Memblokir Mantan atau Tetap Berkomunikasi dengan Mantan, Mana yang Benar?

Jogja Berhati Mantan

Memblokir Mantan Atau Tetap Berkomunikasi dengan Mantan, Mana yang Benar?

Ada banyak orang yang merasa, kalau sebuah hubungan berakhir, maka berakhir pula segala bentuk komunikasi dengan mantan kekasih. Semua kontak dan media social milik sang mantan menjadi haram hukumnya untuk dimiliki. Orang dalam kelompok ini beranggapan bahwa ketika hubungan berakhir, tidak ada yang perlu dibicarakan dengan mantan lagi. Sudah, move on sajahhh. Tinggalkan semua kenangan dengan mantan tanpa terkecuali.

Orang yang-habis-putus-blokir-mantan ini adalah tipe orang yang berprinsip kalau setelah berpisah, selesai juga segala bentuk hubungan. Biasanya, orang yang memutuskan putus-lalu auto memblokir mantan ini adalah orang-orang yang dalam hubungannya hanya menyisakan luka. Karenanya, supaya bisa sembuh, lukanya perlu dibersihkan dengan cara menghilangkan segala eksitensi orang yang pernah memberikan luka.

Tapi di sudut lain, ada juga orang yang menganggap perpisahan bukan berarti putusnya komunikasi. Pertemanan tetap berusaha dijalin tapi dengan jarak aman agar tidak lagi kembali tergoda balikan dengan mantan. Biasanya orang yang masih bisa berkomunikasi dengan mantan ini adalah mereka yang masih punya sejenis urusan perkara pekerjaan, hobi, atau hal-hal lain yang bisa dikompromikan—tentu saja kecuali hati.

Berpisah dengan orang yang dulunya adalah terkasih memang selalu menjadi polemik. Dan orang bebas memilih mau menjadi golongan putus-blokir atau putus-komunikasi tergantung kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Saya kasih contoh yang terjadi di teman saya. Seorang teman pernah punya hubungan serius dengan seseorang. Dia sampai bikin usaha bareng dengan tujuan untuk dapat modal hidup setelah mereka menikah. Tak dinyana usaha mereka sukses dan omset melonjak tajam, bahkan drastis. Tapi setelah lama menjalani hubungan, mereka diterpa badai dan tidak lagi merasa sejalan dalam urusan percintaan. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk berpisah. Seperti pasangan habis putus lainnya, si teman tentu terjebak dalam pilihan putus-blokir, atau putus-tapi tetap berkomunikasi.

Idealnya, kita pasti berpikir kalau akan lebih menguntungkan jika si teman ini memilih putus-tapi tetap berkomunikasi demi kelangsungan bisnis yang telah dirintisnya. Pilihan yang paling logis dan realistis. Sayangnya, si teman ini tidak bisa menurunkan egonya. Dalam keadaan kalut, dia memutuskan untuk menyelesaikan semua urusan dengan mantannya tadi, lalu membagi hasil usaha mereka. Akhirnya, masalah cinta selesai, tapi usaha mereka pun selesai juga.

Apa si teman ini salah? Ya tidak.

Memang demikian lah adanya, orang-orang yang merasa setelah berakhirnya sebuah hubungan, dan ingin terbebas dari hubungan yang lama seringkali merasa mereka harus menjadi sesuatu yang baru. Mereka tidak masalah dengan memulai sesuatu dari nol lagi. Kalau kata salah seorang stand up comedian, Dzawin Nur Ikram, “Wanita baru, perjuangan baru”. Ini sebenarnya indikasinya bukan hanya soal cinta yang baru. Lebih kepada, setelah badai yang terjadi berhasil dilewati, perjuangannya harus serba baru.

Sedangkan kepada mereka yang memilih untuk tetap menjaga komunikasi dengan mantan setelah berpisah, saya angkat topi untuk kalian semua. Begitu besar tekanan yang harus dihadapi untuk keputusan yang satu itu. Anggapan-anggapan macam, “nggak laku”, “nggak bisa move on”, dan semacamnya akan menghiasi perbincangan kalian setiap harinya. Betapa perjuangan kalian begitu besar untuk membuktikan itu lebih dari sekedar cocotan mereka yang asal njeplak itu.

Soal olok-olok macam tidak bisa move on ini juga menurut saya terlalu menggeneralisasi. Bahkan tidak bisa melihat konteks secara substantif. Kalian yang bisa melewati olok-olok dan hinaan serta cercaan macam ini ada di jajaran professional kelas tinggi.

Maka dari itu, teruntuk kalian yang memilih menjadi bagian dari golongan ini, betapa kuatnya hati kalian. Betapa kalian mampu melewati fase ketika hati dan pikiran sedang saling bertolak belakang satu sama lain. Kalian benar-benar berlogika dan menggunakan hati dengan sangat efisien. Kalian, menurut saya adalah pribadi yang selalu berani menghadapi tantangan betapa pun sakitnya.

Pada akhirnya, dari berpisah namun tetap berkomunikasi dengan mantan atau berpisah lantas memutuskan menutup segala pintu kepada mantan adalah sama benarnya. Tidak ada yang perlu disalahkan. Karena pada hakikatnya, ini adalah perihal hati dan logika ketika perpisahan itu terjadi. Ada orang yang sepenuhnya menggunakan logika, ada juga yang sepenuhnya menggunakan hati, sisanya adalah mereka yang menempatkan logika dan kata hatinya pada posisi yang sesuai.

Sedangkan untuk yang sukanya mengolok-olok, Anda sepenuhnya salah. Soal mereka memilih cara apa pun, ini soal sudut pandang. Dan Anda tidak berhak menjudge siapa-siapa.

BACA JUGA 5 Alasan Mengapa Kita Perlu Berdamai dengan Mantan atau tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version