Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Menghargai Waktu dan Menyikapi Kata OTW Saat Membuat Janji

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
8 Juni 2019
A A
otw

otw

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam momen berkumpul dan membuat janji di suatu tempat dengan seseorang atau banyak orang, sudah sewajarnya jika tak kunjung tiba kita sering bertanya, “sudah sampai mana? Kita semua udah kumpul nih”. Lalu dengan santai dan mudahnya dijawab, “OTW (on the way)—lagi di jalan” tanpa memberi tahu letak atau lokasi terkini.

Hal tersebut juga bukannya tidak mungkin pernah dilakukan oleh kita sendiri. Seringkali kata OTW ini hanya sebagai penghibur sementara. Secara harafiah, arti OTW seharusnya sedang dalam perjalanan, dalam proses menuju lokasi—entah sudah setengah jalan atau sebentar lagi sampai, bukannya baru bangun tidur atau baru saja mau bersiap mandi.

Banyak dari teman saya yang masih melakukan praktik ini. Saya yang gemas dengan perilaku seperti itu seringkali menyiasati hal tersebut, caranya meminta share live location atau membuat probing via telfon atau chat dengan menanyakan sudah di mana tak jarang langsung di video call agar betul-betul terjamin dan tahu sudah sampai mana.

Bukannya posesif, tapi saya rasa jika dibiarkan, lama-lama akan jadi kebiasaan dan budaya yang tidak baik. Tuman. Sampai-sampai sempat ada ucapan dari salah satu teman, “halah, udah jadi budaya orang Indonesia apa-apa telat”. Loh, orang Indonesia yang mana? Masih banyak mereka yang menghargai waktu saat janjian dan datang tepat waktu.

Jika ada orang yang berkata seperti itu, selain dia sudah menggeneralisir, yang dia lakukan hanyalah proyeksi (dia yang suka telat atau tidak menghargai waktu, tapi orang lain yang dianggap demikian).

Maka tak jarang, mereka yang membuat acara berkumpul seringkali mempercepat jadwal yang semestinya sudah dibuat untuk mengantisipasi beberapa orang yang dikenal seringkali telat. Misal, sebetulnya acara dimulai pukul 4 sore, namun yang diinfokan adalah 3 sore. Ada rentang satu jam untuk “kebohongan” yang dibuat—perihal OTW.

Ada kalanya cara demikian berjalan sesuai rencana dan efektif mengurai kebohongan soal OTW, namun bagi orang yang sudah ngeyel dan tidak menghargai waktu, sudah pasti mereka hanya akan menyepelekan sekaligus berkata, “halah, paling-paling mulainya jam berapa, pasti pada telat. Ujung-ujungnya pasti ngaret acaranya”. Sekali lagi, yang berpikir begitu, tentu sedang melakukan proyeksi.

Menyebalkan memang jika budaya ini terus berlanjut. Cara yang saya lakukan jika berhadapan dengan orang yang seperti ini, tidak perlu dikasih perhatian atau dimanja. Pada suatu acara, jika memang harus dimulai, akan tetap saya mulai dengan atau tanpa yang bersangkutan. Sebab, menghargai yang datang tepat (waktu) lebih baik daripada menunggu yang telat. Apalagi yang sudah datang lebih awal sampai terabaikan.

Baca Juga:

Lamongan, Kota yang Tak Pernah Lahir untuk Menjadi Rumah bagi Anak Mudanya

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Namun, saya menyadari cara demikian masih sulit dilakukan di lingkungan instansi atau suatu perusahaan. Rasanya saya akan langsung ditegur atasan atau bagian manajemen jika bersikeras melakukan hal tersebut. Kecuali, atasan atau orang yang ditunggu sudah memberi mandat acara bisa dimulai dengan atau tanpanya. Lebih fair dan nyaman satu sama lain.

