Mengenal Istilah Slow Bar dan Fast Bar pada Kedai Kopi

rekomendasi warkop untuk warga kediri fast bar skripsian di coffee shop home brewer kopi cafe kafe coffee shop mojok

home brewer kopi cafe kafe coffee shop mojok

Belakangan ini, kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari masyarakat modern, khususnya di perkotaan. Menurut berbagai survei, kopi merupakan minuman yang paling banyak diminum di dunia setelah air putih. Tingginya permintaan serta semakin cepatnya tempo dunia kerja, membuat kopi tak lagi sekadar media pembuka dialog senja, atau ramuan pelepas penat, atau “teman sunyi” di kala luang. Kopi telah berevolusi menjadi produk cepat saji yang bisa dinikmati kapan aja dan di mana aja. Nggak mengherankan kalo beberapa tahun terakhir kedai kopi baru terus-menerus bermunculan dengan berbagai macam konsep yang ditawarkan.

Tempo hari, banyak bermunculan kedai kopi dengan konsep interior unfinished, atau BCA—kata orang Sunda bilang—alias bangunan can anggeus. Sebelum itu, tren ngopi di alam dengan konsep misbar juga sempat digandrungi. Akan tetapi, kalo diliat dari sisi budaya ngopinya, nyaris semua kedai tersebut menerapkan konsep fast bar, sekalipun konsep desain interior yang mereka tawarkan berbeda-beda. Sebaliknya, kedai-kedai yang menawarkan konsep slow bar makin sulit dijumpai.

Kalo kita pengin ngopi di kedai yang konsepnya ngalam, kita tinggal ngetik “kedai kopi alam” atau “kafe di hutan” di mesin pencarian. Tapi, kalo kita pengin ngopi sambil pengin dapet informasi soal kopi, kita harus nanya apa ke mbah Google?

Oleh karena itu, berikut ini saya menghimpun informasi seputar kedai kopi dengan konsep slow bar dan fast bar yang didapatkan dari beberapa barista di berbagai meja slow bar yang sekiranya diperlukan bagi Anda yang berniat bikin meja bar di rumah, atau mungkin bikin kedai kopi beneran. Sebab, mbah google pun sejauh ini masih belum memuat jawaban seputar perbedaan antara keduanya.

Slow bar

Slow bar biasanya dapat dijumpai di kedai yang tempatnya nggak besar-besar amat. Slow bar adalah konsep yang nggak cuma menawarkan secangkir kopi yang nikmat, namun juga menawarkan informasi apa aja seputar kopi yang dipesan. Di kedai semacam ini, Anda bisa berbagi informasi seputar origin, varietas, proses pencucian atau penjemuran, pemanggangan, hingga isu-isu dan tren terkini seputar industri kopi ke mas-mas atau mba-mba baristanya. Slow bar biasanya menawarkan menu-menu yang dibuat secara manual dan agak menyita waktu, seperti V60, aeropress, siphon, dan lain-lain. Selain itu, orang-orang di balik meja slow bar umumnya diisi oleh barista-barista yang cukup berpengalaman.

Buat Anda yang nggak terlalu suka keramaian dan sering nongkrong seorang diri, atau mungkin pengen ngopi tapi suka bingung mau ngajak siapa, maka kedai kopi dengan konsep slow bar ini adalah solusi terbaik buat mengisi waktu luang Anda. Terus, gimana cara bedain kedai slow bar dan fast bar? Pokoknya, kalo di sepanjang meja bar terdapat kursi berjajar, maka di situlah Anda dipersilakan berdialog ke sana kemari dan tertawa dengan si baristanya.

Fast bar

Dalam industri kopi, istilah fast bar ini sebenernya masih kelabu. Sebab, hampir setiap kedai kopi sekarang ini menawarkan pelayanan yang cepat. Sebuah kedai biasa disebut fast bar apabila di sekitaran barnya nggak tersedia kursi untuk konsumen. Biasanya, kedai-kedai semacam ini hanya menjual jenis-jenis sajian kopi cepat saji, yang umumnya merupakan espresso based. Dengan kata lain, fast bar lebih berorientasi pada segi kuantitas. Sebut saja Janji Jiwa, Kopi Kenangan, atau % Arabica. Salah satu faktor yang membuat nama kofisyop tersebut menjadi besar adalah penjualan kopi cepat saji (dibaca: es kopi susu) mereka yang cukup tinggi. Makanya, mereka mesti menyediakan tempat yang besar juga mewah demi menampung kenyamanan konsumen sebanyak-banyaknya.

Namun, banyak juga kedai yang menawarkan konsep slow bar dan fast bar sekaligus—baik itu terpisah ataupun di satu tempat yang sama. Kedai Daily Routine, misalnya. Di Bandung, mereka punya dua kedai yang menawarkan konsep yang berbeda, dan dengan menu yang berbeda pula. Kedai cabang Dago dengan konsep slow bar beserta menu di kisaran manual brew, dan kedai cabang Sumur Bandung khusus menu-menu espresso based.

Akan tetapi, nggak semua kedai dengan menu seputar manual brew disebut slow bar, atau kedai dengan menu seputar espresso based bisa disebut fast bar. Istilah slow bar dan fast bar nggak lebih dari sekadar istilah. Sebuah kedai kopi yang menyediakan kursi di sepanjang meja bar tetap nggak bakalan jadi slow kalo si pengunjung dan si baristanya sama-sama saling cuek. Sebaliknya, apabila barista di kedai-kedai besar yang hanya menyediakan menu-menu cepat saji itu emang ramah dan bersedia membuka dialog, maka nikmatilah, tanpa perlu dipusingkan dengan konsep slow bar atau fast bar.

BACA JUGA Ketakutan Tiran pada Secangkir Kopi: Dari Sumber Revolusi Sampai Minuman Satanis dan tulisan Nanda Naradhipa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version