Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Memangnya kalau Lajang Terus Duitnya Banyak? Belum Tentu!

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
22 September 2020
A A
lajang banyak duit bokek menikah mojok

lajang banyak duit bokek menikah mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Pantaslah nggak punya utang, orang belum nikah.”

“Wajar bisa shopping tiap bulan, masih lajang sih.”

“Emang duit kamu habis buat apa? Orang belum nikah ini kok!”

“Orang belum nikah kok punya utang banyak sih, emang gajinya habis buat apa?”

Kalimat di atas mungkin sudah familier sekali kita dengar di kehidupan sehari-hari. Seolah kalimat tersebut sudah menjadi kalimat template sejuta umat yang harus disampaikan kepada orang lajang. Secara sederhananya, kalimat itu menegaskan bahwa seberat-beratnya kehidupan orang lajang, masih belum seberapa jika dibanding orang yang sudah menikah.

Dengan demikian pantang, bahkan haram, hukumnya bagi para lajang sampai mengeluh soal perekonomian. Hanya orang yang sudah menikah dan punya banyak anak yang boleh melakukan hal tersebut.

Di pikiran masyarakat kita, oleh karena para lajang masih hidup sendiri, tentu kebutuhan mereka tidak seberapa. Toh, dia cuma menghidupi diri sendiri ini kan. Nggak kayak orang yang sudah menikah, mereka memiliki banyak tanggungan yang harus dipikul. Jika ada seorang lajang mengeluh nggak punya uang, nggak punya tabungan, banyak utang, atau pusing dengan beban hidup, orang-orang bijak lantas menyangkal keluhan itu dengan sebuah fakta: dia masih lajang dan tidak punya tanggungan apa-apa.

Padahal nggak gitu juga cara mainnya.

Baca Juga:

Menghitung Penghasilan Minimal Setelah Menikah Versi 2025, Punya Gaji 7 Juta Baru Bisa Hidup Nyaman!

Ironi Wonosobo: Pemerintah Gencar Promosi Wisata, tapi Warga Tetap Miris Hidupnya

Saya nggak memungkiri, kok, kehidupan orang yang sudah menikah apalagi punya banyak anak itu tidak mudah. Bahkan bisa dibilang sangat sulit. Toh, saya juga lahir dari orang tua yang harus menghidupi empat anak ditambah satu ponakan. Saya tahu betapa berat beban orang tua saya untuk mencukupi kebutuhan kami semua. Harus mikir buat makan setiap hari, bayar sekolah, bayar ini dan itu, ditambah penghasilan orang tua saya yang tak menentu karena hanya mengandalkan hasil tani yang tak seberapa.

Tapi, beban seperti ini mungkin hanya berlaku bagi mereka yang berada di kelas menengah ke bawah. Kelas menengah ke atas mana relate dengan fenomena seperti ini. Kita ambil contoh Nia Ramadhani.

Kalau mau dipukul rata pakai pemikiran masyarakat kita, Nia Ramadhani itu masuk golongan emak-emak dengan tiga anak. Harusnya beban dia berat, harus mengurus anak dan membiayai kebutuhan anak-anaknya. Tapi, nyatanya nggak gitu. Justru aspek ekonomi para lajang kelas menengah ke bawah lebih menyedihkan dari hidup emak satu ini.

Saya pernah punya teman kerja yang usianya hampir 40 tahun. Dia sering cerita kepada saya, dia sebel saat teman kerja yang lain sering meminjam uang kepadanya bermodalkan kalimat, “Pinjam duit dong, kamu kan belum nikah, jadi nggak punya kebutuhan kayak aku.” Padahal saya tahu sekali, meski teman saya ini belum menikah, setiap bulan dia mengirim uang untuk ibunya yang sudah janda. Dia juga membiayai kuliah adik lelakinya serta harus mencicil sebuah rumah.

Seorang teman saya yang lain belum menikah, tapi setiap bulan gajinya habis untuk biaya cuci darah ibunya. Bapaknya sudah lama meninggal jadi semua beban keluarga dia sendiri yang menanggung. Ada juga kawan yang belum menikah, tapi harus membayar utang-utang orang tuanya yang begitu banyak.

Secara kasat mata, orang pasti memandang mereka sebagai orang yang hidupnya sangat enak. Bergaji besar dan belum menikah. Akibatnya, kalau mereka ngeluh nggak punya uang, orang bakal menolak mentah-mentah keluhan tersebut.

Meski begitu, ada juga cerita dari teman-teman saya yang sudah menikah dan punya beberapa anak, tapi kehidupan mereka tetap atau bahkan makin lancar jaya. Menikah dibiayai orang tua, rumah dibuatkan orang tua, dan mobil pun dibelikan orang tua. Mereka tak perlu pusing-pusing untuk membayar uang sewa rumah, tak perlu repot-repot memberi uang kepada orang tuanya, dan tidak perlu khawatir dengan cicilan kredit mobil.

Dari cerita ini seharusnya kita paham, permasalahan dan kebutuhan tiap orang itu berbeda-beda. Tidak bisa dipukul rata dengan hanya bermodalkan status lajang atau sudah menikah. Para lajang mungkin belum ada tanggungan pasangan atau anak, tapi mereka juga punya orang tua dan saudara yang mungkin masih mengandalkannya. Justru kadang para lajang ini yang patut dikasihani, harus menanggung bebannya sendiri. Harus mikirin bayar ini dan itu sendirian. Lain kalau sudah menikah, paling tidak ada dua orang yang berpikir, jadi nggak sendirian stresnya.

Jadi, sudah cukup yah. Jangan begitu lagi menanggapi keluhan para lajang. Mereka itu juga punya banyak kebutuhan yang nggak perlu dijabarkan. Kalau pas gini aja pada bilang, “Enak, kamu mah lajang bisa beli ini itu. Duitnya banyak,” dan bla bla bla. Tapi pas keadaan lain, orang-orang kayak Bu Tejo pasti komen, “La wong ki yo aneh-aneh wae kok, wong wes umurane kok ra ndang rabi, wong konco-koncone wes do rabi.”

BACA JUGA Sebelum Menikah, Selesaikan Dulu Rasa yang Tertinggal dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2020 oleh

Tags: bokekduitekonomilajangmenikah
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

Ketika Orang Aceh Tahlilan di Jakarta

Tahlilan, Tradisi Pererat Silaturahmi Sekaligus Penggerak Ekonomi

29 Juni 2023
dipanggil bu

Rasanya Dipanggil “Bu” Dan Dikira Sudah Menikah Padahal Masih Kuliah

6 September 2019
aib kekerasan seksual kekerasan ekonomi dalam hubungan

3 Macam Kekerasan Ekonomi dalam Hubungan Asmara

30 Juli 2020
pinjaman online debt collector pinjol OJK menagih utang piutang menagih utang mojok.co

Utang Itu Sensitif, Sampai-sampai Orang yang Minjemin Duit Jadi Sangat Menyebalkan

20 April 2020
menikah telat menikah mojok.co

Ditinggal Mantan Menikah Duluan, Ini Tipsnya

12 Juni 2019
Pantangan Menikah Ngalor Ngulon bagi Masyarakat Jawa

Pantangan Menikah Ngalor Ngulon bagi Masyarakat Jawa

22 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.