Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mencari Satyameva Jayate yang Hilang di Perguruan Tinggi

Askar Nur oleh Askar Nur
29 Desember 2019
A A
Mencari Satyameva Jayate yang Hilang di Perguruan Tinggi
Share on FacebookShare on Twitter

Melihat fenomena yang terjadi di arena belajar selama beberapa tahun ini, mengingatkan saya pada sebuah film India, “Satyameva Jayate (2018)”. Film yang mengisahkan perjalanan seorang polisi India yang jujur dan mempunyai dua anak laki-laki. Semasa hidupnya mengabdi pada negaranya dan tidak pernah melakukan hal yang bertentangan dengan kebenaran.

Suatu hari ia harus menelan pil pahit, ia dituduh dan difitnah menerima suap dengan bukti yang ditemukan di rumahnya, sejumlah uang dalam koper dan obat-obat terlarang. Ia sangat hancur dengan tuduhan tersebut hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara membakar diri di hadapan tiang bendera negaranya (India) yang ada di halaman depan rumahnya. Peristiwa tersebut disaksikan oleh banyak orang tanpa terkecuali kedua putranya. Haru dan tangisan menyelimuti keduanya yang tak kuasa melihat tubuh ayahnya dilalap kobaran api.

Singkat cerita, kedua anak laki-laki tersebut tumbuh dewasa. Si sulung mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang polisi yang memiliki kesamaan ciri dengan ayahnya yakni jujur dalam mengemban amanah. Sementara si bungsu lebih memilih untuk membuktikan ketidakadilan yang pernah diterima ayahnya tapi nyatanya hal demikian bertentangan dengan profesi kakaknya sebagai seorang polisi.

Satyameva Jayate yang memiliki arti “Hanya Kebenaran yang Berjaya” adalah sebuah mantra dari naskah India kuno yang setelah kemerdekaan India, perkataan tersebut diadopsi sebagai semboyan nasional India. Satyameva Jayate menjadi doktrin yang ditanamkan sang ayah kepada dua anak laki-lakinya.

Veer (Si Bungsu) dalam petualangannya untuk membuktikan bahwa almarhum sang ayah tidak bersalah bermula dengan menjadikan semboyan tersebut sebagai landasan menuntaskan misinya sekaligus mencaritahu pelaku di balik fitnah yang ditujukan pada ayahnya. Ia mencaritahu nama-nama polisi yang berawalan “S” yang terbukti melakukan tindakan korup dan membakarnya seperti yang dialami sang ayah, setelah itu nama-nama polisi yang berawalan “A” dan seterusnya hingga membentuk “Satyameva Jayate”.

Di penghujung penuntasan misinya, Veer menemukan pelaku yang dulunya memfitnah ayahnya yakni teman dekat ayahnya sendiri. Sebelum menuntaskan misinya seperti sebelumnya, ia harus berhadapan dengan sebuah pilihan antara membuktikan ketidakadilan yang diterima oleh sang ayah dan membakar pelakunya atau mendengar apa yang dikatakan sang kakak agar tidak melanjutkan aksinya serta sang kekasih yang ternyata anak dari orang yang memfitnah ayahnya.

“Kebenaran tidak menang di sini, kekuatanlah yang menang.” Suara tersebut dilontarkan oleh ayah dari kekasihnya. Memecah pilihan yang dihadapi Veer. “… dan kekuatan datang kepada mereka yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sistem ini.” Lanjutnya.

Terhadap apa yang saya katakan sebelumnya, kutipan dialog dalam film di atas membawa saya larut dalam bayangan tentang kemiripan kondisi di ruang pendidikan tinggi. Prinsip otoritas dalam pengambilan keputusan terhadap sebuah kebijakan merupakan panorama keseharian di beberapa institusi (kalau tidak mau menyebut semuanya).

Baca Juga:

8 Hal Klise yang Sering Muncul di Film Bollywood

4 Rekomendasi Film Bollywood Underrated yang Nggak Ada Salahnya Ditonton

Sekalipun institusi pendidikan, pimpinan tertinggi acapkali mengeluarkan sebuah kebijakan dan kontradiksi dengan teori asas tujuan hukum, yakni asas kepastian, keadilan dan kemanfaatan. Sebagai contoh, pelarangan aktivitas malam di beberapa kampus di Makassar yang semuanya memiliki kesamaan aspek historis yakni alasan adanya oknum yang ditemukan menjadikan kampus pada malam hari tidak sebagaimana mestinya, seperti berduaan dengan lawan jenis, konsumsi alkohol dan lain sebagainya.

