• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
ADVERTISEMENT
Home Gaya Hidup Kuliner

Mempertanyakan Konsep Cepat Saji di HokBen Sumatera Barat

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
20 Desember 2022
A A
Mempertanyakan Konsep Cepat Saji di HokBen Sumatera Barat

Ilustrasi ayam yakiniku (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai perantauan Ibu Kota, kehadiran restoran HokBen di kota Padang beberapa bulan lalu tentu saja saya sambut dengan gairah yang berkobar-kobar. Saya merasa, inilah saatnya lidah saya intermezzo dari kepungan santan dan cabai selama bertahun-tahun tinggal di Sumatera Barat. Meskipun, untuk mengecap kenikmatan HokBen tersebut saya harus menempuh perjalanan darat sekitar 3 jam dari kota tempat tinggal saya, Bukittinggi. Biar saja. Kenangan yang begitu lekat akan rasa gurih yakiniku, manis sedapnya teriyaki, atau kenyalnya tori no teba sebagai sayap ayam paling juara sejagat, seakan mendominasi benak saya untuk mendatanginya tanpa pikir panjang. Nggak peduli dengan jarak dan waktu yang harus saya tempuh, serta nggak mikir harganya yang bagi saya juga nggak murah. Pokoke kudu ke HokBen.

Dan ketika HokBen ternyata merambah kota saya di awal bulan ini, bagaimana saya nggak mau pingsan? Astaga… restoran jepang-jepangan ini sampai Bukittinggi juga. Di sinilah kemudian saya merasa perlu mengeluarkan unek-unek saya ketika menyambangi restoran favorit ini; keresahan terkait konsep, yang sebenarnya sudah membuat saya bertanya-tanya juga ketika mengunjungi outletnya di Padang. Apakah restoran ini masih berkonsep cepat saji?

Saya mengenal HokBen ketika masih berseragam putih-merah di era 80-an. Saat itu, saya kerap diajak orang tua untuk makan di HokBen (yang masih bernama Hoka-Hoka Bento) di daerah Sabang, Jakarta Pusat. Selama lebih 30 tahun, saya mengenal restoran ini sebagai sebuah restoran cepat saji. Artinya, makanan dan minuman telah tersedia sebelumnya sehingga bisa dihidangkan ke konsumen dalam waktu yang relatif cepat. Konsep ini yang membuat HokBen menjadi salah satu restoran andalan jika saya sedang kelaparan berat, atau dalam kondisi bergegas.

Namun di Padang dan Bukittinggi, saya mendapati sistem yang berbeda. Seperti biasa, hampir sebagian besar produk makanan memang telah matang dan tersaji indah membangkitkan selera. Seketika, kerinduan akan rasa khasnya begitu menyergap. Perut pun tiba-tiba “kukuruyuk” nggak tahu diri membuat saya seperti ingin melahap semuanyaaah. Duh.

Namun, hasrat yang begitu bergelora itu harus saya tahan lebih lama lagi, karena saya mendapati konsep cepat saji yang tidak saya bayangkan sebelumnya.

Dalam kenangan saya, sistem pemesanan makanan di restoran ini adalah seperti layaknya sebuah kafetaria. Pengunjung akan mengambil baki, dan kemudian memilih menu yang diinginkannya. Staf restoran akan langsung meracik pesanan, dan pengunjung akan membawa pesanannya ke pos kasir untuk menyelesaikan pembayaran.

Namun, HokBen yang saya datangi di Padang maupun Bukittinggi memiliki cara yang berbeda. Restoran ini memiliki beberapa pos dalam melayani pengunjung, yaitu pos pemesanan yang merangkap kasir, pos pengambilan pesanan untuk makan di tempat (dine in), pos pengambilan pesanan yang dibawa pulang (take away), serta pos khusus ojol. Sistem ini membuat pengunjung tidak bisa membawa langsung pesanannya setelah membayar, namun menunggu panggilan nomer antrian yang dikasih mbak-mbak kasir.

