Plagiasi tak pernah mati. Ia selalu menemukan tanah-tanah basah untuk ditanami. Stop! Ini bukan mau nulis puwisie tauk. Cuman awalan saja, biar agak greget.
Kali ini, korban plagiasi menimpa Mas Agus Mulyadi biasa dipanggil Gus Mul beberapa waktu yang lalu. Penjaga warnet yang naik tahta jadi Pemimpin Redaksi (Pemred) Mojok. Mujur bener tuh nasibnya.
Yah walaupun bukan tentang bukunya yang berjudul Rambat Yang Selingkuh Dengan Penjaga Stan Bazar Buku. Tapi tulisan di blog dan sekedar status Facebook-nya saudara. Duh. Kenapa nggak tulisannya Mas Puthut sekalian sih? Kan jelas penulisnya.
Apapun itu, sebagai penggemar garis keras Gus Mul. Kasus ini perlu kita bahas. Membuat saya caper pengen ikutan berpendapat walaupun tidak ada yang meminta. Ckckck.
Meski kata plagiat nggak asing ditelinga. Tapi kita perlu menyamakan makna supaya tidak salah kaprah dan akhrinya cuma debat kusir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online berikut pengertian plagiat.
plagiat/pla·gi·at/ n pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan
plagiator/pla·gi·a·tor/ n orang yang mengambil karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri; penjiplak
Bicara soal plagiat status Facebook. Dulu saya rajin sekali mengunggah puwisie saya di fitur notes yang ada di Facebook. Jadi jangan heran kalo di awal tulisan agak mendayu-dayu. Bangke bener yah.
Nah, suatu hari ada ada salah seorang teman saya yang bertanya—sebut saja Nurman, bagaimana jika tulisan saya tersebut dicolong orang.
Saya jawab “Ya silakan ambil saja kalau mau, saya toh tinggal nulis lagi yang baru”
Yakin nggak sedih kalau karyanya diakui sebagai karya orang lain? Nggak munafik lah ya, rasa sedih pastinya ada. Wong saya kalau nulis puwisie itu biasanya nunggu patah hati dulu, kok situ mau enaknya doang. Terbukti! Patah hati bisa menginspirasi.
Menurut saya, para plagiator itu sesungguhnya perlu kita kasihani. Mereka mengambil karya orang lain karena merasa tidak percaya diri dan tidak mampu menghasilkan karya sendiri. Kasihan juga lho, setiap kali mau caper dan butuh pujian, mereka harus menunggu karya orang lain dulu untuk disalin. Sedangkan jika kita bisa berkarya sendiri, kita bisa menulis kapan saja dan dimana saja, tidak perlu menunggu orang lain berkarya.
Betul bahwa sebuah karya itu seharusnya bisa dihargai dengan tidak disalin sembarangan, karena mau seperti apapun hasilnya, ada proses untuk menghasilkannya. Bagaimana dengan plagiat? Hayo jelas, aksi plagiat dengan alasan apapun jelas tidak bisa dibenarkan.
Tapi kalau sudah terlanjur terjadi, ya sudahlah, ikhlaskan saja. Daripada kita marah-marah nggak jelas mending bikin lagi karya baru yang bisa dipublikasikan tanpa mengesampingkan unsur proteksi supaya tidak lagi jadi korban para plagiator yang bergentayangan. Toh, tidak ada juga karya yang benar-benar baru, semuanya hanya kutipan, pencampuran dan pengulangan dari apa yang pernah kita baca sebelumnya.
Nah jika kamu suka menulis di blog pribadi. Saran saya pasangi fitur agar tulisan tidak bisa disalin, yang supaya lebih aman. Buat jaga-jaga saja. Ini bukan perkara pelit loh yah. Bukan bermaksud tidak mau berbagi. Bukan. Tapi salah-salah takutnya malah kita yang nulis justru dianggap melakukan aksi plagiat. Hayo, jadi ribetkan.
Lagian ini kan cuman status facebook. Mbok sampeyan nulis sendiri tah mas-mas. Yang Anda pikirkan dan rasakan tentu kan berbeda dengan Gus Mul. Kecuali sampeyan sekalian plagiat statusnya Mbak Kalis Mardiasih. Biar sekalian tulisannya jadian. Dan berencana meniqaa.
Maksud saya begini, untuk para plagiator diluar sana. Mbok ya sedikit saja dikurangi kemalasannya. Kamu boleh malas mandi. Tapi bukan malas menulis dengan idenya sendiri. Mbok yah dibiasakan original. Daripada cuma Ctrl+C kemudian Ctrl+V yang kalau ketahuan bakalan panen hujatan.
Mending baca karya orang itu dipahami dengan pemahamanmu sendiri, kalau sepakat ya ketiklah ulang dengan bahasa yang lebih kamu banget. Memang sih, lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran memang. Setidaknya itu perspektif kita sendiri.
Lagian apa sih manfaatnya plagiasi status orang mas? Apa jangan-jangan kamu mantannya Mbak Kalis yang punya misi ngajak balikan. Wah, uasuook~