Kedung Cinet Jombang rupanya tak berusia panjang. Lantaran kerap meminta nyawa, tempat wisata satu-satunya yang bisa dibanggakan Jombang utara ini akhirnya ditutup.
Selama ini wisata Kabupaten Jombang hanya ditopang oleh wisata alam yang berada di Kecamatan Wonosalam, tepatnya di selatan Jombang, dan wisata religi, yakni makam Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berada di Tebuireng, Kecamatan Diwek. Sementara Jombang bagian utara yang konon diklaim warga memiliki Sungai Brantas, tak memiliki wisata alam yang bisa dikunjungi.
Fyi, Jombang utara adalah penyebutan untuk wilayah Kabupaten Jombang yang berada di seberang Sungai Brantas, tepatnya yang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan. Jombang bagian utara ini terdiri dari Kecamatan Plandaan, Ploso, Kabuh, Kedu, dan Ngusikan.
Sebenarnya ada satu tempat wisata yang cukup populer di wilayah Jombang utara, yakni Kedung Cinet. Sekitar tahun 2015-an, Kedung Cinet yang berada di Desa Pojok Klitih, Kecamatan Plandaan, ini cukup tersohor. Ia menjadi satu-satunya wisata alam paling fenomenal di Jombang utara. Sayangnya, popularitasnya tak bertahan lama, Kedung Cinet kemudian ditutup sejak banyaknya kasus kematian di wisata alam ini
Daftar Isi
Kedung Cinet, Grand Canyon dari Jombang
Menariknya, Kedung Cinet Jombang ini disebut-sebut mirip dengan Grand Canyon. Walau nampak berlebihan, tapi aliran sungai alami dengan pahatan bebatuan cadas yang curam, perpaduan bebatuan putih kekuningan dan birunya air memang mempercantik tampilannya. Dalam bahasa Jawa, kedung berarti sungai, sementara cinet berarti cepat, sehingga Kedung Cinet diartikan sungai yang memiliki aliran deras.
Lokasi Kedung Cinet di tengah hutan jati yang masuk dalam kepengurusan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang. Pada era emasnya, banyak pelajar dan wisatawan yang berduyun-duyun datang ke sini sekadar foto-foto atau main air. Cukup bayar parkir Rp2 ribu per motor, wisatawan yang datang sudah bisa menikmati Kedung Cinet sepuasnya.
Gagal diresmikan hingga sarat kisah mistis
Tahun 2020 silam, Pemkab Jombang sudah berencana membuka Kedung Cinet sebagai objek wisata alam komersial. Penataan area wisata seperti tempat istirahat dan lahan parkir sudah mulai nampak rapi.
Akan tetapi rencana tersebut gagal. Perhutani mengeklaim wisata tersebut belum mengantongi izin sebagai objek wisata. Selain itu, kondisi Kedung Cinet yang tergolong ekstrem—masuk dalam kategori sungai dalam dan bebatuan licin—mengundang hal-hal yang tak diinginkan, sehingga belum bisa dinyatakan layak menjadi tempat wisata.
Apa lagi di musim hujan seperti sekarang, derasnya aliran sungai sangat tidak ramah bagi wisatawan. Wisatawan bisa tenggelam terbawa arus atau jatuh ke sungai karena licinnya bebatuan sepanjang sungai. Hal ini terbukti sejak booming hingga tahun 2019, sudah kurang lebih 7 mayat ditemukan di Kedung Cinet. Entah karena mati tenggelam atau bahkan menjadi korban pembunuhan.
Akhirnya ditutup untuk umum
Rentetan peristiwa tak mengenakkan yang terus terjadi di Kedung Cinet Jombang membuat Perhutani pada tahun 2020 silam memutuskan untuk menutup permanen Kedung Cinet sebagai objek wisata alam. Hal ini dilakukan untuk mencegah korban jiwa sekaligus menjaga kelestarian alam di sana. Kedung Cinet memang belum layak menjadi objek wisata alam yang ramah, aman, dan nyaman untuk dikunjungi.
Ditutupnya Kedung Cinet turut menghapus daftar wisata alam di Kabupaten Jombang. Padahal tempat ini menjadi satu-satunya wisata alam di Jombang utara. Hingga kini, belum terdengar ada lagi tempat wisata yang memukau layaknya Kedung Cinet pada masanya.
Pemimpin silih berganti, tapi belum ada yang mampu mengangkat potensi alam di Jombang utara. Hutan jati, pegunungan kapur, dan Sungai Brantas semestinya potensial untuk dieksploitasi menjadi wisata alam yang menarik. Minimal untuk warga sendiri deh biar nggak perlu jauh-jauh wisata ke Wonosalam atau Lamongan.
Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Air Terjun Tretes Wonosalam, Bukti Jombang Nggak Miskin Wisata Alam.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.