Awalnya saya tidak terlalu mempermasalahkan keberadaan pos-pos ini. Nggak masalah kok harus menunggu buat sepaket HokBen idola. Mungkin, keterbatasan ruang menjadi salah satu penyebabnya. Atau bisa juga sistem ini dirasa cocok untuk memangkas antrian pengunjung yang mengular kala grand opening. Mungkin saja. Bisa saja. Saya hanya bisa membatin, “menghibur” diri sendiri.

Tapi, saya kemudian menjadi resah karena bagi saya waktu tunggu sampai pesanan siap itu tidak sebentar. Okelah, setiap orang punya toleransi batas tunggu yang berbeda-beda. Dan bagi saya, jika harus menunggu paket menu makanan lebih dari 30 menit sejak menerima nomer antrian, itu tidak bisa ditoleransi.

Masalahnya, pesanan yang saya pilih adalah menu-menu dengan produk yang sudah matang, sudah siap tersaji dalam etalase kaca, yang bisa saya pelototin bentuknya, bisa saya cium aromanya yang menggila. Lain ceritanya jika saya memesan menu Sukiyaki, yang memang harus dimasak terlebih dahulu; ini pun biasanya sudah diberitahu terlebih dahulu oleh mbak-mbak yang melayani kalau memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk menyiapkannya.

Buntutnya, saya pun jadi mempertanyakan konsep restoran ini. Sebenarnya HokBen masih menjadi restoran cepat saji atau tidak? Jika ya, mengapa dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai pesanan siap? Apakah istilah “cepat saji” ternyata mengalami pergeseran makna, terutama terkait seberapa cepat pengunjung mendapatkan pesanannya? Dulu, pesanan saya selesai bahkan sebelum baki saya tiba di pos kasir. Apa yang membedakannya dengan HokBen di masa sekarang? Mengapa bisa begitu lama???

Lalu, jika ternyata HokBen memang sudah tidak berkonsep cepat saji seperti dulu, mengapa pesanan tidak diantar ke meja pengunjung, seperti layaknya restoran non-cepat saji yang saya pahami selama ini? Mengapa HokBen mengharuskan pengunjung untuk tetap mengambil sendiri pesanannya?

Masalahnya, pengunjung pun terkesan keleleran ketika “merubung” pos pengambilan makanan. Ini yang saya amati di HokBen Bukittinggi, terutama di jam-jam makan siang. Apalagi, keterbatasan ruang membuat pengunjung yang berkumpul di pos pengambilan makanan tersebut menghalangi salah satu pintu keluar.

Sebagai restoran yang menyajikan masakan Jepang, saya berpikir HokBen di provinsi tempat tinggal saya ini seharusnya tidak hanya meramaikan konternya dengan pernak-pernik bernuansa Jepang saja. Mengapa tidak mengadopsi juga budaya disiplin terkait ketepatan waktu, dan kecepatan kerja ala orang Jepang? Apakah karena merasa HokBen berpijak di bumi Nusantara, maka pengunjung diharapkan memaklumi jika kecepatan dan ketepatan waktu bukanlah hal yang penting?

Sebagai penikmat HokBen berpuluh-puluh tahun, tentu saja realitas ini bikin saya kecewa. Mungkin setelah ini saya harus mulai mempertimbangkan untuk memesan melalui ojol saja, supaya tidak perlu merasa di-PHP-in dengan konsep cepat saji yang sudah melekat di brand HokBen .

