Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Saya Pernah Membenci Ariel Noah dan Noah karena Terdengar Lemah, tapi Kini Mulai Bisa Mencintainya

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
10 Januari 2024
A A
Saya Membenci Ariel Noah yang Terdengar Lemah (Unsplash)

Saya Membenci Ariel Noah yang Terdengar Lemah (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Katherine Schulten dan Michael Gonchar, 2 penulis The New York Times bersepakat bahwa di dunia ini tidak ada makanan yang tidak kita suka. “Semuanya soal makanan yang belum kita coba, bukan makanan yang kita benci.” Keduanya merujuk kepada rasa atau taste manusia. Sesuatu yang relate dengan kebencian saya kepada Ariel Noah dan lagu “Bintang di Surga“.

Tapi begini. Di satu sisi, pendapat keduanya sangat masuk akal. Terkadang kita sangat skeptis ke sebuah menu. Padahal, kita belum pernah mencicipi dan mencari tahu rasa yang terkandung. Kita menghakimi dengan sesuatu yang kita sendiri tak memahaminya… setidaknya belum.

Soal rasa, manusia juga menggunakannya untuk membuat semacam indikator untuk selera musik. Setidaknya ini berlaku untuk saya sendiri ketika mendengarkan Ariel Noah. Mendengarkan “Bintang di Surga”, lagu baru yang sempat dirilis ulang, rasanya malas sekali. Rasanya enggan, bahkan sekadar untuk membiarkan lagu itu usai dimainkan sebuah pemutar musik lawasan.

Peterpan, kini Noah, pernah masuk ke dalam daftar lagu yang tak akan saya dengarkan seumur hidup. Ketimbang Ariel Noah dan nomor “Bintang di Surga” yang video barunya lumayan keren itu, saya lebih memilih mendengarkan Didi Kempot atau Erie Suzan. Saya suka lagu “Muara Kasih Bunda” yang didendangkan Erie dengan suaranya yang menggelegar itu.

Selera saya menolak Ariel Noah dengan keras

Referensi musik saya sendiri bisa dibilang “sangat tidak Indonesia”. Sudah begitu, terbatas di genre yang itu-itu saja. Dulu, yang saya dengarkan bahkan cuma Slipknot, Eminem, Dr. Dre, Nas, dan Tupac. Sudah, 5 seniman itu saja.

Lagu-lagu Indonesia? Paling cuma Dewa 19 dan Padi. Peterpan dan Noah? Keduanya tak pernah bisa mendekat ke hati saya. Apalagi masuk. Lagu-lagunya saya anggap cengeng, Ariel Noah kalau nyanyi nggak buka mulut, terdengar lemah, dan histeria dari lagu-lagu mereka terlalu berlebihan… buat saya tentunya, bikin nggak nyaman.

Namun, terjadi sebuah perubahan yang saya sendiri tidak menyangka bakal terjadi. Seiring usia, ada pergeseran selera yang tidak saya duga. Lagu-lagu dari band atau penyanyi solo yang dulu “enggak banget” jadi lebih enak untuk didengarkan. Bahkan, pada titik tertentu, saya jadi suka banget.

Awalnya adalah Gigi dengan lagu-lagu religinya. Lagu-lagu dengan nafas Islam, padahal saya Katolik. Lalu lagu-lagu cinta mereka, dengan lirik yang sebetulnya “tidak canggih” untuk ukuran prosa, tapi pas dan enak sekali. Cocok untuk menemani perjalanan pulang dari kantor yang bisa memakan waktu sampai 55 menit.

Baca Juga:

Kalau Peterpan Reuni Nanti, Andika dan Vokalis Bayaran Wajib Menyanyikan 5 Lagu yang Paling Membekas di Ingatan Fans Ini

Peterpan Mending Nggak Usah Reuni kalau Nggak Ada Ariel dan Uki, Bikin Kecewa Aja

Gigi, dengan lagu-lagunya yang ajaib menjadi band yang paling banyak saya dengarkan sepanjang 2021. Spotify mencatatnya dengan baik. Bahkan membuatkan folder tersendiri.

Tiba-tiba bisa menikmati “Bintang di Surga”

Lalu soal Ariel dan Noah. Yah, saya bahkan kaget ketika ikut berbendang di kantor di sebuah malam. Teman-teman sedang mengaso. Mereka bermain gitar dan sing a long dari sebuah pemutar lagu. Malam itu, kebetulan, adalah “Bintang di Surga”, lagu Noah yang pernah dipermak ulang.

