Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengapa Nobita Selalu Dapat Nilai Nol: Sebuah Analisis Menggunakan Teori Peluang

Rezky Yayang Yakhamid oleh Rezky Yayang Yakhamid
16 April 2020
A A
Memperkirakan Uang Saku Nobita Selama Satu Bulan

Memperkirakan Uang Saku Nobita Selama Satu Bulan

Share on FacebookShare on Twitter

Ada bermacam teori konspirasi di sekitar anime satu ini. Salah satu yang paling kejam, konon tokoh Nobita diangkat dari kisah nyata seorang pasien skizofrenia dan Doraemon hanya imajinasi Nobita. Tapi di sini yang mau saya soroti adalah teori konspirasi yang menyatakan Nobita tidak benar-benar bodoh. Saya akan menganalisis teori konspirasi ini dengan menggunakan teori Peluang, salah satu mata kuliah statistika yang pernah saya pelajari dengan bobot 3 SKS.

Seperti yang kita tahu, dalam cerita-ceritanya Nobita adalah karakter yang digambarkan Fujiko Fujio sebagai siswa SD yang pemalas dan bodoh. Saking bodohnya, hampir di setiap ulangannya dia selalu memperoleh nilai nol. Ya, nol bulat, bukan hasil pembulatan ke bawah. Hal tersebutlah yang membawa dirinya selalu dimarahi ibunya atau kalau beruntung dimarahi Doraemon saja. Atas kebodohannya, ia selalu menjadi bulan-bulanan Gian dan Suneo.

Nilai nol Nobita menjadi kekhawatiran saya. Memangnya semudah itu ya mendapat nilai nol di sekolah? Analisis ini berangkat dari akun Instagram @ngobrolmatematika yang beberapa hari lalu mengeluarkan analisis singkat dan konspiratif bahwa Nobita sebenarnya pintar. Saya akan melengkapi analisis dengan berbagai asumsi kenapa Nobita sampai mendapat nilai nol.

Mengapa Nobita selalu dapat nilai nol, asumsi #1 Ulangan Nobita berbentuk soal esai dan/atau isian singkat

Dalam bentuk soal semacam ini, semua kemungkinan nilai terbuka dari nol sampai 100 atau nilai sempurna. Umumnya bentuk soal esai diletakkan pada ujian-ujian yang sifatnya hapalan atau mengetes kemampuan berpendapat, seperti agama atau kewarganegaraan. Selain itu soal model ini juga dipakai mengetes kemampuan menulis siswa pada ujian bahasa.

Pada bentuk soal esai, penilaian bersifat subjektif. Nilainya pun bisa jadi berbeda antarguru. Guru yang baik biasanya menghargai tulisan pada esai dengan memberikan upah tulis, ya tentunya jika siswa menulis. Pada kemungkinan ini kita bisa asumsikan guru Nobita baik, namun Nobita sengaja mengosongkan jawabannya. Bukan bodoh, dia hanya sedang merendah.

Kemungkinan lain adalah guru Nobita benar-benar guru yang kejam sehingga tidak memberikan nilai upah tulis sekalipun ada tulisan di kertas jawabannya. Sekeras apa pun dan sepanjang apa pun tulisan Nobita pada lembar esainya, tetap saja tidak akan membuahkan nilai. Saya rasa asumsi ini yang paling tepat. Walaupun Nobita pemalas, tapi tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti mengosongkan lembar esainya.

Mengapa Nobita selalu dapat nilai nol, asumsi #2 Bentuk soal pilihan ganda tetapi Nobita mengosongkan lembar jawaban

Dengan bentuk soal mana pun, jika Nobita merendah terus dengan cara mengosongkan lembar jawabannya maka nilainya akan tetap nol bulat. Tentu dengan disertai berbagai asumsi lain seperti sistem skor 1-0-0 atau 4-0-1, tidak ada bonus soal atau tidak ada poin tambahan. Walau saya rasa asumsi ini tidak masuk akal, Nobita tidak akan secara sengaja tidak berusaha sama sekali.

Mengapa Nobita selalu dapat nilai nol, asumsi #3 Bentuk soal pilihan ganda, sistem skor 4-0-1, dan Nobita menjawab acak

Dalam sistem ini, siswa yang menjawab—memilih opsi—benar akan diberi nilai 4, jika jawaban kosong (tidak memilih) maka diberi nilai 0, dan jika memilih opsi dengan salah akan diberi pengurangan nilai sebesar 1 poin. Maka dari itu biasanya di sistem seperti ini siswa cenderung tidak menjawab jika tidak tahu.