Saya harap bagi yang seringkali mengabaikan waktu tersadar, di smartphone yang mereka genggam tiap waktu itu ada aplikasi yang namanya google maps atau waze yang bisa digunakan sebagai penunjuk jalan sekaligus memperhitungkan estimasi lama perjalanan. Sehingga, alasan macet sudah tidak relevan (khususnya pada saat janjian).

Ada yang menyiasati dengan cara mempercepat waktu yang ada pada ponsel, jam tangan, atau jam dinding di rumah. Biasanya dibuat lebih cepat sekitar 10-15 menit dari waktu sebenarnya, tujuannya mungkin baik, agar bisa berangkat lebih awal dari biasanya. Namun kelemahan dari cara ini, jika sudah mengetahui waktu sudah diset lebih cepat akan berujung kepada gumaman, “ah, berangkatnya sebentar lagi aja, ini jamnya kecepetan, kok”. Tidak efektif dan sia-sia.

Bukannya membenci mereka yang suka telat dengan embel-embel kata OTW, tapi cobalah jujur dalam memberi kabar jika memang tidak memungkinkan datang tepat waktu. Saya sering melakukan hal ini kepada teman-teman sekaligus menginfokan kondisi jalan juga estimasi kapan kira-kira akan sampai di tempat tujuan. Respon yang saya dapatkan lebih nyaman dan mereka dapat lebih memahami juga menghargai kejujuran yang disampaikan.

Bagi saya, manajemen waktu adalah salah satu softskill yang harus terus diasah. Walaupun terkesan sepele, sadar atau tidak, hal ini akan terus dipakai seumur hidup. Dalam ruang lingkup pekerjaan khususnya. Coba tanya ke mereka yang berbisnis, mungkin akan lebih ketat lagi dalam manajemen waktu, sebab waktu adalah uang dan itu bernilai.

Dengan menghargai waktu artinya kita juga menghargai orang lain. Jadi, sudah sewajarnya jika mereka yang tidak menghargai waktu diberi tahu atau tak jarang mendapat teguran dari teman juga atasan.

Jangan sampai karena tidak menghargai waktu—kita jadi kehilangan teman, pekerjaan, dan tidak menutup kemungkinan juga gebetan. Maaf sekadar mengingatkan.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: anak mudachatKritik Sosialotw
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

misuh

Misuh dan Pergaulan Anak Muda

26 September 2019
5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan terminal mojok.co

5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan

17 Februari 2022
nongkrong

Mau Nongkrong Takut Kere, Tak Ikut Nongkrong Malah Dighibahin, Tuman!

2 Juli 2019
ngamen gratis

Tulisan “Ngamen Gratis” di Beberapa Tempat Makan yang Berpotensi Menyakiti Hati Seorang Pengamen

12 Juli 2019
pelacur

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

5 Agustus 2019
pakar modal kuota internet

Kiat Menjadi Pakar dengan Modal Kuota Internet

12 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
AeroStreet Black Classic, Sepatu Lokal Harga 100 Ribuan yang Awet Mojok.co

AeroStreet Black Classic, Sepatu Lokal Harga 100 Ribuan yang Awet

11 Desember 2025
Ruang Merokok Changi Airport Singapura Membuatnya Menang dari Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi Mojok

Ruang Merokok Changi Airport Singapura Adalah yang Terbaik Dibandingkan Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi

10 Desember 2025
4 Dosa Penjual Gorengan yang Bikin Orang Kapok dan Trauma Mojok.co

4 Dosa Penjual Gorengan yang Bikin Pembeli Kapok dan Trauma

8 Desember 2025
Kasta Tumbler dari yang Wajib Dibeli sampai yang Harus Dihindari, Harga Mahal Belum Tentu Terjamin Kualitasnya

Kasta Tumbler dari yang Wajib Dibeli sampai yang Harus Dihindari, Harga Mahal Belum Tentu Terjamin Kualitasnya

8 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman
  • Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS
  • Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang
  • Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur
  • Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.