Mengambil Sisi Positif Saat Menjalani Long Distance Marriage. Nggak Selamanya Menderita, kok

Mengambil Sisi Positif Saat Menjalani Long Distance Marriage. Nggak Selamanya Menderita, kok terminal mojok

Setiap pasangan yang sudah memutuskan untuk menikah pasti ingin selalu bersama dengan pasangannya setiap hari dan tinggal satu atap. Akan tetapi, yang namanya sudah berkeluarga pasti ada saja ceritanya, apakah itu suka maupun duka. Sebelum dua insan bersatu dalam indahnya mahligai pernikahan, alangkah lebih baiknya tahu bagaimana sifat pasangan, latar belakang keluarga masing-masing, dan lain-lain. Kalau istilah Jawanya harus tahu bibit, bobot, dan bebetnya.

Salah satu syarat agar suatu pernikahan berjalan dengan baik adalah kesiapan mental. Siap mental jika dalam kenyataannya pasangan atau suami kita kerja di tempat yang jauh, baik di luar kota atau bahkan di luar negeri. Pulangnya ada yang seminggu sekali, sebulan sekali, bahkan ada yang bertahun-tahun baru bisa pulang. Kepinginnya, sih, bisa menatap wajah pasangan dan merajut cinta setiap hari. Namun apa daya, jauhnya jarak menjadi dinding pemisah dua insan yang sedang kasmaran. Istilah kerennya biasa disebut dengan Long Distance Marriage atau LDM.

Tapi, apakah menjalani LDM itu isinya hanya sedih-sedih atau penderitaan karena tinggal jauh dari pasangan? Kenyataannya, nggak selamanya loh pernikahan dengan LDM ini selalu dihiasi dengan tangis sedih doang. Berikut ini akan saya jabarkan sisi positif yang bisa diambil ketika menjalani Long Distance Marriage.

#1 Komunikasi masih hangat seperti waktu pacaran

Hal pertama yang bisa diambil ketika menjalani Long Distance Marriage adalah komunikasi yang nggak berubah dari sebelum menikah dengan setelah menikah. Bagi pasangan yang nggak menjalani Long Distance Marriage, komunikasi lewat HP ataupun media sosial pasti mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia pernikahan. Kenapa bisa begitu? Karena setiap hari pasti bertemu dan ngobrol dengan pasangan. Entah di pagi hari, siang hari, atau malam hari.

Jelas berbeda cerita dong ya dengan pasangan yang menjalani LDM. Setiap pagi ditelepon untuk bangun pagi dan sarapan. Siangnya diingatkan untuk jangan lupa istirahat dan makan siang. Malamnya lebih intens lagi untuk saling menghubungi. Video call pun nggak pernah absen. Rasanya nggak ada perbedaan dengan waktu masih dekat atau masih pacaran. Ada manis-manisnya gitu.

#2 Ada waktu untuk me time

Dibalik cerita sedih akibat jauh dari pasangan, sisi positif yang bisa diambil adalah adanya waktu untuk mencintai diri sendiri atau me time. Melakukan hobi-hobi yang bisa membuat mood jadi baik sangat penting dilakukan agar pikiran tetap waras. Nggak perlu jauh-jauh pergi keluar rumah, kok. Nonton acara TV favorit atau sekadar nonton video-video lucu bisa membantu bikin suasana hati jadi gembira.

#3 Lebih mesra ketika berjumpa

Sisi positif yang bisa diambil selanjutnya saat menjalani Long Distance Marriage adalah perasaan yang excited ketika berjumpa dengan pasangan. Ada rasa deg-degan saat tiba-tiba pasangan mengetuk pintu rumah. Perjumpaan yang ditunggu-tunggu menjadi momen untuk saling bermesraan dengan pasangan. Rasanya seperti pengantin baru setiap kali berjumpa. Uwuw~

#4 Punya waktu untuk berkunjung ke orang tua

Ketika sudah menikah, waktu kita seluruhnya diberikan kepada keluarga kecil yang baru saja dibangun. Kadang kala, karena terlalu sibuk mengurus keperluan rumah tangga, waktu untuk menengok orang tua hampir nggak ada. Saat menjalani Long Distance Marriage, waktu yang digunakan untuk mengurus rumah tangga terasa lebih longgar. Banyak waktu senggang yang tersisa dan bisa kita manfaatkan untuk berkunjung ke rumah orang tua. Tapi, harus izin suami dulu, ya. Berbakti kepada orang tua itu nggak ada habisnya, namun tetap prioritas utama adalah keluarga. Apalagi bagi seorang istri. Izin suami adalah izin Tuhan.

#5 Bisa menjadi sosok yang mandiri

Memang, sih, yang namanya pasangan itu butuh kerja sama dalam berbagai hal. Salah satunya dalam hal mengurus kebutuhan rumah tangga. Misalnya mencuci, memasak, mengepel, membersihkan genteng yang bocor, dll. Nah, untuk yang menjalani Long Distance Marriage, keadaan apa pun harus bisa diatasi sendiri. Misalnya saja nih saat kita sedang memasak, eh, tiba-tiba gasnya habis. Yang tadinya nggak bisa pasang gas sendiri dan selalu mengandalkan suami untuk melakukannya, dengan terpaksa harus belajar pasang gas. Pada akhirnya, Long Distance Marriage bisa membuat seseorang menjadi sosok yang mandiri daripada sebelumnya tanpa harus bergantung dengan orang lain.

Nah, itulah sisi-sisi positif yang bisa diambil ketika menjalani Long Distance Marriage atau LDM. Bagaimanapun, nggak ada yang mau jika harus hidup berjauhan dengan pasangan. Sikap saling percaya dan komunikasi yang baik menjadi faktor yang penting untuk menghindari konflik dalam rumah tangga. Jadi, untuk pejuang LDM, tetap berpikiran positif, ya. Semangat!

BACA JUGA LDR Itu Nggak Menyenangkan dan Stop Romantisisasi Hal Tersebut dan tulisan Istiqomah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version