Kendati demikian, tindakan tersebut harus ditindaklanjuti tapi bukan dengan cara menggeneralisir ke seluruh mahasiswa, melainkan hanya kepada mahasiswa yang bersangkutan. Jikalau mengeluarkan kebijakan dikarenakan pimpinan takut akan perbuatan buruk mahasiswa, maka kebijakan yang sepatutnya dikeluarkan adalah kebijakan meningkatkan keamanan dan komisi disiplin (komdis) untuk memproses lebih lanjut mahasiswa yang melanggar. Bukan kebijakan pelarangan aktivitas malam di kampus.

Melirik kebijakan pelarangan aktivitas malam dari segi asas tujuan hukum. Asas kemanfaatan tidak terealisasikan dengan baik dengan pertimbangan bahwa kebijakan tersebut jauh dari kepentingan mahasiswa dan terkesan hanya berpihak kepada pembuat kebijakan. Asas keadilan, bagi Ali bin Abi Thalib, memberikan sesuai porsinya (proporsional) sementara kebijakan tersebut di luar daripada prinsip keadilan karena terdapat hambatan bagi mahasiswa untuk beraktivitas padahal itu merupakan hak dari mahasiswa pasca menuntaskan kewajibannya.

Sementara azas kepastian yakni mengutamakan landasan ketentuan perundang-undangan yang meliputi kemanfaatan dan keadilan. Jika asas kemanfaatan dan keadilan tidak terpenuhi dalam pembuatan kebijakan maka dapat dipastikan bahwa asas kepastian pun tidak terpenuhi (gugur).

Sebuah kebijakan atau aturan yang tidak memenuhi asas tujuan hukum akan mengalami kontradiksi dan penerapannya bernilai timpang. Padahal, tujuan dari hadirnya sebuah kebijakan adalah untuk menciptakan keadilan dan terhindar dari ketimpangan bukan justru sebaliknya.

Ketika kebijakan atau aturan dikeluarkan dan tidak sesuai dengan mekanisme hukum yang dianut maka hanya kekacauan yang dihasilkan dan secara otomatis nilai-nilai hukum tidak mengandung konsep “Satyameva Jayate” melainkan unsur kekuatanlah di atas segalanya. Kebenaran akan takluk di hadapan kekuatan, kebenaran tidak mampu mempengaruhi sebuah sistem melainkan hanya kekuatan.

BACA JUGA Memangnya Kenapa Kalau Saya Suka Menonton Film India? atau tulisan Askar Nur lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Maret 2022 oleh

Tags: film indiaSatyameva Jayate
Askar Nur

Askar Nur

Mahasiswa Magister Antropologi, Universitas Hasanuddin

ArtikelTerkait

4 Film India Jadul yang Wajib Ditonton Mahfud MD selain 'Dilwale' terminal mojok.co

Film India Jadul yang Wajib Ditonton Mahfud MD selain ‘Dilwale’

17 Juli 2021
Mimi: Film India tentang Keputusan Calon Bintang untuk Jadi Ibu Pengganti terminal mojok.co

Mimi: Film India tentang Keputusan Calon Bintang untuk Jadi Ibu Pengganti

8 Agustus 2021
Mempertanyakan Polisi di Film India yang Hobi Telat Saat Tangkap Penjahat

Mempertanyakan Polisi di Film India yang Hobi Telat Saat Tangkap Penjahat

19 Maret 2020
super 30

“Super 30” Film India Soal Pendidikan yang Nggak Kalah Menarik dari “3 Idiots”

4 April 2020
4 Rekomendasi Film Bollywood Underrated yang Nggak Ada Salahnya Ditonton Terminal Mojok.co

4 Rekomendasi Film Bollywood Underrated yang Nggak Ada Salahnya Ditonton

14 April 2022
Jangan-jangan Negara yang Sering Disindir Film India Itu Indonesia? terminal mojok.co

Jangan-jangan Negara yang Sering Disindir Film India Itu Indonesia?

25 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.