Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca di Kampung Inggris

Muhammad Bintang Aldijana oleh Muhammad Bintang Aldijana
19 November 2020
A A
Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca di Kampung Inggris terminal mojok.co

Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca di Kampung Inggris terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bahasa bukan hanya sebuah kode tapi juga sebuah sistem untuk memproduksi dan mereproduksi makna dalam masyarakat. Bahasa juga terikat dengan budaya yang dibawa oleh penutur dari bahasa itu. Dalam jurnal yang pernah saya baca berjudul Lingua Francas in a World of Migrations (2016), Karen Risager menyebutnya sebagai lingua kultur dari individu yang mana terkait dengan riwayat kehidupan pribadi seseorang dalam lingkup sosial, budaya, dan sejarah tertentu.

Dalam jurnal itu, Risager mengaitkan pembahasan mengenai lingua Kultur dengan lingua Franca. Apa itu lingua franca? Singkatnya, ia adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang tidak menggunakan bahasa itu sebagai bahasa ibu alias bahasa aslinya. Hal ini menarik ketika dibahas dalam konteks ke-Indonesia-an di mana bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat yang sebenarnya bahasa aslinya bukan bahasa Indonesia, seperti masyarakat Jawa, Bali, Sunda, Papua, dan lainnya.

Di sini saya ingin merefleksikan pengalaman personal saya ketika menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca saat saya sedang belajar di Kampung Inggris Pare sekitar empat tahun yang lalu. Walaupun nama tempatnya adalah Kampung Inggris, tetapi tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi di luar kelas (biar bahasa Indonesia tidak termarginalkan oleh bahasa Inggris hehe).

Sebelum membahas pengalaman itu, saya ingin sedikit mengulas bagaimana bahasa Indonesia digunakan sebagai lingua franca. Bahasa Indonesia yang sebenarnya adalah Bahasa Melayu modern yang merupakan “bahasa perdagangan” yang dibawa oleh kerajaan Malaka saat mengadakan hubungan dagang dengan kerajaan Sriwijaya. Ia kemudian menyebar luas ke wilayah Nusantara melalui aktivitas perdagangan yang sama.

Bahasa Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai bahasa pemersatu (a.k.a. lingua franca) dalam Sumpah Pemuda yang diselenggarakan 28 Oktober 1928. Saat itu, para pemuda yang mewakili daerah masing-masing sepakat untuk mengakui bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa yang satu, Indonesia.

Kembali ke pengalaman saya, saya menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca saat belajar di Kampung Inggris Pare. Di Kampung Inggris itu, saya bertemu dengan banyak teman dari berbagai daerah di Indonesia seperti Bandung, Lampung, Madura, dan juga lainnya.

Yang menarik, ketika menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca dengan banyak teman yang bukan dari daerah di mana saya tinggal (Kediri, Jawa Timur), kami menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek daerah masing-masing. Oleh karenanya, pengalaman menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca ini terkait dengan apa yang disebut Risager sebagai lingua kultur dari individu dengan budaya yang berbeda-beda.

Pada dasarnya, Risager membagi konsep lingua kultur itu menjadi tiga dimensi yang saling terkait. Tiga dimensi itu meliputi dimensi semantik-pragmatis, dimensi puitis, dan dimensi identitas. Dalam dimensi semantik-pragmatis, variasi sosial dan personal ditemukan dalam situasi penggunaan yang konkret. Dimensi ini menyiratkan sebuah kata dan konsep kata memiliki peran spesifik dalam pengalaman seseorang.

Baca Juga:

Apa Urgensi Belajar Bahasa Portugis? Ketemu Bahasa Inggris Aja Masih Nangis!

Tanpa Les, Tanpa Bimbel: Cerita Mahasiswa yang Selalu Dapet Skor TOEFL 500-an Berbekal Nonton Film dan Main Video Game

Jika saya menghubungkannya dengan pengalaman saya ketika berada di Kampung Inggris, akan ditemui banyak contoh kata yang saya bersama teman-teman saya gunakan dari bahasa Indonesia. Mungkin saya ingin mencontohkan satu kata yang umum bagi kami saja yaitu kata “belajar”. Menurut dimensi semantik-pragmatis dari lingua kultur, kata “belajar” dalam bahasa Indonesia dapat memberikan kesan yang berbeda kepada masing-masing dari kami sebagai pembelajar dengan asal-usul yang berbeda-beda seperti apa arti dan makna kata “belajar” tersebut terhadap ranah emosi kami, imajinasi kami, dan bagaimana kata tersebut mewarnai penggunaannya terhadap bahasa-bahasa lainnya.

