Bagi banyak orang, seblak bukanlah hal yang asing. Camilan yang berasal dari daerah Bandung ini begitu digemari oleh banyak orang. Tapi soal japlak, sepertinya belum banyak yang tahu karena sepertinya makanan khas satu ini hanya dapat ditemui di daerah Bogor-Sukabumi dan sekitarnya.
Mungkin saya nggak perlu banyak menjelaskan seperti apa bentuk dari seblak, karena walaupun setiap daerah bisa berbeda isinya, makanan ini cukup populer sehingga mendengar namanya saja sudah terbayang seperti apa seblak itu. Sementara japlak secara isi sebenarnya hampir mirip batagor. Hanya saja berbeda penyajian dengan dihidangkan berkuah atau memakai karamel yang dicampurkan dengan bumbu rempah, cabai giling, dan makaroni basah sebagai line up lengkapnya.
Sebagai seseorang yang dibesarkan di daerah Kabupaten Sukabumi, saya cukup akrab dengan dua makanan khas ini. Terlebih dulu, zaman SMP dan SMA, keduanya sudah seperti jajanan wajib lantaran banyak tersebar di sekitaran sekolah. Setiap titik yang ramai anak sekolah pasti mudah ditemui kedua jajanan ini. Mungkin memang karena segmentasi pasarnya menyasar kelompok usia seperti itu.
#1 Rasa
Seblak memiliki cita rasa pedas dan gurih. Menurut saya, rasa seblak lebih kompleks karena memiliki isian yang bermacam-macam. Seblak dapat dinikmati di segala situasi, baik sedang lapar atau sekedar dijadikan camilan. Konon, ada penganut aliran makan seblak pakai nasi. Kadang saya menjadi salah satunya.
Sementara japlak dari segi rasa cukup sederhana. Hanya pedas, asin, manis, dan gurih saja. Japlak disajikan dengan dua cara, kuah dan karamel. Japlak kuah nggak beda jauh dengan batagor kuah, yang membedakan japlak memiliki isian makaroni basah. Sementara japlak karamel lebih unik karena mengombinasikan rasa pedas dan manis. Enak pisan lah pokoknya.
Menurut saya, level pedas seblak kadang di luar nalar. Pesan satu porsi level 3 dari 5 saja sudah kembung karena banyak minum. Sementara japlak agak sedikit mudah ditolerir. Biasanya hanya ditawari 3 pilihan level—nggak pedas, sedang, atau pedas, bahkan bisa menentukan sendiri level kepedasannya.
Seblak, bagi saya, juga lebih mempunyai sensasi terbakar di lidah. Seblak yang biasanya lebih enak disajikan selagi panas dan pedasnya yang kadang di luar nalar tadi adalah alasannya. Sementara japlak, walaupun kuahnya masih terasa panas, masih enak dinikmati.
#2 Isian
Dari segi isi orisinal, seblak memiliki pakem kerupuk dan makaroni basah. Seblak juga kadang berisi sayuran seperti sawi atau caisim. Sementara japlak beirisi batagor kering, tahu kering, makaroni basah, dan cabai kering sebagai penambah cita rasa pedas.
Meskipun dari isi orisinal tampak berbeda, kedua camilan ini memiliki varian topping yang kurang lebih sama. Ada yang ditambahkan telur, bakso, ayam, sosis, udang, ceker, dan banyak lagi. Saya curiga lama-lama varian dua camilan ini akan mengalahkan varian Indomie.
#3 Harga
Dari segi harga, kedua makanan khas ini memiliki harga rata-rata yang hampir sama di daerah Sukabumi, berkisar 7-15 ribu rupiah saja. Tapi, harga-harga tersebut masih tergantung penjual dan variannya. Paling mahal tentu saja paket komplet dengan berbagai topping dari varian-varian tersebut.
Itulah sedikit perbandingan antara dua camilan yang digandrungi oleh banyak orang—terutama di daerah saya—saat ini. Keduanya sama-sama enak dan memiliki cita rasanya masing-masing. Tapi, kalau harus memilih mana yang lebih baik, mohon maaf penggemar seblak, japlak adalah pilihan hati saya.
Sumber Gambar: YouTube Nadisa Dwi Gunawan
BACA JUGA Fenomena Usaha Angkringan di Kota Sukabumi, Serupa tapi Tak Sama dan tulisan Fajar Hikmatiar lainnya.