Menelusuri Paket Nasi Dada Ayam Paling Enak di Jogja

Menelusuri Paket Nasi Dada Ayam Paling Enak di Jogja olive chicken popye chicken crush Jogchick terminal mojok.co

Menelusuri Paket Nasi Dada Ayam Paling Enak di Jogja olive chicken popye chicken crush Jogchick terminal mojok.co

Saya baru baca tulisan Mas Valian Aulia Pradana yang membahas lima fried chicken paling enak di Tembalang, Semarang. Sebagai orang yang sudah lama tinggal di Jogja, saya juga tertarik membahas hal yang sama dengan sentuhan yang lebih spesifik. Berikut akan saya ulas menu nasi dada ayam di waralaba yang paling umum ditemui dan ramah kantong untuk mahasiswa Jogja. Paket nasi dada ayam saya pilih karena value makanan ini paling oke, daging ayamnya banyak, dan porsinya bikin kenyang. 

#1 Yogya Chicken

Kesan pertama ketika makan di sini: biasa banget. Yogya Chicken, yang selanjutnya disebut Jogchick (biar ala pembahasan AD/ART organisasi), adalah tempat makan kesukaan saya ketika kuliah. Alasan simpelnya adalah karena jarak gerainya dekat dari kampus, jalan kaki nggak sampai lima menit. Yang saya rasa unggul di sini cuma kriuk kulit ayamnya, benar-benar renyah banget. Di luar itu, seperti nasi, daging, saus, dan tehnya, biasa-biasa saja. Bahkan nasinya cenderung hambar dan butuh tenaga ekstra untuk menelannya.

Bagi mahasiswa baru yang merantau ke Jogja dan ingin membandingkan rasa fried chicken dari berbagai waralaba, saya sarankan untuk pilih Jogchick sebagai benchmark. Pro tips: kalau mau dibungkus, jangan lupa ngingetin kasirnya tentang teh yang dipesan, mereka suka pura-pura pikun nggak masukin teh ke plastik bungkusan, padahal sudah sepaket. Harga paket dada ayam di Yogya Chicken adalah Rp12.000.

#2 Rocket Chicken

Rocket Chicken bisa dibilang pionir waralaba fried chicken lainnya yang kini berkembang subur di tengah tingginya minat warga akan asupan ayam goreng tepung krispi. Outlet mitra sudah menjamur di mana-mana, bahkan teman saya di Kaltim bilang, dia pernah lihat outlet Rocket Chicken di sana. Ajib!

Saya nggak akan memuji suatu produk yang nggak saya cobain sendiri, bagi saya Rocket Chicken memang “pantas” banyak yang suka. Nasinya enak (walaupun kadang bikin kesal soalnya suka nyempil pecahan batu kerikil-kerikil laknat), daging ayam besar, dan terdapat variasi minuman selain teh, yaitu lemon tea dan milo. Namun, harus diakui, tepung kulit ayam di sini tipis jadi nggak ada krenyes-krenyesnya babar pisan. Harganya juga di atas Jogchick, yakni Rp13.500 untuk paket nasi dada ayam.

#3 Chicken Crush

Saya nggak ngerti deh Mas Valian ini terakhir ke Jogja kapan, soalnya saya nggak pernah nemu outlet Sabana sama sekali selama tinggal di Jogja, yang ada ya Chicken Crush. Waralaba ini agak beda dari yang lain, sebab menu minumannya (teh) boleh refill sepuasnya saat pesan paket nasi dada ayam. Nasinya biasa saja, nggak berkesan, porsinya juga standar. Kulit ayamnya sama seperti Rocket Chicken, tipis. Tapi untuk urusan rasa, waralaba ini unggul dari yang lain.

