewat media sosial dan turun ke jalan. Meski begitu, cara seperti ini bukan tanpa risiko. Ada celah besar yang bisa membawa kita pada tuduhan-tuduhan berbau pidana. Tapi, itu karena kita tak sopan (menurut versi mereka). Jadi cara termudahnya adalah menerapkan kritik yang sopan.
Pemerintah kita memang tak pernah sekali pun membatasi kritik. Mereka benar-benar membuka gerbang lebar-lebar guna masuknya kritik. Soal ada yang bilang kritik mereka tak didengarkan, itu hanya sebuah anomali yang disebabkan kesalahan komunikasi. Kita harus ingat, meski mereka hidup dan bekerja dari dan untuk kita, mereka wajib dihargai. Oleh karena itu, jangan sampai lupa menerapkan kesopanan saat mengkritisi kinerja mereka. Walau sebenarnya saya juga nggak ngerti konsep santun dan sopan dalam mengkritik, saya kira ini tetap wajib dipatuhi. Ini negara yang menjunjung adat ketimuran, Buos! Ingat itu!
Kalau setelah itu kritik kita tak juga didengarkan dan diperhatikan, itu lain soal. Soalnya tugas kita memang mengkritisi kinerja mereka, dan tugas mereka mendengarkan serta merespon dengan baik. Jadi, kalau sudah ada banyak kritik yang masuk dan tak kunjung ada perubahan yang signifikan, mungkin bukan cara kritik kita yang salah. Namun, ada yang kurang klop di kuping dan hati mereka.
Ah, tapi rasanya pemerintah Indonesia tak seperti itu. Pemerintah kita kan, sangat transparan dan jujur. Bismillah, buzzer 2024.
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mendukung Ide Hebat Rompi Penangkal Korupsi Ciptaan KPK