Saya terakhir memiliki jas hujan yang benar-benar proper pada tahun 2016. Itu adalah jas hujan dengan merek Penguin dan harganya dua ratusan ribu. Cukup berkelas dan bisa digunakan untuk pamer saat hujan turun. Sayangnya, saat saya nginep di kos-kosan teman saya, dan jas hujan itu saya jemur karena habis difungsikan dengan baik, keesokan harinya ia lenyap tak berbekas.
Semenjak saat itu saya belum pernah memiliki jas hujan lagi. Saat penghujan tiba, saya lebih sering hujan-hujanan dan bawa baju ganti di jok motor. Barulah beberapa waktu lalu saya memutuskan membelinya. Itu pun saya sempat bingung kudu beli yang kayak apa. Pasalnya, memang ada beberapa jenis yang beredar di pasaran. Setelah merenung beberapa saat, akhirnya saya memutuskan untuk membeli salah satu jenisnya.
Nah, sebagai pertimbangan bagi siapa saja yang mau membelinya, berikut adalah beberapa jenis jas hujan yang bisa dijadikan pilihan.
#1 Jas hujan batman
Saat saya berdialog dengan seorang teman perihal jas hujan, dia nyebutin istilah batman. Saya langsung syok karena nggak pernah tau istilah ini sebelumnya. Saya langsung menerka-nerka seperti apa jas hujan batman ini sambil membayangkan sosok Bruce Wayne pas jadi pahlawan. Berdasarkan observasi singkat, saya melakukan cocokologi jubah Batman dengan berbagai macam jas hujan. Owalah, saya mudeng. Ternyata yang dimaksud yang bablasan dari ujung kepala sampai kaki, nggak ada celananya, dan kadang juga nggak ada lengannya itu. Ya ya ya, emang mirip jubah Batman, sih.
Nah, ternyata jenis batman ini dibenci teman-teman saya karena kurang bisa melindungi diri dari serbuan hujan. Bagian celana tetap sering basah karena bagian bawah model ini sering mobat-mabit pas naik motor. Akan tetapi bagi saya, jenis satu ini adalah yang paling top yang pernah ada. Makenya simpel, tinggal blusuk dan tancap gas. Urusan bagian bawah tubuh basah, ah nggak juga. Saya kan pakai motor Beat dan posisi duduknya ya… ndudukin bagian belakangnya, jadi ya kemobat-mabitan bagian bawah bisa terminimalisir.
Ditambah lagi kalau boncengan sama gebetan, pacar, atau selingkuhan, jas hujan model ini sangat efektif untuk melindungi yang kita boncengin. Tinggal fungsikan bagian belakang jas hujan buat nutupin si pembonceng, maka sudah pasti akan terlindung dari guyuran hujan.
Hal yang lebih paling menyenangkan dari jas hujan ini ya kecepatan memakainya itu tadi. Misal pas berangkat kerja dan tiba-tiba hujan menyerbu, tinggal berhenti bentar, buka jok motor, ambil jas hujan, langsung blusuk, terus lanjut perjalanan. Waktu mengenakan yang sangat singkat itu meminimalisir kontak tubuh kita dengan air hujan. Jenis ini pula lah yang pada akhirnya saya beli setelah sekian tahun nggak pernah punya jas hujan.
#2 Jas hujan egois
Musim penghujan beberapa tahun lalu, saya mendengar istilah jas hujan egois untuk pertama kalinya. Saya kemekelen, mengingat egois adalah sifat yang dimiliki makhluk hidup, tetapi bisa-bisanya dijadikan sebutan untuk benda mati. Pada akhirnya saya mudeng kenapa jenis ini mendapat sebutan egois. Itu karena si pemakai hanya mementingkan diri sendiri. Maksudnya, apabila sedang berboncengan naik motor, terus tetiba hujan, maka jenis ini hanya bisa melindungi satu orang. Iya, yang model baju dan celana gitu.
