Dewa 19 menciptakan sebuah lagu yang indah dan mengandung makna tasawuf di dalamnya. Inilah tafsir saya atas lagu yang berjudul “Satu”.
Akhir-akhir ini dunia musik Indonesia dihebohkan terkait kesuksesan konser Dewa 19 feat. All Stars di 3 stadion, yaitu Stadion Manahan Solo, Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, dan Stadion Si Jalak Harupat Bandung. Yang mana pada setiap penampilannya, Dewa 19 menggandeng beberapa musisi rock internasional, seperti Jeff Scott Soto, Phil X, Dherex Sirenian, dan Dino Jelusic.
Yang membuat saya kagum bukan hanya bisa mendatangkan para musisi Internasional tersebut. Ahmad Dhani dan kawan-kawan mampu membantu musisi internasional tersebut menyanyikan lagu-lagu Dewa 19 dengan baik. Keberhasilan ini dapat membantu mereka mendongkrak dunia permusikan Indonesia ke taraf Internasional.
Dewa 19 sendiri merupakan sebuah band yang bisa eksis lebih dari 30 tahun, meski penuh kontroversi. Salah satunya adalah ketika FPI menuduh Ahmad Dhani dan Dewa 19 menistakan Islam karena menginjak-injak lafaz Allah yang ada pada logo album Laskar Cinta.
Membongkar konsep tasawuf di salah satu lagu Dewa 19
Salah satu lagu yang sungguh menarik dari album Laskar Cinta berjudul “Satu”. Lagu tersebut sangat kaya akan makna tasawuf. Menurut beberapa orang, lagu ini dipenuhi dengan konsep hulul yang digagas oleh Husein Ibnu Mansur Al Hallaj.
Coba perhatikan lirik yang penuh dengan makna tasawuf di bawah ini:
Aku ini adalah dirimu
Cinta ini adalah cintamu
Aku ini adalah dirimu
Jiwa ini adalah jiwamu
Rindu ini adalah rindumu
Darah ini adalah darahmu
Menurut saya, lirik dari lagu Dewa 19 di atas mengandung konsep hulul Al Hallaj. Konsep ini mempercayai bahwa manusia memiliki sifat ganda, yaitu lahut (sifat kemanusiaan) serta nasut (sifat ketuhanan). Manusia dapat mencapai tingkat kesadaran melalui pengalaman mistik, ibadah yang mendalam, dan meditasi spiritual di mana mereka merasakan kehadiran Tuhan secara langsung dalam diri dengan menghilangkan sifat nasut dan hanya berfokus pengembangan sifat lahut.
Pencapaian tertinggi
Hal ini dianggap sebagai pencapaian tertinggi dalam perjalanan mistik dan spiritual. Keyakinan ini sering diasosiasikan dengan pengalaman penyatuan jiwa manusia dengan Tuhan. Konsep tersebut juga bisa dimaknai dengan wahdatul wujud, hal ini selaras dengan pemberian judul “Satu” dari Dewa 19.
Namun, konsep hulul sendiri mendapat banyak kritik dari kalangan ulama tradisional. Mereka menganggap bahwa mengatribusikan kehadiran Tuhan secara harfiah dalam diri manusia atau dalam alam semesta adalah bentuk kesyirikan atau bid’ah (inovasi agama) yang bertentangan dengan ajaran Islam. Perlu diingat, itu hanya percobaan saya untuk membaca makna, bukan makna langsung dari pengarang lagu.
Ahmad Dhani, sebagai pencipta lagu “Satu” mengungkapkan bahwa lagu tersebut terinspirasi dari potongan hadis Imam Bukhari nomor 6502. Hadis tersebut berbunyi:
“Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”
Kamu dapat menemukan penerjemahan Ahmad Dhani atas hadis itu lewat lirik:
Dengan tanganmu aku menyentuh
Dengan kakimu aku berjalan
Dengan matamu aku memandang
Dengan telingamu aku mendengar
Dengan lidahmu aku bicara
Dengan hatimu aku merasa
Pengagungan Tuhan
Saya mengartikan lirik lagu Dewa 19 tersebut sebagai tatkala hati seorang hamba dipenuhi dengan pengagungan kepada apa yang dicintai, maka yang lainnya akan lenyap dari hati tersebut. Setelah itu, dia tidak lagi punya keinginan, kecuali yang diinginkan Rabb-nya.
Saat itulah, seorang hamba tidak bergerak, kecuali dengan yang diperintahkan. Jika bicara, dia tidak bicara selain dengan bimbingan-Nya. Jika mendengar, dia tak akan mendengar selain dengan bimbingan-Nya. Jika melihat, dia tak akan melihat selain dengan bimbingan-Nya. Jika berbuat, dia berbuat sesuai apa yang disyariatkan-Nya.
Begitulah makna tasawuf di dalam lirik lagu “Satu” karya Dewa 19. Sungguh lagu yang indah.
Penulis: Moh. Sahal Mahbub
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bintang Lima, Album Terbaik Sepanjang Masa dari Dewa 19