Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mengapa Perempuan Harus Mengenakan Kebaya, Sedangkan Laki-laki Hanya Kemeja Saat Wisuda?

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
26 Mei 2023
A A
Wisuda Hanya Sebuah Seremoni, Rayakan Secukupnya Tak Perlu Berlebihan b

Wisuda Hanya Sebuah Seremoni, Rayakan Secukupnya Tak Perlu Berlebihan (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah pertanyaan yang sangat mengganggu saya, setelah melakoni wisuda sekurang-kurangnya dua kali. Kenapa kalau wisuda, perempuan memakai kebaya, sedangkan laki-lakinya menggunakan kemeja putih. Aneh nggak sih?

Mengapa perempuan ketika wisuda itu harus mengenakan kebaya, sedangkan laki-laki hanya mengenakan kemeja putih polos dengan bawahan hitam? Mengapa harus dibedakan?

Padahal, ketika ospek, ketika awal-awal masuk kuliah, semua mahasiswa sama, semuanya menggunakan kemeja putih. Tapi kenapa ketika keluar kuliah, alias wisuda, perempuan harus menggunakan kebaya? Sedangkan laki-laki tetap kemeja putih? Kenapa itu terjadi?

Wisuda pakai kebaya itu ribet!

Mohon maaf sebelumnya, saya selaku cowok, mungkin nggak mengalami langsung betapa riwehnya mengenakan kebaya. Namun, setidaknya saya mendengar langsung dari pacar maupun teman-teman perempuan saya yang semuanya mengeluh mengenakan kebaya ketika wisuda. Mulai dari ribet, betapa sempit ukurannya, jalannya nggak bisa bebas, belum lagi ditambah sepatu high heels tinggi dan make up yang begitu tebal.

Semua itu tentu nggak mengenakkan. Kalau kata Nawal el Saadawi, “Aku sangat menentang makeup, sepatu hak tinggi, dan semua yang kita sebut kecantikan.” Mengapa Nawal mengatakan itu? Ya, kalau menurut Nawal, semua itu menyiksa perempuan, menyakiti perempuan, menyengsarakan perempuan hanya demi berpenampilan sebaik mungkin di ruang publik, khususnya kepada laki-laki.

Bukan hanya persoalan keriwehannya saja. Tapi juga, persoalan biaya yang dikeluarkan. Bayangkan saja, hanya untuk mempersiapkan sebuah prosesi wisuda saja, yang mungkin hanya beberapa jam saja itu, seorang perempuan bisa merogoh kocek yang cukup dalam. Ratusan ribu hingga jutaan rupiah lenyap dalam sekali pakai. Itu pun hanya untuk sewa kebaya beserta perlengkapan yang menyertainya dan make up, belum yang lain-lainnya.

Laki-laki cukup pakai kemeja, kok enak?

Sedangkan laki-laki yang melaksanakan wisuda itu bahkan hampir tidak mengeluarkan biaya apa pun untuk persiapan dirinya sendiri. Sebab, kemeja putih dan celana hitam sudah pasti punya sejak ospek. Meskipun beli, semuanya mentok ratusan ribu saja, nggak sampek jutaan. Dan, kebanyakan laki-laki nggak pernah dibebankan dengan make up sebagaimana perempuan.

Baca Juga:

Es Teh Manis, Hadiah Wisuda yang Lebih Menyelamatkan daripada Buket Bunga atau Mie Instan

Checklist Mahasiswa Semester Akhir: Siapkan Semua Berkas Ini kalau Mau Lulus

Lag-lagi, mengapa harus dibedakan? Mengapa tidak disamakan saja, kalo sama-sama kemeja putih ya monggo, sama-sama kemeja putih bawahan hitam layaknya ospek dahulu. Sama halnya dengan wisuda di kampus-kampus luar negeri yang mana para lulusannya mengenakan pakaian formal pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa ada unsur-unsur kebudayaan. Bahkan beberapa kampus luar negeri, lulusannya ada yang berpakaian casual ketika wisuda. Toh akan tertutupi oleh toga juga, jadi nggak perlu belibet.

