Masa sekolah merupakan masa yang sangat menyenangkan. Ada banyak memori—baik yang indah maupun yang ingin dilupakan—yang terkenang begitu dalam dan hingga kini masih menempel di ingatan saya. Salah satunya adalah momen di mana saya dan teman-teman bercanda dengan begitu lepasnya sampai-sampai nama bapak masing-masing pun dijadikan bahan lelucon.
Ya, saya yakin sebagian besar dari kalian pasti pernah melakukan hal tersebut. Saking eratnya persahabatan yang dijalani, kalian tak lagi sungkan untuk saling menghina nama bapak. Semuanya menjadi jokes tersendiri yang teramat menggoda untuk ditertawakan.
Namun terkadang, di masa-masa ketika saya sedang ngelamun dan bingung mesti ngapain, saya sering kali bertanya-tanya dalam hati, Apa, sih, alasan anak sekolah sering saling menghina nama bapak (selain sebagai lelucon)? Kenapa nggak nama ibu, nama kakek, nama nenek, dan sebagainya? Emang nggak ada bahan lain yang bisa dijadikan hinaan? Maka dari itu, melalui tulisan ini, saya akan berusaha menerka alasan di balik itu semua.
Jadi, menurut saya, alasan pertama mengapa nama bapak yang dipilih sebagai bahan ceng-cengan adalah karena nama bapak selalu muncul paling pertama di rapor siswa.
Ketika sekolah, atau tepatnya ketika waktu akhir semester dan rapor dibagikan oleh wali kelas, hal pertama yang sering dilihat selain nilai adalah nama orang tua. Bagi saya, faktor inilah yang menjadi penyebab pertama mengapa nama ayah lebih sering dijadikan olokan dibandingkan nama yang lain. Lebih familier aja, gitu.
Kemudian, alasan kedua adalah karena adanya kesamaan gender. Bentar, saya jelasin dulu.
Lebih nyaman aja gitu