Tahun ajaran baru telah dimulai. Semua murid di Indonesia kembali lagi ke sekolah setelah libur semester kurang lebih dua minggu. Ada yang naik ke kelas lebih tinggi, ada pula yang naik ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang sangat antusias menyambut tahun ajaran baru, ada juga yang masih ingin menambah liburnya. Apa pun, yang mereka rasakan, MPLS sudah menanti mereka.
Kita putar waktu, kembali ke masa-masa sekolah. Dulu, saat MPLS, semua siswa akan diberikan tugas untuk memecahkan teka-teki dari kakak-kakak OSIS yang menjadi panitia. Teka-teki tersebut mengarah kepada makanan dan minuman yang harus dibawa saat hari H pelaksanaan MPLS. Saat itu, saya cukup dibuat pusing karena kesulitan memecahkan teka-teki. Untung saja, saya punya saudara yang merupakan anggota OSIS sehingga bisa ditanyai.
Bukan hanya disuruh memecahkan teka-teki. Dulu setiap siswa juga seakan dijadikan “gembel” oleh kakak-kakak OSIS dengan peraturan yang nyeleneh. Sebut saja tas dari karung, topi dari batok kelapa, kalung rapia dengan label, sampai sepatu dengan tali warna-warni. Saya yang harus melakukan perjalanan jauh menuju sekolah sebenarnya malu saat berangkat karena takut menjadi pusat perhatian.
Meskipun sudah ada aturan untuk menghapus kegiatan tersebut, nyatanya masih ada beberapa sekolah yang menerapkan tugas teka-teki makanan saat MPLS dengan dalih hiburan semata. Kendati demikian, saya kurang begitu setuju dengan kegiatan seperti itu yang jatuhnya malah menghabiskan banyak uang.
Daftar Isi
Keadaan ekonomi orang beda-beda
Tidak semua orang tua murid dapat memenuhi tugas membawa makanan dan minuman karena keterbatasan biaya. Selain itu, tidak setiap tempat juga menyediakan makanan atau minuman yang dimaksud oleh panitia. Tidak jarang juga orang tua harus beli di tokonya langsung dengan jumlah yang banyak karena jika membeli eceran tidak bisa.
Pada hakikatnya, tugas teka-teki makanan saat MPLS itu malah merepotkan orang tua murid karena harus berkorban waktu dan materi. Para orang tua melakukan itu semua karena tidak ingin jika anaknya harus dihukum oleh kakak-kakak OSIS. Apa pun akan dilakukan orang tua demi anaknya mengerjakan tugas dari panitia dengan sempurna.
Walaupun makanan dan minuman tersebut akan dibagikan lagi kepada peserta MPLS, namun tidak semua peserta suka dengan bekal tersebut. Pada akhirnya makanan dan minuman yang dibawa hanya akan jadi pajangan hingga menjadi mubazir. Kalau niatnya untuk seru-seruan saja, menurut saya masih banyak hal seru yang bisa dilakukan daripada harus pusing menebak teka-teki yang unfaedah tersebut.
Kegiatan MPLS yang lebih bermanfaat
Daripada membuat tugas teka-teki yang sudah mainstream, lebih baik panitia memberikan tugas yang jauh lebih bermanfaat seperti memberikan tugas kepada setiap peserta MPLS untuk membuat karya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Dari situ, tentunya peserta akan berlomba-lomba untuk menampilkan karya terbaiknya. Hal itu juga ditujukan agar siswa lebih mengenal potensi dirinya sehingga tidak kebingungan saat nanti memilih kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Hal itu jauh lebih baik ketimbang membuat topi dari batok kelapa yang akan merepotkan orang tua.
Selain itu, buat perlombaan antarsiswa dengan berbagai bidang yang ada di sekolah terkait. Hal itu dimaksudkan agar setiap siswa turut andil dalam kegiatan MPLS. Selain itu, perlombaan tersebut juga sebagai wadah agar setiap siswa mengenal kegiatan yang ada di sekolah tersebut sekaligus membangun ikatan dengan siswa baru yang lain. Hal ini tentu jauh lebih baik dibanding berlomba-lomba memenuhi tugas teka-teki dari kakak OSIS.
Terakhir, yang menurut saya paling penting, mendeklarasikan anti kekerasan dan anti perundungan bagi semua siswa. Dewasa ini, sangat banyak aksi kekerasan dan perundungan yang melibatkan siswa. Maka dari itu, setiap peserta MPLS harus mengetahui dampak buruk dari aksi tersebut demi tercapainya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi para siswa.
Nggak harus dibikin ribet
Kegiatan MPLS adalah hal yang cukup krusial bagi sekolah untuk diberikan kepada siswa agar para siswa dapat mengenali lingkungan sekolah baru yang akan mereka tempati. Jangan sampai kegiatan yang diberikan pada siswa tidak berdampak positif dan jangka panjang kepada siswa hingga membuat mereka menjadi kurang bersemangat.
Mengenai bekal makanan dan minuman, berikan kebebasan kepada semua peserta MPLS untuk membawa apa yang mereka suka. Jangan batasi dengan berbagai peraturan yang memberatkan. Tanamkan kebiasaan untuk membuang sampah ke tempatnya. Berikan kenyamanan dan keleluasaan pada peserta agar mereka bisa lebih menikmati kegiatan MPLS tanpa beban harus memecahkan teka-teki nyeleneh di awal masuk sekolah yang baru.
Penulis: Erfransdo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Habis MOS, Terbitlah MPLS: Berikut Ini Perbedaan dan Aturan Pelaksanaannya