Jenis satu ini emang diklaim paling ampuh menahan gempuran hujan. Akan tetapi, saya sebel minta ampun sama jenis satu ini. Salah satu alasan kenapa sebel ya karena nggak bisa dimanfaatin buat dua orang. Maksudnya, kalau lagi mbribik cewek dan tetiba di jalan hujan, terus ternyata di jok Honda Beat saya hanya ada jas hujan egois, kan sungguh dilematis antara saya atau bribikan yang bakal pakai. Masa mau pakai setengah-setengahan, bribikan saya pakai bagian atas, sementara saya pakai bagian celana? Kan, lucu banget jadinya.
Alasan lain kenapa saya mangkel sama jenis ini adalah karena rempong. Ya bayangin aja saat santai berkendara sepulang kerja, tetiba hujan deres maksimal. Mau nggak mau saya kudu menepi, buka jok motor, pakai bagian celana, pakai bagian atas, ngancingin bagian atas, baru bisa lanjutin perjalanan. Semua aktivitas itu makan waktu dan berpotensi basah duluan kebantai hujan. Kalau bisa neduh bentar sih nggak masalah ya, lah kalau nggak ada tempat buat meneduh, ya sia-sia memakainya yang melindungi dari atas sampe bawah kalau sebelum dilindungi udah basah duluan.
#3 Jas hujan kresek
Itu loh, yang harganya enam ribuan di warung-warung, berwarna-warni, tembus pandang, dan sangat praktis. Iya, jenis yang bisa ngalahin kepraktisan model batman barangkali hanya jas hujan kresek. Nggak perlu ditaruh di jok motor, wong ditaruh di lubang bagian depan motor aja bisa. Kalau mendadak hujan ya tinggal berhenti bentar, nggak usah turun dari motor, terus tinggal blusuk, langsung tancap gas.
Memang, mengenakannya sangat tidak estetik dan terkesan kampungan. Tapi, woy, urusan berlindung dari hujan nggak usah peduliin estetik-estetikan segala. Bodo amat cuma kresek kalau bisa menahan gempuran hujan.
Sayangnya, kekurangan dari jenis ini adalah gerak tubuh kita yang jadi sangat terbatas saat memakainya. Misal kita di lampu merah dan pingin garuk-garuk punggung, jenis yang satu ini bisa mendadak sobek di bagian lengan.
#4 Kresek—beneran kresek
Kalau ini beneran kresek yang emang kresek. Emak saya di kampung kalau pergi pasar sambil gendong dagangan seringnya menggunakan kresek transparan gede buat nutupin dagangan sekaligus tubuhnya, terus kepala blio dilindungi carik. Dan di kampung saya, outfit seperti itu memang hits di kalangan emak-emak yang berangkat ke pasar.
Lain lagi di kota. Saya juga sering melihat teman saya pakai kresek sebagai jas hujan, tetapi dengan sedikit perbedaan. Suatu ketika saat pulang kerja dan hujan turun membabi-buta, beberapa teman saya yang nggak punya jas hujan langsung mengambil trashbag. Itu loh, kresek hitam guuueeede yang biasa ditaruh di bak sampah. Trashbag yang diambil tentu saja yang masih bersih dan belum terpakai. Trashbag itu dibalik, terus dilubangi tiga bagian yaitu bagian ujung kanan, ujung kiri, dan ujung tengah. Setelah lubang terbentuk, maka langsung saja diblusukkan ke tubuh. Tangan kanan dan kiri melewati lubang di ujung kanan dan kiri, sementara kepalanya nyembul melalui lubang di tengah.
Dengan outfit seperti itu, maka hujan deras bukanlah halangan untuk pulang. Memang sih nggak sepenuhnya bisa melindungi dari hujan, terlebih bagian lengan pasti basah karena nggak tertutupi, tetapi tetap saja seluruh tubuh nggak bakal basah kuyup.
BACA JUGA Sebaiknya, Jas Hujan Berjenis Ponco Tidak Digunakan Pengendara Motor Lagi dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.