Melihat twit ini, saya jadi ingin membahas material-material untuk keperluan dapur, khususnya pisau dan golok. Pernah nggak sih kamu merhatiin pisau dapur atau golok di rumah terbuat dari apa?
Kiri-kanan
K390-ASP60-k190Nempanya kurang lebih 3 hari utk 1 pisau ?? pic.twitter.com/Fe3KlH3OQf
— Raskniven (@rasndeso) February 9, 2021
Ketiga pisau yang ditunjukkan di twit barusan terbuat dari baja yang diproduksi oleh perusahaan Böhler (Austria) dan Assab (Swedia). Kedua perusahaan ini sudah terkenal dalam memproduksi baja grade spesial. Di antaranya aadalah tool steel atau bahasa Indonesianya baja perkakas
Baja perkakas itu apa? Baja yang dikhususkan dipakai sebagai bahan komponen yang akan digunakan untuk mengolah suatu bahan. Kayak untuk memotong, menempa, memukul, atau mencetak suatu bahan. Perkakas yang menggunakan baja jenis ini meliputi palu, pisau, gergaji, pahat, mata bor, dan sebagainya.
Sampai sini mungkin rasanya biasa aja. Tapi kalau kamu bertanya kenapa harus baja perkakas, penjelasannya menarik banget. Biar gampang memahaminya, langsung aja masuk ke studi kasus: pisau dapur.
Pisau dapur yang ideal itu bagaimana ya? Syarat utamanya hanya satu, yaitu tajam. Tapi satu syarat ini punya dua aspek. Pertama, bisa dibuat jadi tajam. Kedua, kalau sudah tajam, dia tidak mudah tumpul. Emang sih ada syarat-syarat lain kayak tahan karat, mudah dibuat, murah, dan tidak mudah patah. Tapi itu semua adalah tambahan dari syarat utama tadi.
Sekarang kita masuk ke pembahasan dua aspek pisau dapur tersebut.
Aspek pisau dapur #1 Bisa dibuat jadi tajam
Saat dibuat, penajaman pisau dilakukan lewat proses asah yang dalam bahasa tekniknya disebut machining/permesinan. Tujuan permesinan adalah membentuk mata pisau menjadi lancip dengan cara menghilangkan sebagian materialnya. Proses asah ini “memakan” sejumlah bagian pisau sehingga ia menjadi lancip.
Apakah semua material bisa diasah untuk jadi pisau? Tidak. Ada beberapa material yang sangat sulit diasah. Material yang sulit diasah adalah material lunak, misalkan aluminum, tembaga, kuningan, dan perunggu. Material lunak ini jika diasah, bagian lancipnya malah bakal bengkok ketika beradu dengan batu asah atau kertas amplas.
Dengan demikian material yang bisa diasah hingga tajam adalah material yang relatif keras. Contohnya adalah baja.
Hampir semua baja bisa diasah menjadi tajam. Mulai dari baja yang relatif lunak hingga yang sangat keras. Tapi, sekarang mari kita lihat aspek kedua.
Aspek pisau dapur #2 Kalau sudah tajam, tidak mudah jadi tumpul
Maksud dari aspek ini ialah, hendaknya pisau tersebut bisa terjaga ketajamannya dalam waktu yang sangat lama tanpa harus diasah terus walaupun rutin dipakai. Material apa yang bisa memenuhi ini? Wah ini mulai rumit.
Syarat material agar tajamnya lama:
- Tahan aus
- Keras/kuat
- Tahan impak (bentur)
Syarat A, B, dan C ini nggak semua baja memenuhinya. Bahkan jarang sekali bisa ketiganya bisa ditemukan sekaligus pada satu material. Kalo material keras, biasanya nggak tahan impak. Kalau tahan impak, biasanya nggak kuat dan nggak tahan aus. Di sinilah seni utama membuat bilah pisau apa pun yang berkualitas tinggi.
Orang Jepang dulu bikin katana yang katanya superior, juga nggak bisa bikin material yang bisa menuhin ketiga syarat tersebut. Jadinya mereka akalin dengan membuat pedang dari dua jenis baja yang beda, baja keras dan lunak, biar ketiga aspek tersebut bisa dipenuhin dalam satu bilah pedang.
Thanks to para metallurgist yang berhasil menemukan material ajaib, yaitu baja perkakas! Baja perkakas ini secara tegas (tegas gimana coba) memenuhi syarat ABC tadi. Mantap lah pokoknya.
Ada lagi yang ajaib dari baja perkakas ini. Ketika lahir alias pas keluar pabrik, material ini belum punya sifat ABC itu loh! Hah kok bisa? Kuncinya ada di komposisi kimia yang rumit.
Bayangin aja kalau material ini dibeli dengan sifat ABC sudah dipenuhi. Ya nggak bisa dipotong dan dibentuk jadi pisau dong!
Alhasil, material ini dibeli dalam keadaan lunak. Istilah tekniknya spherodized. Dalam kondisi spherodized, baja perkakas mudah dipotong dan ditempa karena relatif lunak tadi.
Jadi urutan prosesnya:
- Dibeli (ya iyalah masak dicolong)
- Dibentuk agar jadi bentuk pisau (tapi belum jadi banget)
- Sifat ABC dibangkitkan/dimunculkan melalui proses perlakuan panas (quenching, tempering, dll.)
- Finishing (diasah, dihaluskan, diamplas agar berkilau, dll.)
Baja perkakas ini juga relatif tahan karat karena kandungan chromiumnya tinggi, tidak mudah patah, dan tidak mudah sempal. Sempal biasanya terjadi karena material terlalu keras, contohnya pisau dari per daun (leaf spring) yang materialnya adalah baja karbon tinggi relatif getas. Getas ini diakibatkan oleh fasa martensit yang terlalu getas, yang diperoleh dari proses partial hardening (bahasa pasarannya: penyepuhan). Pada baja perkakas, walau keras, ia tidak mudah sempal.
***
Bilah pisau yang bagus umumnya terbuat dari baja perkakas. Merek-merek ternama dunia dalam cooking utensils memilih grade ini sebagai bahan utama pisau. Jadi nanti kalau jadi panitia kurban, biar nggak menyiksa hewan gara-gara pakai pisau yang kurang berkualitas, beralihlah ke pisau dari baja perkakas. Yah, walau setajam-tajamnya pisau dari baja perkakas, tetap aja nggak bisa ngalahin tajamnya mulut tetangga 🙁
Pesan sponsor: yuk, masuk Jurusan Teknik Material. Dijamin akan mengubah pandangan terhadap dunia yang penuh dengan material.
BACA JUGA Mengapa Nobita Selalu Dapat Nilai Nol: Sebuah Analisis Menggunakan Teori Peluang dan esai-esai sains lainnya di Mojok. Ikuti Deri Andika Bangun di Twitter.