Beralih ke dimensi kedua, dimensi puitis berkaitan dengan jenis-jenis makna tertentu yang tercipta dalam struktur fonologis (bunyi) dan silabel (suku kata) bahasa. Dimensi ini terkait dengan perbedaan pengucapan dan tulisan.

Dalam pengalaman saya dan teman-teman yang berasal dari Lampung, Madura, atau Bali, kami berbicara menggunakan bahasa Indonesia secara kontras atau berbeda satu sama lain terutama dalam hal pengucapan. Berdasarkan pengamatan yang saya hubungkan dengan konsep aliran linguistik (linguistic flow), kami berbicara bahasa Indonesia secara berbeda satu sama lain karena aliran bahasa pertama kami yang terikat dengan budaya lokal sehingga menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek masing-masing yang khas.

Menurut Risager pula, suatu bahasa dapat diputuskan dari satu konteks budaya dan dihubungkan kembali ke konteks yang baru. Artinya, dalam pengalaman saya saat tinggal di Kampung Inggris, saya dan teman-teman yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, memutus bahasa daerah kami dari konteks budaya masing-masing. Kemudian menghubungkannya kembali ke konteks baru di mana kami menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca-nya.

Sampailah pada dimensi paling buncit dari yaitu dimensi identitas. Dimensi ini menyiratkan bahwa seseorang mengidentifikasi dirinya sendiri dan memungkinkan orang lain untuk mengidentifikasi dirinya sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan sikap mereka.

Risager mengutip bahwa praktik linguistik atau bahasa merupakan rangkaian berkelanjutan dari “tindakan identitas” di mana seseorang memproyeksikan pemahaman mereka sendiri tentang dunia terhadap lawan bicara. Dengan cara itu, secara sadar atau tidak sadar “mengundang” lawan bicara untuk bereaksi.

Dari pengalaman saya selama di Kampung Inggris, ketika saya mencoba membandingkan latar belakang budaya teman saya satu sama lain atau dengan latar belakang budaya saya. Teman saya dari Bandung yang memiliki budaya Sunda cenderung bersikap “lembut” saat sedang berdiskusi. Sedangkan teman saya dari Madura cenderung “ngotot” ketika terlibat dalam pembicaraan khususnya pembicaraan yang bertema serius. Walaupun tidak semua teman yang berasal dari Sunda atau Madura bersikap statis seperti itu.

Dalam keadaan yang mengharuskan untuk menghadapi perbedaan seperti itu, saya sebagai “host” yang memiliki budaya Jawa mesti berusaha sebisa mungkin mentolerir perbedaan yang ada meskipun terkadang juga memiliki perasaan tidak enak. Seperti memiliki dilema antara menjadi seorang “idealis” yang ingin mempertahankan pendapat pribadi, tapi di sisi lain juga harus bisa andhap asor supaya bisa menengahi perbedaan.

Namun, dari semua pengalaman itu saya memperoleh pelajaran bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagai lingua franca bisa menguatkan kembali kesadaran terhadap kompleksitas bahasa dan budaya (lingua kultur) yang melampaui paradigma tradisional yang statis. Bahwa satu negara hanya memiliki satu bangsa, satu bahasa, dan satu budaya. Sementara kita adalah bangsa yang kaya akan keragaman. Beraneka bangsa, budaya, dan bahasa, tapi tetap kukuh dalam satu bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

BACA JUGA Do’s and Don’ts Ketika Belajar Bahasa Inggris

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2022 oleh

Tags: Bahasa Inggriskampung inggrislingua franca
Muhammad Bintang Aldijana

Muhammad Bintang Aldijana

Lulusan Sastra Inggris UIN Malang dan tutor di Kampung Inggris Pare.

ArtikelTerkait

3 Kesalahan Umum Penulisan Bahasa Inggris yang Terjadi di Sekitar Kita

Berani Ngomong Bahasa Inggris Harusnya Diapresiasi Bukan Dibully

25 Januari 2021
Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua Mojok.co

Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua

10 Juni 2024
Bahasa Inggris Menjadi Anak Tiri, Bahasa Arab Tabungan Akhirat (Unsplash)

Standar Ganda Masyarakat di Desa Terhadap Pelajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

13 Oktober 2023
Gap Year Selalu Dipandang Negatif, padahal Manfaatnya Juga Banyak terminal mojok.co

Susahnya Jadi Mahasiswa Bahasa Inggris Konservatif

16 Mei 2019
Saat yang Tepat Buat Berhenti Overproud dan Memuja Bule terminal mojok.co

Pengalaman Berkomunikasi dengan Bule yang Bukan Native English Speaker

13 Desember 2020
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare Kediri yang Bikin Kecewa

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

20 Maret 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.