• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Membayangkan Kematian dan Dilupakan

Dwi Susilowati oleh Dwi Susilowati
12 Mei 2019
A A
muhasabah mati

muhasabah mati

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Itu sudah ketetapan yang pasti terjadi. Entah kaya, miskin, tua, muda, orang-orang yang punya kekuasaan, sampai orang-orang jelata, tidak ada satu pun yang mendapat bocoran kapan dia akan meninggalkan dunia ini.

Beberapa waktu lalu, tepatnya bulan September, saya harus menanggung kesedihan yang mendalam dalam waktu yang lama. Mbah Kakung, seseorang yang sangat saya cintai, berpulang ke sisi Tuhan. Saat itu, selain kesedihan, tiada hal lain yang saya rasakan selain marah. Marah, karena banyak hal yang belum saya lakukan dengan benar untuk membuatnya bahagia, tetapi Tuhan malah mengambilnya lebih dulu.

Kesedihan dan kemarahan belum sepenuhnya sembuh. Entah apa yang dipikirkan Tuhan ketika lagi-lagi menimpakan cobaan yang tidak kalah bikin ambruk. Berselang beberapa bulan setelah kematian Mbah Kakung, tepatnya pada bulan Maret lalu, paman saya meninggal. Sesuatu yang sama sekali tidak saya sangka sebelumnya. Seseorang yang sangat ngemong, yang amat sangat saya sayangi, seseorang yang sehat dan semangat, dan seseorang yang amat menyayangi saya sebagai keponakan perempuannya—harus pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal—pun tanpa pesan terakhir. Begitu menyakitkan.

Ketika saya menangis, beberapa orang di sekeliling saya yang entah siapa saja, mencoba menghibur saya dan berkata, “Jangan terlalu dipikirkan, kamu harus tetap melangkah ke depan. Jangan terpuruk berlarut-larut. Kalau kamu banyak mengingatnya, dia nanti berat jalannya, dan malah ikut sedih.” sambil menepuk-nepuk punggung saya.

Bukannya nyaman dan merasa terhibur, tetapi justru dada saya semakin sesak. Kata-kata jangan terlalu dipikirkan, nanti saya sedih kalau terlalu memikirkannya, sepertinya sangat tidak tepat. Entah karena saat itu pikiran saya terlalu kalut sehingga mudah tersinggung, atau entahlah. Namun, sungguh, saya tidak bisa baik-baik saja mendengar kalimat ‘jangan terlalu dipikirkan’.

Waktu berlalu, saya jadi sering melamun. Orang tua saya sampai ikut sedih melihat saya yang tenggelam dalam keterpurukan. Saya kehilangan semangat hidup.

Pada waktu yang sangat senggang, tidak ada yang saya lakukan selain berdiam diri dan mengingat-ingat hal-hal menyenangkan yang pernah saya dan almarhum lakukan bersama. Kami begitu akrab, bahkan paman sering beli es campur kesukaan saya, begitu juga Mbah Kakung. Aku rindu ketika ia memuji saya setiap malam setelah memijiti kakinya yang pegal. Saya rindu ketika ia mengajak bercanda, atau sesekali bertingkah konyol dengan menggunakan kaca mata hitam milik kakak agar saya tertawa.

Lalu saya jadi ingat kembali dengan perkataan orang-orang beberapa waktu lalu. Benarkah jika saya banyak mengingatnya, dia akan sedih di sana? Sedangkan di lain situasi, dulu ketika saya putus dengan mantan saya karena seseorang yang baru dan dia melupakan saya, saya sebal setengah mati. Saya tidak mau dilupakan.

Selama hidup di dunia ini, kita berusaha menciptakan kenangan sebanyak dan seindah mungkin bersama orang-orang yang kita sayang. Namun, bila akhirnya dilupakan, untuk apa?

Entah egois atau bagaimana, sejujurnya saya tidak suka dilupakan. Bila nanti saya tiada setelah kematian menjemput, entah saya bisa terima atau tidak bila waktu membuat orang-orang yang saya sayangi sedikit demi sedikit melupakan saya. Karena itu artinya, ketika mereka akhirnya benar-benar lupa kepada kita, kita sudah sama sekali tidak tinggal di benak orang lain. Kita hanya akan hilang tertelan tanah.

Perasaan ini, menurut saya sama saja dengan perasaan egois yang tercipta karena gebetan lupa kalau kita pernah memberi kado ulang tahun untuk dia, atau murid yang lupa nama gurunya.

Saya tahu, daya ingat manusia itu terbatas, dan seiring berjalannya waktu, akan ada banyak sekali orang baru yang lalu lalang di kehidupan kita. Rasa-rasanya tidak mungkin manusia bisa mengingat semua orang yang pernah mereka temui, sama halnya dengan kita yang tak bisa mengingat beberapa rumus matematika.

Lalu, di akhir waktu panjang lamunan saya, saya baru sadar, bahwa selama saya memikirkan tentang kematian, saya sejenak lupa dengan Tuhan. Begitu pula ketika Mbah Kakung dan paman saya meninggal, bukannya mendoakannya, tetapi malah mencak-mencak dan marah kepada Tuhan. Apakah Tuhan juga sesebal ini ketika saya lupa dan marah kepada-Nya?

Astaghfirullahal’adhim, betapa tipisnya iman saya ini.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2021 oleh

Tags: DilupakanMatiMuhasabah Diri

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Dwi Susilowati

Dwi Susilowati

Gadis 21 tahun yang belum kenal dirinya sendiri.

ArtikelTerkait

Honda All New Beat Boleh Jumawa karena Laris, tapi Soal Kualitas Yamaha Gear 125 Juaranya

Honda Beat Mati Mendadak? Jangan Panik, Cek 5 Hal Ini

6 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
pacar menyebalkan

Please, Jangan Jadi Pacar Yang Menyebalkan!

sandiwara

Asyiknya Bermain Sandiwara

memulai

Betapa Sulitnya Untuk Memulai Sesuatu



Terpopuler Sepekan

Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?
Pojok Tubir

Nggak Usah Berisik, Perpanjangan Masa Jabatan Kades Sudah Benar kok!

oleh Moh. Rofqil Bazikh
6 Februari 2023

Nggak usah kemrecek!

Baca selengkapnya
Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

6 Februari 2023
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
7 hotel murah tak jauh dari Tuju Jogja kemiskinan di Jogja

Omong Kosong Peran Universitas dalam Mengentaskan Kemiskinan di Jogja

7 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=p4e22R45FOg

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!