Bau dagingnya sedap, bumbunya terasa sekali di setiap inci daging. Sausnya pas, nggak kebanyakan micin. Harganya paket nasi dada ayam Rp14.000 per porsi. Sudah bisa ditebak, harga segini pasarnya ke kalangan apa. Biasanya yang datang ke sini minimal mbak-mbak Scoopy atau Vespa matic, kalau nggak ya Honda Brio. Bagi yang merasa kuliah di PTN, sadar diri aja, di sini memang tempatnya anak-anak swasta. Paling juga kasirnya udah ngeh duluan kalau muka Anda-anda sekalian dateng cuma di awal bulan. Jhaaa~

#4 Popeye Chicken Express

Makan nasi dada ayam di Popeye itu seperti makan kue tart yang isinya 90% krim alias enek. Itu adalah kesan yang muncul di otak saya ketika menjajal hidangannya. Nasinya relatif lebih sedikit dibanding merek lain, ayamnya kelihatan gede, tapi aslinya kebanyakan tepung. Memang renyah sih, tapi kan orang tentu pesan paket nasi dada ayam buat makan dagingnya. Kecuali Popeye buka menu baru spesial: kulit ayam krispi, baru tuh make sense.

Pun di balik kerenyahan itu, rasanya nggak oke-oke banget. Saya ngerasa tepungnya kayak nggak ada beda sama KFC (Kaliurang Fried Chicken) alias ayam goreng tepung yang biasa dijual mamang-mamang gerobak pinggir jalan. Sudah begitu, sausnya nyegrak banget, kayak rokok putih Marlboro. Saya sarankan sehabis makan di Popeye, langsung banyakin sayur dan buah-buahan untuk menetralisir perut, biar pencernaan Anda nggak kaget. Harga paket nasi dada ayam di sini Rp12.000.

#5 Olive Fried Chicken

Tentu mustahil saya melupakan waralaba ini. Nggak sedikit orang yang mengaitkan Olive dengan Popeye sebagai merek dari grup perusahaan yang sama, tapi rupanya nggak lho. Bahkan sampai dibikinin pernyataan di tembok outlet mereka bahwa Olive nggak ada hubungannya dengan merek ayam goreng lainnya. Netizen be like, “Lagian siapa suruh bikin nama kok sama-sama nyaplok tokoh serial kartun yang sama? Xixixi~”

Olive adalah primadona. Awalnya saya pikir porsi nasinya cukup buat saya, tapi begitu pesan di kasir, mbaknya malah balik tanya untuk sekadar memastikan, “Nasinya satu atau dua?” Dari situ saya mengamini pendapat Mas Valian: bagi orang lain, mungkin porsi nasi di sini dirasa sedikit. Tapi, soal rasa jangan ditanya, bener-bener kayak mau meninggal!

Kulit ayamnya renyah dan nggak kebanyakan tepung. Dagingnya juga gurih dengan bumbunya yang bikin nagih. Tehnya hmmm, rasanya anjing yahud banget! Saking anehnya sensasi makanan Olive, emak salah satu teman kuliah saya dari Medan sekali-sekalinya main ke Jogja dan diajakin ke Olive sampai bingung, “Ini dapet untungnya dari mana, ya? Ayamnya enak, tehnya juga enak, harganya Rp12 ribu….”

Itulah ulasan saya mengenai menu paket nasi dada ayam di lima franchise fried chicken di Jogja. Saya sepakat selera orang berbeda-beda, saya cuma memberikan penilaian subjektif dan apa adanya dari yang saya alami. Tapi, jika Anda memaksa, saya akan merekomendasikan Olive sebagai pilihan tepat untuk mahasiswa. Kalau Anda ingin sedikit hedon sekaligus cuci mata, Chicken Crush-lah yang bisa menjadi alternatif.

Yang jelas, jika Anda masih mengeluh tentang UMR Jogja yang nggak manusiawi itu, ada baiknya Anda belanja ke pasar saja dan menggoreng ayam goreng tepung sendiri sambil merenungi nasib yang nggak kunjung diperhatiin sama Ddoro Kanjeng Sultan. Bener, nggak? Eh, kok tukang gorengan depan kos nggak pergi-pergi, ya?

BACA JUGA ‘Nggak Enakan’ Orang Indonesia sepertinya Perlu Dikasih Batas dan artikel Muhammad Reza Ananta Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version