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA HokBen Fried Chicken: Ayam Goreng Tepung yang Overrated

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2022 oleh

Tags: BukittinggiHokBenrestoran cepat saji

Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

3 Hal Tersembunyi dalam Struk Belanja Ramayana Robinson Bukittinggi

3 Hal Tersembunyi dalam Struk Belanja Ramayana Robinson Bukittinggi

18 Maret 2023
Kasta Nasi Putih Restoran Cepat Saji Terminal Mojok

7 Nasi Putih Restoran Cepat Saji Paling Enak di Indonesia

19 Januari 2023
Ayam Geprek Olive Fried Chicken vs Rocket Chicken, Mana yang Lebih Mantap?

Ayam Geprek Olive Fried Chicken vs Rocket Chicken, Mana yang Lebih Mantap?

7 Desember 2022
Nasi Kapau vs Nasi Padang Membedah Karakter Konsumen dari Perbedaan Keduanya Terminal Mojok

Nasi Kapau vs Nasi Padang: Membedah Karakter Konsumen dari Perbedaan Keduanya

18 Agustus 2022
Kata Siapa Makan di A&W Mahal Nih, Rekomendasi Menu A&W dengan Harga Murah dan Rasa Enak Terminal Mojok

Kata Siapa Makan di A&W Mahal? Nih, Rekomendasi Menu A&W dengan Harga Murah dan Rasa Enak

28 Juli 2022
Rekomendasi Hotel Terdekat dari Jam Gadang Bukittinggi yang Bisa Ditempuh dengan Berjalan Kaki Sony Herdiana Shutterstock

Rekomendasi Hotel Terdekat dari Jam Gadang Bukittinggi yang Bisa Ditempuh dengan Berjalan Kaki

24 April 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kasta Baju Tidur yang Nyaman, dari yang Nggak Disetrika sampai yang Udah Tipis Terminal Mojok

Kasta Baju Tidur yang Nyaman, dari yang Nggak Disetrika sampai yang Udah Tipis

4 Kelakuan Nyeleneh Pengendara Motor Indonesia Saat Hujan Terminal Mojok

4 Kelakuan Nyeleneh Pengendara Motor Indonesia Saat Hujan

4 Makanan Viral Sepanjang Tahun 2022 yang Paling Overrated Terminal Mojok

4 Makanan Viral Sepanjang Tahun 2022 yang Paling Overrated

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Rosalia Indah Adalah Sebaik-baiknya Teman Perjalanan Darat dari Palembang ke Bogor

Rosalia Indah, Sebaik-baiknya Teman Perjalanan Darat dari Palembang ke Bogor

oleh Aulia Syahfitri
24 Mei 2023

Stasiun Kota Tegal itu Romantis, Sayang Dikorupsi

Stasiun Tegal itu Romantis, Sayang Dikorupsi

oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
26 Mei 2023

Minyak Tawon, Sebenar-benarnya Obat 1001 Manfaat

Minyak Tawon, Sebenar-benarnya Obat 1001 Manfaat

oleh Reni Soengkunie
27 Mei 2023

KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

oleh Mohammad Faiz Attoriq
23 Mei 2023

Mengenal Pagar Alam, Kota Kecil di Tengah Indahnya Pemandangan Alam Sumatera Selatan

Mengenal Pagar Alam, Kota Kecil di Tengah Indahnya Pemandangan Alam Sumatera Selatan

oleh Firdaus Deni Febriansyah
24 Mei 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=lzHUMXKyXus

DARI MOJOK

  • Diburu Kolektor, Keris Bertahta Emas Zaman Majapahit Hadir di Jogja
  • Pariwisata Jogja di Titik Jenuh? Puspar UGM dan Pelaku Pariwisata Beri Solusi
  • ELSHESKIN Bawa Segudang Promo di Acara Yogyakarta x Beauty
  • Jerit Paguyuban Korban Tanah Kas Desa Candibinangun, Perkiraan Kerugian Capai Rp190 Miliar
  • Ada 48 Kebakaran di Jogja dalam 5 Bulan Terakhir, 1.800 Relawan Disiagakan
  • Ziarah Makam Mustafa Kemal Ataturk, Misteri Jasad Ditolak Bumi dan Bau Busuk 
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!