Seorang teman saya yang sangat peduli kesehatan, sangat berhati-hati sekali dengan makanan yang dia makan. Dia selalu menolak menggunakan sambal botolan dan memilih sambel uleg, begitu juga dengan mi instan, salah dua dari banyak makanan lain yang dia boikot dari piringnya. Alasannya sederhana karena makanan-makanan tersebut mengandung zat kimia katanya. Apa yang dilakukan teman saya barangkali mewakili dari sekian banyak orang yang begitu alergi dengan istilah zat kimia.
Tapi, apakah ketakutan terhadap kehadiran zat kimia ini cukup wajar? Mengingat sebenarnya apa yang kita makan dan minum baik alami maupun buatan sejatinya adalah senyawa kimia. Lah kok bisa? Ya iyalah alam semesta ini sesungguhnya terbentuk dari unsur-unsur kimia. Kalau di jari kamu ada cincin terbuat dari emas atau perak sesungguhnya itu adalah unsur kimia. Emas dan perak ini diperoleh dari kerak bumi, lewat proses penambangan.
Kita lanjut ke penjelasan berikutnya ya. Secara ilmiah di dunia hingga saat ini terdapat 118 unsur kimia yang 94 di antaranya adalah unsur alami dan 24 sisanya adalah unsur sintetis. Unsur-unsur gaib tidak termasuk ya di dalam unsur kimia. Unsur kimia ini ada yang berbentuk unsur murni tapi kebanyakan berbentuk senyawa atau unsur-unsur yang berikatan satu sama lain. Senyawa kimia yang paling sering kita gunakan misalnya H2O atau yang dikenal sebagai air atau hidrogen dioksida, atau yang lain misalnya NaCl yang dikenal sebagai garam dapur atau sodium klorida.
Lalu kenapa orang menjadi takut dengan istilah zat kimia pada makanan? Ya kalau menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkan orang jadi takut dengan istilah ini. Salah satu akar masalahnya barangkali terkait dengan ketakutan banyak orang dengan pelajaran kimia ketika di bangku sekolah dulu. Pelajaran kimia bisa dibilang menjadi momok yang menakutkan selain mata pelajaran matematika dan fisika bagi banyak orang. Rasa takut ini kemudian berimbas pada keengganan kita mempelajari ilmu kimia.
Akhirnya ketika kita menjadi buta dengan ilmu kimia, kita menjadi parno ketika mendengar kata ”zat kimia”. Ya sebabnya karena nggak pernah belajar jadinya nggak punya pengetahuan dasar mengenai ilmu kimia. Padahal pengetahuan dasar ini penting loh, Gaes. Setidaknya dengan pengetahuan ini kita jadi bisa bedain antara logam emas dengan kayu misalnya hehehe.
Nggak lucu ya? Ya maap.
Ketakutan kita terhadap kata zat kimia dalam makanan juga terkait kesulitan membedakan antara bahan kimia berbahaya dan yang tidak. Biasanya pikiran orang akan mengasosiasikan zat kimia sebagai zat kimia berbahaya, misalnya pestisida. Ketidakmampuan inilah barangkali yang menjadikan banyak orang secara naluriah langsung mengasosiasikan semua zat kimia sebagai benda berbahaya.
Imajinasi bahwa semua zat kimia dalam makanan itu berbahaya ya mungkin ada betulnya juga, terutama sekali jika digunakan berlebihan atau berada di tubuh manusia dalam jumlah yang tidak bisa ditoleransi. Misalnya saja garam, kalau penggunaannya berlebih ya berbahaya karena bisa menyebabkan darah tinggi. Yang dulu pernah heboh misalnya saja micin yang sebenarnya secara alami ada di banyak tumbuhan.
Tapi, memang sih ada banyak senyawa kimia dan juga unsur kimia yang memang berbahaya dan sebaiknya tidak boleh dikonsumsi manusia misalnya saja air raksa (Hg), timbal (Pb) dan juga logam berat lainnya. Kalau ada senyawa kimia yang mengandung logam berat masuk ke tubuh tentu saja akibatnya fatal karena bisa mengakibatkan sakit hingga kematian.
Asosiasi orang tentang zat kimia dalamjuga sebenarnya lebih pada zat kimia sintetis. Lah kalo yang alami kan memang susah juga nolaknya. Kan nggak mungkin menolak penggunaan garam di dalam makanan kalau bukan karena punya penyakit atau karena makanannya sudah asin. Zat kimia sintetis inilah yang jika penggunaannya tidak diatur ya akan berbahaya buat kesehatan. Misalnya saja MSG atau micin yang secara alami terdapat di tumbuhan dan daging. Nah yang sering orang hindari adalah micin sintetis yang bentuknya butiran putih halus. Micin sintetis inilah yang jika digunakan berlebih akan mengakibatkan gangguan kesehatan.
Jadi sebelum takut terhadap sesuatu, sebaiknya kita pahami kita itu takut karena apa. Bisa jadi, ketakutan kita datang dari ruang kosong yang diciptakan oleh pikiran kita yang nggak tahu apa-apa.
BACA JUGA Harun Yahya Adalah Pahlawan bagi Banyak Guru di Indonesia dan tulisan Imanuddin lainnya.