Baca Juga:

Kertas HVS dan Deret Geometri Tak Hingga

6 Aplikasi yang Bikin Mudah Ngerjain Soal Matematika

Soal pilihan ganda dengan sistem skor 4-0-1 memang jarang digunakan pada soal-soal ujian biasa setingkat SD bahkan hingga SMA. Biasanya sistem skor 4-0-1 diterapkan pada soal-soal olimpiade—OSN, OSK, dan semacamnya, atau soal seleksi masuk PTN—seperti perhitungan skor SBMPTN tahun 2017 ke belakang. Namun, kita akan tetap menggunakan asumsi sistem skor 4-0-1 dengan alasan sistem pendidikan di Jepang lebih maju dari Indonesia.

Asumsi ini bisa dijelaskan dengan teori peluang dan sedikit statistika. Pada umumnya di soal pilihan ganda terdapat 5 opsi jawaban: A, B, C, D, dan E. Akan ada 1 jawaban benar dan 4 jawaban salah. Maka peluang untuk menjawab benar adalah 1/5 = 0,2 sedangkan peluang untuk menjawab salah adalah 2/5 = 0,8.

Sekarang kita gunakan konsep nilai harapan (expected value). Asumsikan Nobita menjawabnya dengan acak karena semalaman berpetualang ke Negeri Awan. Jika menggunakan konsep frekuensi harapan, dari 50 soal yang dikerjakan Nobita dengan sistem skor 4-0-1, maka akan didapat nilai harapan Nobita sebagai berikut:

Nilai = (peluang benar x jumlah soal x nilai benar) + (peluang salah x jumlah soal x nilai salah)
Nilai = (0,2 x 50 x 4) + (0,8 x 50 x -1) = 40 + (-40) = 0

Saya sedikit mempercayai asumsi ini karena Nobita telah berusaha walaupun menjawabnya dengan acak. Namun, masih ada ganjalan besar di benak saya apakah mungkin siswa SD di Jepang sudah sangat canggih sehingga sudah diberi sistem skor seperti mahasiswa di Indonesia. Agaknya tidak terlalu lazim. Jadi bagaimana jika ternyata sistem skornya 1-0-0?

Mengapa Nobita selalu dapat nilai nol, asumsi #4 Bentuk soal pilihan ganda, sistem skor 1-0-0, dan Nobita tahu jawaban benarnya

Sistem skor pilihan ganda yang banyak dipakai saat ini adalah 1-0-0, di mana siswa hanya memperoleh poin ketika menjawab benar dan tidak memperoleh poin juga tidak mendapat pengurangan poin jika memilih opsi yang salah atau mengosongi opsi jawaban. Sistem ini dipakai di segala lini ujian formal yang mengukur kemampuan, seperti ulangan harian, ujian tengah dan akhir semester, Ujian Sekolah (US), sampai Ujian Nasional a.k.a. UN yang saat ini sudah dihapuskan.

Sama seperti sebelumnya, kita berasumsi terlebih dahulu bahwa Nobita tidak belajar dan menjawab acak. Soal terdiri dari 5 opsi jawaban dengan 1 jawaban benar dan 4 jawaban salah. Maka peluang menjawab benar untuk satu soal adalah 0,2 sedangkan peluang menjawab salah untuk satu soal adalah 0,8.

Pertama, kita mencoba memakai pendekatan nilai harapan (expected value). Misal jumlah soal yang dikerjakan adalah 50 soal dan Nobita mengerjakan semuanya secara acak. Maka harapan nilainya adalah sebagai berikut:

Nilai = (peluang benar x jumlah soal x nilai benar) + (peluang salah x jumlah soal x nilai salah)
Nilai = (0,2 x 50 x 1) + (0,8 x 50 x 0) = 10 + 0 = 10 dari 50 poin = 20 dari 100 poin

Kedua, kita mencoba menghitung dengan memakai pendekatan peluang kejadian bersyarat. Rumus umumnya adalah

P(A ∩ B) = P(A) x P(B|A)

Maksudnya peluang A dan B adalah peluang terjadinya A dikalikan dengan peluang terjadinya B dengan syarat A terjadi. Kita berasumsi soal-soal tersebut saling bebas (mutually exclusive), artinya soal nomor 2 tidak berkaitan dengan apa yang dilakukan pada soal nomor 1 dan seterusnya. Maka perhitungannya adalah:

