Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menggelar Acara Makan Gratis Memupuskan Stigma Negatif Saya pada Preman Pasar

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
6 Januari 2021
A A
tato

Menggelar Acara Makan Gratis Memupuskan Stigma Negatif Saya pada Preman Pasar terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang terlintas di benak Anda setiap mendengar kata preman pasar? Arogan? Tukang palak? Miskin moral? Saya maklum, preman memang menjadi social misfits di tengah masyarakat yang katanya beradab. Apalagi jika kita melihat para preman dari jauh.

Saya juga pernah punya pandangan serupa. Bagi anak muda yang nyaman di kamar, preman seperti genderuwo yang mengerikan. Tapi, berhadapan dengan preman pasar secara langsung membuka mata saya. Sebenarnya preman itu seperti rocker, punya rasa punya hati.

Pengalaman yang sukses mengubah sudut pandang saya ini terjadi di tahun 2018. Tepatnya saat saya terlibat dalam kegiatan makan gratis di Pasar Beringharjo, pasar utama di Jogja. Acara yang bertajuk “Pawon Rakyat” ini menyasar para pedagang dan buruh panggul pasar. Semua boleh kok ikut acara ini, termasuk kalian yang mengkis-mengkis menahan lapar di kos.

Keterlibatan saya lebih ke urusan keamanan. Maklum, saya tidak punya modal cukup untuk membantu memasak. Gaji UMP saya juga mepet untuk dukungan material. Jadi yang bisa saya sumbangkan adalah tubuh gempal ini. Urusan keamanan menjadi penting, karena acara ini bertepatan dengan kampanye parpol. Dan Anda bisa memahami bahwa kampanye yang memekakkan telinga ini dekat dengan kerusuhan.

Lokasi hajat gratisan ini ada di parkiran timur pasar. Tim Pawon Rakyat sudah mengontak pihak penjaga parkir di sana untuk meluangkan sebagian area untuk kami mempersiapkan dan membuka lokasi makan gratis. Di sini saya sudah terkesima. Para tukang parkir dan preman setempat menjanjikan lokasi yang dipilih akan bebas dari kendaraan parkir saat kami gunakan.

Bukan hal sepele lho. Menutup area parkir berarti memutus penghasilan mereka sementara. Tapi, dengan ikhlas mereka menyediakan ruang bagi kami.

Singkat cerita, tibalah hari H makan gratis ini. Bermodal motor tiga roda yang susah dikemudikan itu, kami bersama-sama menuju lokasi kegiatan. Dan benar, lokasi yang dijanjikan telah bebas dari kendaraan parkir. Ketika kami mempersiapkan ubarampe, para tukang parkir dan preman pasar ini ikut sibuk mencarikan alas duduk. Badan besar bertato mereka wira-wiri di antara badan kami yang jauh dari kebal pukul ini.

Acara berjalan dengan menyenangkan. Para preman ini berteriak riuh memanggil para pedagang dan buruh panggul untuk ikut makan bersama kami. Mereka juga ikut berbagi apa yang bisa dikonsumsi bersama. Dari camilan kering sampai rokok yang menambah keakraban.

Baca Juga:

Wonosobo Memang Kota Preman, tapi Ada Sisi Positifnya

4 Keresahan yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Kelurahan Silaberanti Palembang

Di tengah acara, ada kabar dari kawan yang memantau jalan besar yang menuju pasar. “Ada kampanye mau lewat sini,” ujarnya. Waduh, kami yang didapuk sebagai keamanan langsung deg-degan. Ketika rapat, kami merasa gagah dan siap tempur. Tapi, di lapangan mental sebagian dari kami langsung drop. Terutama saya yang makin gelisah. Kegelisahan ini tertangkap mata salah satu preman pasar yang menepuk pundak saya sambil bilang, “Sante wae, Mas.”

Benar, parade kampanye dengan knalpot berisik itu lewat. Para peserta kampanye melirik kami dan spanduk yang kami pasang. Spanduk “Tidak menerima sumbangan parpol” sepertinya menarik minat mereka. Di tengah kekhawatiran kami, para preman pasar tadi menunda makan dan berdiri di pinggir jalan. Dengan muka muram, mereka mengamati parade yang melintas. Mencegah parade ini mendekat dan mengganggu acara kami.

Entah karena apa, parade tadi berlalu begitu saja. Bahkan tidak menggeber-geber motor yang berisik tadi. Seperti tidak ada apa-apa, parade kampanye tadi berlalu. Para preman pasar tadi kembali duduk, makan, dan bercengkrama dengan kami. Penuh suka cita dan candaan khas akar rumput Jogja.

Salah satu preman duduk di samping saya, dan mengangsurkan sekotak rokok miliknya. Tentu saya terima dengan suka cita, apalagi rokok saya sudah dihabiskan kawan-kawan. Preman gempal yang katanya berusia 50-an tahun ini mengajak saya berdiskusi. Dari kehidupannya yang penuh lika-liku, sampai membahas tato macan di lengan kanannya. Tidak ada intimidasi, malah seperti seorang bapak yang penuh kisah bagi anak muda seperti saya.

Ketika acara berakhir, para preman ini juga tidak menghilang atau mengusir. Mereka malah ikut membantu membersihkan lokasi, bahkan membuangkan sampah menumpuk ke pusat pembuangan pasar. Kami pun berpamitan dengan ramah. Saya ingat, beberapa preman pasar tadi menepuk pundak saya sambil menertawakan ketakutan saya tadi.

Di perjalanan pulang, saya membatin. “Preman yang katanya seram saja malah seramah itu. Bahkan banyak memberi bantuan serta ikut berbagi makanan. Lalu siapa yang sebenarnya tidak punya hati. Preman pasar atau para pejabat yang didukung kampanye tadi? Dan bukankah perilaku negatif mereka tidak berbeda dengan korupsi atau arogansi para wakil rakyat?”

BACA JUGA Bisnis Lahan Parkir Tidak Pernah Sederhana, bahkan Penuh Darah dan Mafia dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Januari 2021 oleh

Tags: kampanyepreman
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

3 Ciri-ciri Caleg Red Flag Dilihat dari Poster Kampanye yang Dipakai

3 Ciri-ciri Caleg Red Flag Dilihat dari Poster Kampanye yang Dipakai

8 Januari 2024
Menguak Tugas-tugas Preman Menjelang Pemilu: Intimidasi Berkedok Diplomasi

Menguak Tugas-tugas Preman Menjelang Pemilu: Intimidasi Berkedok Diplomasi

21 November 2023
Daripada Blusukan Daring, Gibran Rakabuming Mending Lakukan Hal yang Lebih Wangun kaesang pilkada jokowi terminal mojok.co

Daripada Blusukan Daring, Gibran Rakabuming Mending Lakukan Hal yang Lebih Wangun

30 September 2020
Kampanye Menjijikkan Partai Gerindra yang Menunggangi Konser BLACKPINK

Kampanye Menjijikkan Partai Gerindra yang Menunggangi Konser BLACKPINK

10 Maret 2023
boso walikan mojok

Boso Walikan Mataraman: Sandi para Kriminal yang Beralih Menjadi Sapaan Akrab

8 Juli 2020
Menempel Stiker Caleg di Rumah Warga Itu Cara Kampanye Meresahkan dan Nggak Kreatif!

Menempel Stiker Caleg di Rumah Warga Itu Cara Kampanye Problematik dan Nggak Kreatif!

17 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.