Iya, saya ikut berdendang. Saya tidak tahu lirik lagu “Bintang di Surga”. Namun, saya bisa ikut menyanyikannya. Tentu dengan suara yang sangat tidak menyenangkan untuk didengar khalayak ramai. Batin saya, “Sialan!” Untung, teman-teman di kantor tidak tahu soal pergolakan yang terjadi di dalam batin saya.

Konyolnya, saya menulis artikel ini sambil mendengarkan suara Ariel Noah di Spotify. Pas sampai di paragraf ini, lagu yang diputar adalah “Dan Hilang”. Beat yang asik membuat saya lebih cepat menulis. Sialan, kenapa jadi enak seperti ini.

Frank Bruni, kolumnis The New York Times, menegaskan begini: “There’s beet aversion, and there’s beet adoration.” Di kehidupan ini, ada periode keengganan dan periode pemujaan. Frank Bruni itu picky eaters. Kalau makan, dia suka pilih-pilih. Tapi ini masih mending ketimbang kalau ditanya mau makan apa, jawabnya: “Terserah.” Menyebalkan.

Perubahan dalam diri Frank terjadi di usia 30an, ketika dia menyadari bahwa semuanya adalah soal pengalaman dan yang terekam oleh otak. Dr. Gary Beauchamp, ahli rasa dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, menegaskan hal ini.

“Sebetulnya ini semua tidak selalu terkait dengan mulut atau selera, tapi tentang sesuatu yang terjadi di dalam otak manusia,” kata Dr. Gary. Pengalaman yang menumpuk membuat otak akan merespons hal yang sama dengan “cara baru”.

Selera yang berubah

Soal rasa, saya mengalaminya di selera musik. Saya sudah mulai jarang mendengarkan Slipknot. Mungkin, kecuali, ketika stres menumpuk.

Pergeseran pemikiran di dalam otak, mungkin, yang membuat saya bisa menerima, bahkan di derajat tertentu, mencintai lagu-lagu dan suara Ariel Noah. Saya menemukan bahwa lirik-lirik yang terkandung, kok ya ndilalah, bisa menggambarkan suasana hati dan pemikiran.

Dulu, saya menemukan lagu-lagu Peterpan atau Noah sebagai lagu cinta saja. Namun ternyata, semuanya lebih besar ketimbang sebatas cinta 2 insan saja. Ada pemikiran kompleks yang disederhanakan lewat suara aneh dari Ariel Noah.

Begitulah, pergeseran selera tidak melulu soal rasa dan indera pengecap. Ada juga soal taste buds atau selera di musik. Berkat pengalaman yang mulai menumpuk dan otak manusia yang merekam dengan baik. Noah, kamu keren juga, ya.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Video Musik Menghapus Jejakmu dan Memori Indah Masa Lalu yang Dibawa Noah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2024 oleh

Tags: ariel noahariel peterpanbintang di surgadan hilang noahlagu noahNOAHpeterpan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Bintang di Surga: Semakin Mewah, Semakin Indah

Bintang di Surga: Semakin Mewah, Semakin Indah

8 Januari 2022
'Bintang di Surga' Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan terminal mojok.co

‘Bintang di Surga’ Milik Peterpan Adalah Album Indonesia Paling Fenomenal dan Sulit Dilupakan

22 Desember 2020
3 Lagu Sheila on 7 yang Wajib Dibuat Versi Barunya

3 Lagu Sheila on 7 yang Wajib Dibuat Versi Barunya

25 Januari 2022
Lagu galau 2000an. (Unsplash.com)

Lagu Galau Era 2000an untuk Kamu yang Hatinya Sedang Tertusuk Gundah

7 Juli 2022
Ariel Noah Benar, karena Musisi Jangan Menuruti Maunya Pasar (Unsplash)

Ariel Noah Benar, Musisi Memang Butuh Sesekali Menjauh dari Dunianya dan Tidak Memaksa untuk Menuruti Maunya Pasar

13 Juli 2024
3 Video Klip Selain Bintang di Surga yang Bertema Perampokan terminal mojok.co

3 Video Klip Selain Bintang di Surga yang Bertema Perampokan

10 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.