P(Ai) = peluang salah menjawab soal ke i
P(A1 ∩ A2 ∩ … ∩ A50) = 0,8 x 0,8 x …. x 0,8 = (0,8)^50 = 1,4272 x 10^(-5) = 0,0014272%

Lihat, sedikit sekali kan peluang menjawab salah semua? Lantas bagaimana peluang orang-orang yang mendapat poin sempurna seratus ketika menjawabnya dengan acak? Apakah kita bisa mendapat nilai 100 dengan keberuntungan semata? Kita lihat perhitungannya:

P(Bi) = peluang benar menjawab soal ke i
P(B1 ∩ B2 ∩ … ∩ B50) = 0,2 x 0,2 x …. x 0,2 = (0,2)^50 = 1,1258 x 10^(-35)

Wow, bayangkan, 35 nol di belakang koma. Susah pakai banget. Untuk mendapat nilai 100 kamu tidak dapat dengan asal menebak saja kecuali jika kamu ditakdirkan memiliki indra keenam yang baik. Jika dibuat tabel distribusi peluang binomial dengan

P(X=x) = nCx . p^x . (1-p)^(n-x)

akan menjadi sebagai berikut:

Mengapa Nobita Selalu Dapat Nilai Nol: Sebuah Analisis Menggunakan Teori Peluang mojok.co author rezky yayang yakhamid 01

Berdasarkan aksioma probabilitas, nilai-nilai peluang diskrit jika ditambahkan semua akan bernilai 1 alias sebuah kepastian. Nilai-nilai peluang binomial tersebut jika dihitung semua dan dijumlahkan dari P(X=0) hingga P(X=50), akan bernilai 1.

Saya membuat dalam diagram garis agar terlihat jelas bentuk distribusinya–seharusnya dibuat dalam diagram batang. Berikut adalah diagramnya:

Mengapa Nobita Selalu Dapat Nilai Nol: Sebuah Analisis Menggunakan Teori Peluang mojok.co author rezky yayang yakhamid 02

Maka terungkaplah, Nobita tidak mungkin mendapat nol bila ia menjawab soal dengan acak. Kemungkinan satu-satunya untuk bisa dapat nol bulat adalah: Nobita sendiri mengetahui salah satu dari keempat jawaban salahnya dan ia sengaja memilih opsi yang salah tersebut. Atau mungkin yang lebih tragis, Nobita sudah tahu semua jawaban benarnya dan di setiap soal yang ia lalui, ia selalu menghindari jawaban benar tersebut agar salah.

Namun, setelah tabel distribusi peluang di atas didapatkan, ada pelajaran yang dapat kita ambil, yakni ketika menjawab soal secara acak, untuk mendapat nilai nol saja peluangnya kecil, apalagi mendapat nilai seratus.

Saya jadi pusing.

Featured image: doraemon.fandom.com

BACA JUGA Analisis Statistik Tingkat Keambyaran Lagu-lagu Didi Kempot dan tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 November 2020 oleh

Tags: terminal matematika
Rezky Yayang Yakhamid

Rezky Yayang Yakhamid

Tukang ngolah data, juga suka bermatematika.

ArtikelTerkait

Analisis Statistik Tingkat Keambyaran dalam Lagu-lagu Didi Kempot

Analisis Statistik Tingkat Keambyaran Lagu-lagu Didi Kempot

15 April 2020
main uno

Menghitung Peluang Dapat Kartu Paling Sial dan Paling Beruntung Saat Main UNO

25 April 2020
soal matematika un 2019 kunci jawaban pembahasan password zaki safira arkan permutasi teori peluang mojok

Membedah Soal ‘Password Zaki dan Safira’, Kasus Matematika Fenomenal di UN 2019

5 Mei 2020
ambyar

Bukan di Jawa, Ternyata Ini Loh Provinsi Paling Ambyar Se-Indonesia

28 Oktober 2019
Gagal Matematika, Bermula dari Makan Gorengan Tiga Ngakunya Dua soal matematika un 2019 simak ui 2010 deret ukur deret hitung pembahasan kunci jawaban mojok

6 Aplikasi yang Bikin Mudah Ngerjain Soal Matematika

10 Mei 2020
Gagal Matematika, Bermula dari Makan Gorengan Tiga Ngakunya Dua soal matematika un 2019 simak ui 2010 deret ukur deret hitung pembahasan kunci jawaban mojok

Cara Menghitung Jumlah Bakteri, Soal Matematika yang Sering Keluar dalam Ujian

7 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.