Atau, opsi yang lain sama-sama bermodel kebudayaan, monggo juga dan nggak masalah, dan kita nggak harus berkiblat pada barat. Berarti laki-laki juga diharuskan mengenakan pakaian budaya, seperti surjan, blankon, atau apa pun itu yang mengangkat kebudayaan kita, yang tentu saja nggak harus jawa saja. Jadi, nggak hanya kemeja putih doang si wisudawannya.

Beberapa referensi yang saya baca, alasan mengapa perempuan harus mengenakan kebaya yakni karena untuk menjunjung, menghargai dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Begitu pun yang dilakukan oleh para wisudawati Indonesia, khususnya mereka yang memiliki popularitas, artis, atau pamor yang lebih, yang sedang kuliah di luar negeri. Mereka perempuan Indonesia juga mengenakan kebaya ketika wisuda, meskipun perempuan di luar negeri lainnya nggak mengenakan pakaian tradisional. Sangat nasionalisme sepertinya.

Namun, lagi-lagi pertanyaannya adalah mengapa hanya perempuan yang dibebankan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia itu? Padahal, sebagaimana yang saya sebut sebelumnya bahwa pakaian tradisional itu nggak hanya dikenakan oleh perempuan saja. Memangnya pakaian tradisional laki-laki juga nggak perlu dilestarikan?

Jawa, Jawa, Jawa!

Itu masih dalam ranah problematika gender, belum lagi persoalan etika budaya. Mengapa hanya kebaya yang dijadikan standar pakaian yang harus digunakan ketika wisuda? Kok sangat-sangat Jawasentris ya? Kan Indonesia itu nggak hanya Jawa aja kan ya? Mengapa nggak menggunakan pakaian tradisional dari daerah lain di Indonesia, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, bahkan Papua. Mereka punya pakaian tradisional mereka masing-masing. Mengapa harus kebaya?

Dan, anehnya lagi, berbagai problematika tentang penggunaan pakaian ketika wisuda ini, mulai ketidaksetaraan gender bahkan problem etika budaya ini, rasa-rasanya telah dinormalisasi begitu saja. Yaa, ibarat sesuatu yang biasa-biasa saja, nggak hanya dari birokrat dan pemangku kebijakan saja, bahkan wisudawan dan wisudawatinya yang katanya lulus kuliah itu juga merasa pasrah dan menjadikan sesuatu yang biasa, meskipun mereka berkeluh kesah.

Kalau kalian malas baca panjang-panjang argumen di atas, sepertinya saya kasih rangkuman dalam satu kalimat saja sebagai penutup, yang sekiranya bisa bikin kalian overthinking”

Kenapa, wanita diminta ribet waktu wisuda, tapi laki-laki diberi beban yang amat ringan?

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Perbedaan Wisuda di Jepang dan Indonesia

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 Mei 2023 oleh

Tags: Budayajawasentriskebayakemejawisuda
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Alasan Wisuda S2 Kalah Heboh dengan Wisuda S1, padahal Lulusnya Lebih Susah Mojok.co

Alasan Wisuda S2 Kalah Heboh Dibanding Wisuda S1, padahal Lulusnya Lebih Susah

9 Mei 2025
4 Profesi yang Lekat dengan Orang Madura

Madura, Sebaik-baiknya Tujuan Solo Traveling

18 Januari 2023
Wisuda UNS, Sebaik-baiknya Sistem Wisuda Perguruan Tinggi Mojok.co

Wisuda UNS, Sebaik-baiknya Sistem Wisuda Perguruan Tinggi

30 Oktober 2023
5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki terminal mojok

5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki

29 Agustus 2021
10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
pemuda suburban nongkrong di gang mojok

Melawan Stigma Negatif Pemuda Suburban Nongkrong doang Depan Gang

17 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.